Seruan Perdamaian untuk Bobotoh-The Jak dari Adik Alharhum Rangga

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Seruan Perdamaian untuk Bobotoh-The Jak dari Adik Alharhum Rangga

Ricko Andrean menjadi korban teranyar kekerasan yang dilakukan suporter sepakbola Indonesia. Ricko tewas setelah dikeroyok oleh bobotoh (pendukung Persib) yang menyangkanya sebagai The Jak Mania (pendukung Persija). Meninggalnya Ricko, selain menjadi duka mendalam bagi sepakbola Indonesia, menjadi duka lain bagi Cakra Wibawa. Kematian Ricko mengingatkannya kembali kepada almarhum sang Kakak, Rangga Cipta Nugraha, yang merupakan korban pengeroyokan oleh suporter The Jak lima tahun silam.

"Saya jadi teringat almarhum (Rangga). Pas mendengar Ricko meninggal, saya langsung bergegas ke kediamannya, ikut tahlilan. Saya teringat pas 2012, tahu rasanya kehilangan orang yang kita sayang. Terpukul banget," ujarnya ketika ditemui di kawasan Braga, Bandung.

Memori kelam lima tahun lalu itu langsung kembali terasa bagi Cakra yang memiliki kedekatan dengan Rangga. Sang kakak adalah sosok yang mengenalkannya dengan Persib sewaktu masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) sekitar 2004/2005-an. Meski begitu, tak ada lagi dendam dari Cakra pada The Jak yang telah menghilangkan nyawa sang kakak, justru sebaliknya. Cakra melakukan hal yang seharusnya menjadi pelajaran bagi bobotoh maupun The Jak Mania untuk menyudahi rivalitas yang telah melampaui batas ini.

Memori Kepergian Rangga

Cakra Wibawa (kiri) bersama Rangga Cipta Nugraha (kanan) sewaktu masa kanak-kanak. Sumber: Dokumen pribadi Cakra Wibawa

Awalnya Cakra tak tahu jika sang kakak sangat fanatik menonton Persib, yang seringkali away day ke Jakarta, Surabaya, dan Gresik. Cakra sendiri baru tahu setelah Rangga meninggal, ia diceritakan oleh Viking Campus yang kerap menemani Rangga menonton laga tandang Persib. Sebelumnya, Rangga memang selalu pergi tanpa sepengetahuan keluarga.

Selain itu, tidak ada dugaan yang macam-macam sekitar dua minggu sebelum Rangga meninggal. Rangga yang bekerja di salah satu jasa pengiriman di Jakarta sempat pulang ke rumahnya di Bandung. Saat itu, jarang-jarang Rangga memberi tahu kepada ibunya bahwa ia akan menonton pertandingan Persib di kandang Persija. Dan pada waktu itu, Cakra hanya menganggap kakaknya itu bercanda saja. Lagipula ia tahu kesibukan Rangga selama bekerja di Jakarta sulit memberi waktu untuk sekadar menonton sepakbola di stadion.

Tanpa berpikir macam-macam, Cakra menjalani aktivitas seperti biasanya. Termasuk ketika pertandingan Persib di kandang Persija, ia menonton pertandingan itu di layar kaca. Tapi setelah pertandingan, beberapa teman masa Sekolah Menengah Atas (SMA) Rangga tiba-tiba berkunjung dengan alasan ingin menengok adik bungsu Rangga itu.

Kunjungan teman-teman kakaknya itu membuat Cakra menghubungi Rangga melalui pesan singkat dan sambungan telepon. Tapi upaya komunikasinya itu tidak mendapatkan tanggapan. Awalnya Cakra hanya menduga bahwa Rangga sedang sibuk bekerja dan tidak sempat mengecek telepon genggamnya. Sampai akhirnya teman-teman Rangga memberitahukan kabar bahwa Rangga mengalami kecelakaan kepada sang ibu. Saat itu keluarga Rangga belum diberi tahu kondisi Rangga yang sebenarnya.

Walau begitu, kabar itu mengagetkan keluarga. Kemudian keluarga mencoba menghubungi teman Rangga di Jakarta. Setelah mendapatkan informasi, pada esok harinya keluarga Rangga langsung menuju Rumah Sakit Cipta Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta. Sesampainya di sana, Cakra tidak menutupi kemarahannya. Ia berontak antara rasa percaya dan tidak karena kakaknya telah meninggal karena kekerasan yang dilakukan oknum The Jak Mania.

Dokter yang menanganinya pun tidak luput terkena amarah. Karena selama perjalanan, Cakra berharap bahwa Rangga masih bisa mendapatkan keajaiban dari Tuhan. "Saya berharap di jalan (menuju Jakarta) saat itu, almarhum semoga masih sadar. Tapi Allah berkehendak lain. Ya jelas sangat marah, nggak karuan, pikiran ke mana-mana. Saat tahlil pun pernah berpikiran ke Jakarta untuk nyari orangnya (pelaku pengeroyokan Rangga)," ungkap Cakra.

Rasa dendam memang sempat muncul pada diri Cakra. Tapi pada akhirnya ia sadar bahwa keinginan untuk mencari pelakunya sendiri itu tidak menjamin membuat mendiang Rangga senang. "Sampai pada akhirnya saya sadar. Dua tahun kemudian saya sadar bahwa saya jangan melakukan hal seperti itu karena hal demikian pun belum tentu akan menimbulkan efek yang baik. Malah bisa memperburuk keadaan," akunya.

Menyelamatkan The Jak Mania

Kesadaran dan pemikiran yang panjang membuat Cakra tergerak hatinya tepat satu hari sebelum pertandingan Persib melawan Persija yang digelar pada 16 Juli 2016 di Stadion GBLA. Saat itu, Cakra bersama kawan-kawannya bergerak ke Stasiun Kereta Api Bandung untuk memantau kehadiran The Jak yang diam-diam akan menonton pertandingan.

Di tempat itu, Cakra dan kawan-kawan sudah melihat banyak orang yang diduga oknum bobotoh yang sedang mencari The Jak untuk dihakimi sepihak. Tapi Cakra lega karena situasi di sana perlahan kondusif dan tidak ada keributan. "Saya berniat sweeping waktu itu bukan untuk menghakimi The Jak Mania, jusru saya sweeping (razia) tuh saya ingin menghindari The Jak Mania kena oleh oknum yang mau menghakimi sendiri," aku Cakra.

Lalu Cakra dan kawan-kawannya bergerak menuju Kawasan Braga. Di sanalah mereka melihat empat pemuda di sebuah tempat makan dengan gerak-gerik mencurigakan seperti anggota The Jak. Lantas Cakra bersama kawannya mendatangi empat orang tersebut. Betul saja, empat orang itu adalah The Jak yang hendak menyaksikan pertandingan Persib di GBLA.

Ketika diinterogasi, empat orang itu merasa ketakutan karena di dalam telepon genggam miliknya terdapat foto mereka yang sedang konvoi bersama The Jak menumpangi Metro Mini. Kemudian empat orang diduga The Jak itu panik dan hendak melarikan diri ke tempat parkir mobilnya. Hanya saja di kawasan itu sudah banyak oknum bobotoh yang hendak melakukan sweeping, tersedot dengan kepanikan tersebut.

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar