Akhir Perjalanan Djanur Bersama Persib Bandung

Berita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Akhir Perjalanan Djanur Bersama Persib Bandung

Kebersamaan Djadjang Nurdjaman bersama Persib Bandung berakhir. Pelatih berusia 52 tahun itu memutuskan mundur dari jabatannya sebagai pelatih kepala Maung Bandung. Keputusan tersebut dibuatnya setelah Persib takluk 1-2 dari Mitra Kukar di Stadion Aji Imbut, Sabtu (15/7).

Sebelum kekalahan tersebut, Persib memang meraih hasil minor dalam dua pertandingan terakhirnya. Setelah takluk dari Madura United 1-3, mereka harus puas mengakhiri pertandingan kandang melawan Persela Lamongan 2-2 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Rabu lalu.

"Dengan kekalahan ini, saya ingin istirahat dulu. Artinya saya resign. Ini sudah menjadi keputusan bulat dari saya. Saya sudah bilang ke manajer dan manajemen lainnya, dan kali ini Insya Allah mereka izinkan saya untuk mundur,” kata Djadjang seusai timnya dikalahkan Mitra Kukar.

Sebenarnya, setelah kekalahan Persib dari Bhayangkara FC beberapa waktu lalu, keputusan mundur sudah dibuat Djanur. Hanya saja pada saat itu manajemen tim mencoba untuk mempertahankannya. Djanur kemudian kembali mendampingi tim, dan berhasil membawa Persib meraih kemenangan atas Persiba Balikpapan di laga berikutnya.

Setelah itu performa Persib kembali menunjukkan inkonsistensi, terlebih saat melakoni laga tandang. Djanur mengakui bahwa alasan yang membuatnya mundur dari kursi pelatih kepala Persib karena merasa telah gagal mengangkat performa tim.

Di Liga 1, Persib memang terseok di papan bawah klasemen, setelah hasil negatif yang mereka terima. Pelatih yang akrab disapa Djanur itu menegaskan bahwa itu adalah tanggung jawabnya sebagai pelatih dan keputusan mundur adalah bentuk konsekuensi dari kegagalannya mengangkat performa tim.

“Alasannya lainnya, karena saya gagal mengangkat performa tim. Faktor mencolok dari kegagalan Persib kali ini adalah saya tidak bisa menghadirkan sosok striker yang bisa mengangkat performa tim. Kami punya dua yang seharusnya bisa diandalkan, Sergio van Dijk dan Carlton Cole. Tapi, Sergio cedera dan Cole di luar ekspektasi. Itu adalah tanggung jawab saya, ini mutlak kesalahan saya," tegasnyanya.

"Kalau saja ada striker permasalahan mungkin selesai. Kami datang ke sini juga hanya dengan satu striker. Saya pikir ini saya salah di perencanaan. Dan saya sebagai pelatih bertanggung jawab," sambungnya.

Pelatih Juara

Djanur memulai kiprahnya di Persib Bandung sejak tahun 2007, saat itu posisinya adalah asisten dari Arcan Iurie. Ia kemudian hijrah ke Pelita Jaya dengan jabatan yang sama. Hingga pada tahun 2012, ia kemudian diminta untuk menangani Persib. Hasilnya langsung terasa ketika Maung Bandung berhasil dibawanya untuk menjuarai turnamen pra musim Celebes Cup.

Namun ia belum mampu membawa Persib meraih gelar juara kompetisi. Baru pada tahun 2014, kesuksesan itu terwujud. Djanur membawa Persib juara Liga Super Indonesia 2014, setelah mengalahkan Persipura Jayapura di laga final, melalui adu tendangan penalti.

Suka cita menyambut keberhasilan Persib, karena gelar tersebut menjadi yang pertama diraih Maung Bandung dalam 19 tahun terakhir. Kali terakhir Persib meraih gelar juara adalah tahun 1994 di Liga Indonesia 1.

Setelah itu, Persib semakin bertaring. Trofi Walikota Padang berhasil direngkuh. Namun pada saat itu kompetisi sepakbola Indonesia terhenti di tengah jalan setelah PSSI dibekukan FIFA. Kompetisi terpaksa bubar, turnamen pun menjadi solusi agar denyut nadi sepakbola Indonesia tetap berdetak. Dimulai dengan ajang Piala Presiden di tahun 2015. Saat itu, Persib yang turut ambil bagian pun sukses menjadi juara setelah mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0.

Karena kondisi sepakbola Indonesia semakin tak menentu, skuat Persib sempat dibubarkan. Beberapa pemain hengkang, begitu pula dengan Djanur yang memilih untuk menimba ilmu kepelatihan di Italia, tepatnya di Inter Milan. Setelah cukup lama tak ada kepastian kompetisi, akhirnya beberapa pelaku sepakbola nasional membentuk sebuah turnamen jangka panjang bertajuk Indonesia Soccer Championship 2016.

Turnamen tersebut bisa dibilang sebagai pengganti kompetisi, karena sistem yang diadopsi pun menganut sistem kompetisi penuh. Hanya saja, karena saat itu keanggotaan Indonesia di FIFA masih dibekukan, jadi ajang terbut tidak dianggap sebagai even resmi yang masuk dalam kalender FIFA.

Namun Persib tetap serius menghadapi ajang tersebut, beberapa pemain didatangkan plus Dejan Antonic ditunjuk sebagai pelatih, karena Djanur saat itu masih berada di Italia. Akan tetapi Dejan gagal memenuhi ekspektasi dan ia pun akhirnya mundur. Djanur kembali dipanggil untuk menangani tim. Ia berhasil mengangkat performa tim, dan Persib kemudian finis di urutan 5 di klasemen akhir.

Saat pembekuan FIFA dicabut, Indonesia bisa kembali menggelar kompetisi hingga lahirlah Liga 1 Indonesia 2017. Djanur masih dipercaya menangani tim karena berbagai pencapaian mengagumkannya selama menangani Persib. Namun, pada akhirnya Djanur pun harus menanggalkan jabatannya sebagai pelatih kepala.

"Saya ucapkan terimakasih kepada manajemen. Lima tahun bersama Persib sudah ada beberapa trofi yang saya kasih. Tapi saya manusia ada masa jaya dan terpuruknya, dan kali ini saya tidak bisa mengangkat performa tim,” terangnya.

Sampai berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari manajemen soal pengganti Djanur. Namun besar kemungkinan posisinya untuk sementara akan diisi Herrie Setyawan, yang sebelumnya menjabat posisi asisten pelatih Persib.

Komentar