Sebuah Ritus Bernama "Anthem"

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sebuah Ritus Bernama "Anthem"

Banyak sekali ritus yang dilakukan oleh para suporter sebelum tim kesayangannya bertanding. Ada koreografi, penyalaan suar, atau nyanyi-nyanyian yang mengundang semangat. Salah satu ritus yang kerap dilakukan oleh para suporter adalah anthem, sederajat dengan lagu kebangsaan.

Merujuk kepada kamus Oxford, anthem memiliki tiga makna. Sebagai kata benda, anthem berarti: 1) sebuah lagu yang teridentifikasi milik sebuah kelompok atau golongan, 2) sebuah lagu yang merepresentasikan identitas sebuah bangsa atau negara, 3) sebuah lagu yang kerap dinyanyikan di gereja secara bersama-sama oleh sebuah paduan suara.

Berdasarkan tiga makna di atas, pada dasarnya anthem adalah lagu yang dinyanyikan secara bersama-sama dan menjadi milik sebuah kelompok atau golongan tertentu, merepresentasikan keberadaan kelompok atau golongan tersebut. Bisa dibilang, anthem juga menjadi perekat sebuah kelompok atau golongan, sekaligus cara menunjukkan jati diri dan identitas kelompok tersebut kepada orang lain.

Dalam praktiknya, banyak sekali jenis anthem yang kerap digunakan oleh masyarakat atau kelompok. Dari sekian banyak jenis anthem tersebut, ada satu anthem yang kerap digunakan dan dinyanyikan oleh masyarakat, yaitu anthem klub. Meski kerap dinyanyikan sebelum pertandingan digelar, anthem ini beda anthem FIFA ataupun anthem kompetisi seperti yang terjadi di Liga 1 Indonesia.

Menurut buku The Linguistics of Football yang ditulis oleh Eva Lavric, Gerhard Pisek, Andrew Skinner, dan Wolfgang Stadler (2008). anthem merupakan salah satu ritus yang kerap dilakukan oleh para suporter di Eropa. Buku tersebut mencontohkan kasus yang terjadi di Gelsenkirchen, kota yang menjadi salah satu klub Bundesliga bernaung, Schalke 04.

Di dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa anthem klub Schalke yang berjudul Blau und weiβ, wie lieb` ich dich sudah menjadi ekspresi sekaligus identitas regional. Lagu ini acap dinyanyikan 15 menit sebelum pertandingan Schalke digelar, mewujud sebuah ritus yang menjadi sebuah kewajiban bagi para pendukung Schalke sebelum Die Königsblauen memulai laga.

Anthem berjudul Blau und weiβ, wie lieb` ich dich ini, jika ditelisik lebih dalam, ternyata punya makna yang cukup dalam. Selain sebagai upaya para pendukung Schalke memberikan semangat, lagu ini juga merupakan salah satu pengingat, baik itu untuk orang Gelsenkirchen ataupun turis yang sedang berkunjung ke Veltins Arena, tentang sejarah daerah Gelsenkirchen itu sendiri. Ada sebuah identitas tersendiri yang terselip di dalam lagu tersebut.

Kebiasaan para pendukung Schalke ini, juga kerap dilakukan oleh pendukung Bayern München maupun Liverpool. Liverpool punya anthem mendunia berjudul "You`ll Never Walk Alone", sedangkan para pendukung Bayern kerap menyanyikan lagu "Stern des Südens" sebelum Die Roten bertanding, meski kabarnya anthem ini sudah dapat pesaing baru.

Sekarang, kebiasaan menyanyikan anthem sebelum atau sesudah pertandingan ini mulai merambah ke sepakbola Indonesia. Beberapa klub mulai memiliki anthem nya masing-masing, dan hal ini menambah khazanah sepakbola Indonesia.

Beberapa anthem di Indonesia

Di Indonesia, sekarang ini, beberapa anthem klub mulai bermunculan dan menjadi sebuah ritus tersendiri yang dilakukan oleh para suporter. Anthem klub tersebut pun tersebar, tidak hanya di Liga 1 saja. Beberapa klub Liga 2 pun mulai memiliki anthem nya masing-masing.

Bali United adalah salah satu klub yang punya lagu anthem dan kerap dinyanyikan oleh para supoternya dan diprakarsai oleh kelompok northsideboys. Anthem tersebut berjudul "Rasa Bangga". Lazimnya anthem ini kerap dinyanyikan sebelum atau sesudah Bali United menjalani sebuah pertandingan. Suasana Stadion Kapten I Wayan Dipta pun menjadi sedikit lebih semarak dengan nyanyian anthem dari para pendukung Bali United ini.

Bukan hanya klub Liga 1 saja, klub Liga 2 seperti PSS, Persebaya, dan Persik pun punya anthem mereka sendiri. Jika PSS punya anthem berjudul "Sampai Kau Bisa", maka Persebaya punya anthem berjudul "Song for Pride". Lagu ini memiliki sebuah aura tersendiri, yang mungkin bisa membaut orang yang mendengarnya di stadion merinding.

Klub asal Kediri, Persik Kediri juga memiliki anthem tersendiri yang kerap dinyanyikan sesudah dan sebelum pertandingan. Anthem tersebut berjudul "Bersama Kita Terlahir Kuat", dan punya daya magis yang juga tidak kalah kuat dengan anthem-anthem klub yang lain.

Bukan hanya klub-klub di atas, ada beberapa klub lain juga yang punya anthem nya masing-masing sebagai wujud dari identitas ataupun keberadaan salah satu kelompok suporter sebuah klub. Anthem-anthem yang dinyanyikan tersebut, menjadi sebuah pemandangan tersendiri di sepakbola Indonesia.

Anthem sebagai wujud kesadaran kolektif dan identitas kelompok suporter

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ketika sebuah anthem dinyanyikan, ada makna-makna lain yang terselip di dalamnya. Menurut dosen sekaligus pemerhati sejarah Surabaya, R. N. Bayu Aji, anthem yang kerap dinyanyikan oleh suporter-suporter yang ada di Indonesia merupakan salah satu bentuk kesadaran kolektif masyarakat. Ia mewujud menjadi simbol, yang pada akhirnya menjadi identitas tersendiri.

"Kesadaran kolektivitas sebuah komunitas, dalam hal ini adalah suporter dan juga sebuah klub, dapat tebangun secara bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan dan mengabadikan identitas, integritas kebersamaan tersebut. Loyalitas dan kesadaran itu kemudian mewujud dalam sebuah simbol-simbol," ujar Bayu.

"Simbol tersebut bisa berupa lagu dalam bentuk anthem, lambang suporter maupun klub dan juga peringatan atas peristiwa-peristiwa bersejarah bagi suporter dan klub yang bersangkutan sebagai bentuk upaya untuk merawat semangat juang serta rasa kecintaan terhadap klub," tambahnya.

Bayu pun mencontohkan penggunaan anthem "Song for Pride" yang kerap dinyanyikan oleh para pendukung Persebaya saat tim berjuluk "Bajul Ijo" tersebut bertanding di Stadion Gelora Bung Tomo. Ia menyebut bahwa dengan menyanyikan lagu tersebut, ada semacam perasaan memiliki (bentuk sebuah kesadaran kolektif) masyarakat Surabaya terhadap Persebaya.

Lagu tersebut juga menjadi sebuah identitas tersendiri bagi para pendukung Persebaya, dalam hal ini Bonek, yang membuat mereka dikenali oleh masyarakat yang berasal dari luar Surabaya. Perasaan merinding pun sudah pasti muncul ketika anthem tersebut dinyanyikan.

"Jadi, tidaklah heran apabila anthem Persebaya, "Song for Pride" diputar dan dinyanyikan secara khidmat bersama-sama oleh seluruh suporter yang hadir di stadion dan juga punggawa Persebaya, membuat bulu kuduk merinding.Bonek secara tidak langsung menemukan kembali identitas kolektif mereka sebagai auporter yang dengan penuh kebanggaan mendukung Persebaya Surabaya serta identitas sebagai arek surabaya yang kuat, egaliter dan tak mudah ditaklukkan dan gampang menyerah saat menghadapi masalah sekaligus tantangan yang harus "ditaklukkan"."

"Faktor-faktor ini yang membuat orang Surabaya maupun dari luar Surabaya untuk tidak ragu menyatakan dan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari bonek, sebuah komunitas suporter yang (saat ini secara kreatif) mendukung penuh Persebaya dalam setiap pertandingan maupun di luar stadion demi kebaikan mereka sendiri dan tentunya juga untuk Persebaya," ungkap Bayu.

***

Melihat penjelasan Bayu di atas, tampak bahwa fenomena anthem ini, selain menambah khazanah dunia suporter di Indonesia, juga menjadi cara bagi para suporter untuk menunjukkan eksistensi mereka di masyarakat dan juga di dunia sepakbola Indonesia. Lewat anthem pula, mereka mengingatkan pemain, jajaran pelatih, dan manajemen perihal klub tempat mereka bernaung, selain memberikan dukungan lebih kepada para pemain.

Karena, pada dasarnya cara mengungkapkan rasa cinta kepada klub yang didukung bermacam-macam bentuknya. Anthem, dengan segala rasa merinding dan juga bergidik ketika kita mendengarnya, adalah salah satu cara untuk mengungkapkan rasa cinta itu.

Komentar