Sebuah Hiburan dari London Bernama Emirates Cup

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sebuah Hiburan dari London Bernama Emirates Cup

Membicarakan tentang klub asal London, Arsenal, maka Anda tidak boleh melewatkan satu ajang yang kerap diselenggarakan oleh Arsenal, yaitu Emirates Cup. Turnamen yang memiliki sisi unik ini kembali diselenggarakan pada 2017.

Memasuki masa libur kompetisi di Eropa, akan banyak dijumpai turnamen-turnamen kecil yang diadakan oleh sebuah kesebelasan. Selain ajang International Champions Cup yang sekarang sudah terhitung cukup besar, biasanya satu kesebelasan akan menjadi tuan rumah, dan mengundang kesebelasan-kesebelasan lain untuk ikut serta bertanding di dalamnya.

Ada banyak contoh dari turnamen mini yang diselenggarakan oleh kesebelasan-kesebelasan di Eropa pada masa jeda kompetisi. Di Jerman, ada Audi Cup dengan Bayern München. Di Belanda, ada Amsterdam Tournament dengan Ajax Amsterdam sebagai tuan rumahnya (terakhir kali dilaksanakan pada 2009 silam). Di Italia, ada Trofeo (trofi) TIM yang mempertemukan tiga kesebelasan Italia (pada 2016, untuk pertama kalinya kesebelasan luar Italia ikut serta, yaitu Celta Vigo) dan biasanya diadakan di salah satu stadion di Italia.

Inggris pun tidak mau kalah. Selayak negara-negara lain yang juga punya turnamen mini, mereka pun punya turnamen mini untuk mengisi masa liburan kompetisi. Salah satu turnamen itu diselenggarakan di Stadion Emirates, London, Inggris, dengan Arsenal sebagai tuan rumah. Turnamen ini mempertemukan empat kesebelasan, dengan sistem yang terbilang cukup unik.

Mari mengenal Emirates Cup lebih dekat, sekaligus melihat sisi yang cukup menghibur di dalamnya.

Sekilas tentang Emirates Cup

Pada 2007 silam, managing director dari Arsenal, Keith Edelman, mengungkapkan rencananya untuk menggelar turnamen mini pada masa libur kompetisi. Saat itu, ia berpikiran bahwa untuk mengisi libur kompetisi, terutama ketika tidak adanya ajang-ajang skala internasional macam Piala Dunia dan Piala Eropa, perlu adanya sebuah turnamen mini sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.

Akhirnya, tercetuslah sebuah turnamen mini pada Mei 2007. Menggandeng sponsor utama Arsenal ketika itu (dan sampai sekarang), Fly Emirates, mereka menyelenggarakan sebuah turnamen mini dengan tajuk Emirates Cup, mempertemukan Arsenal dengan tiga kesebelasan lain yang menjadi undangan.

Berbeda dengan turnamen mini pada lazimnya, Emirates Cup memperlakukan sistem yang cukup unik. Sedikit mengikuti sistem yang pernah dilakukan di Amsterdam Tournament, Emirates Cup melakukan sebuah sistem tertentu, baik dalam hal pertemuan antar tim dan juga dalam hal penghitungan poin.

Meski mengikutsertakan empat tim, nyatanya bukan tiga pertandingan yang dilaksanakan oleh masing-masing tim, melainkan hanya dua saja. Jadi, satu tim tidak akan bertemu tiga tim lain yang ikut serta dalam ajang Emirates Cup ini. Selain itu, ada juga keunikan dalam soal menghitung poin yang diraih oleh tim.

Khusus untuk ajang ini, setiap gol yang dicetak dalam turnamen ini akan dihitung sebagai poin. Misalkan begini, Arsenal meraih dua kemenangan, dan mereka mencetak tiga gol. Jika ditotal, Arsenal meraih sembilan poin, dengan rincian menang dua kali = enam poin, ditambah tiga gol yang dicetak = tiga poin. Aturan ini sempat dihilangkan pada 2011 silam, sebelum akhirnya digunakan kembali pada 2013.

Selain soal gol, keunikan lain dari Emirates Cup adalah soal penentuan siapa yang lebih unggul. Jika diurut, penentuan siapa yang lebih unggul dilakukan lewat: 1) selisih gol, 2) jumlah gol yang dicetak, 3) jumlah tembakan tepat sasaran yang dilakukan. Khusus untuk aturan ke-3, itu berlaku mulai 2009.

Inilah sisi unik dari Emirates Cup, yang membuat ajang pramusim ini tampak lebih seru karena menghitung gol sebagai bagian yang penting di dalamnya.

Emirates Cup, ajang hiburan semata?

Sejak diadakan mulai 2007, tercatat hanya empat tim di luar Arsenal yang berhasil menjadi juara di Emirates Cup. Mereka adalah Hamburg SV (2008), New York Red Bulls (2011), Galatasaray (2013), dan Valencia (2015). Sisanya, Arsenal berhasil menjadi juara dengan total lima kali (terkecuali 2012 dan 2016, karena pada dua tahun tersebut ajang Emirates Cup urung dilaksanakan).

Terlepas dari banyaknya gelar yang diraih oleh Arsenal sebagai tuan rumah, jika melihat aturan-aturan yang dibuat di atas, terlihat bahwa pada dasarnya Emirates Cup ini memang sekadar ajang pramusim yang bersifat hiburan untuk penonton. Beberapa aspek yang berhubungan dengan serangan, seperti jumlah gol dan jumlah tembakan, bahkan sampai menjadi poin penting di turnamen ini.

Oleh karena itu, jangan heran bahwa kemarahan Wissam Ben Yedder, pemain Sevilla, adalah kemarahan yang aneh. Ben Yedder bersama timnya, Sevilla, gagal meraih trofi Emirates Cup setelah kalah dalam soal mencetak banyak gol dari Arsenal, padahal mereka meraih dua kemenangan. Ia pun mengungkapkan kemarahannya ini di akun Twitter nya, bahkan sampai menyindir Arsenal juga perihal kegagalan mereka masuk ke Liga Champions 2017/2018.

"Kami menang 2/2 (dua laga sekaligus) tapi kami tidak berada di tempat pertama. Berikanlah trofinya kepada kami, Arsenal," ujar Ben Yedder di dalam akun Twitter-nya.

Kemarahan Ben Yedder ini sebenarnya tak perlu dilakukan. Secara regulasi yang dibuat oleh pihak Emirates, Sevilla memang menjadi pihak yang "kalah". Di sisi lain, Ben Yedder tampaknya tak paham bahwa aturan yang dibuat di Emirates Cup ini semata-mata hanya untuk memberikan hiburan bagi para penonton dengan gelontoran gol dan tembakan. Karena mengincar kemenangan untuk bisa juara dalam ajang ini tidaklah cukup.

Setiap kemenangan memang bernilai tiga poin di ajang Emirates Cup ini. Namun di Emirates Cup, setiap gol, yang paling dinanti-nanti penonton sepakbola, merupakan nilai yang tak kalah penting. Mungkin di Emirates Cup, filosofi menyerang adalah pertahanan terbaik akan sangat berguna untuk bisa jadi juara.

foto: @SquawkaNews

Komentar