Sead Kolasinac dan Sayap yang Berusaha Dihidupkan Arsenal

Taktik

by Redaksi 33 35033

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sead Kolasinac dan Sayap yang Berusaha Dihidupkan Arsenal

Arsenal mendapat suntikan pemain baru jelang memasuki musim 2017/2018. Sead Kolasinac, pemain yang pada musim 2016/2017 membela Schalke 04 didaratkan ke Stadion Emirates.

Setelah musim 2016/2017 yang cukup mengecewakan walau meraih trofi Piala FA (Arsenal tidak lolos ke Liga Champions dan berada di bawah Tottenham Hotspur di klasemen akhir Liga Primer), The Gunners pun segera melakukan pembenahan untuk musim 2017/2018. Selain kemungkinan memperpanjang kontrak Mesut Özil dan Alexis Sanchez, ada nama baru yang sukses mereka datangkan ke Emirates. Ia adalah Sead Kolasinac.

Sead Kolasinac lahir di Karlsruhe, Jerman, pada 20 Juni 1993. Walau ia lahir di Jerman, ia memiliki darah Bosnia-Herzegovina dari orang tuanya. Oleh karena itu, tak heran meski ia pernah membela tim Jerman U18 sampai U20, ia pun memutuskan untuk membela timnas Bosnia-Herzegovina dan tampil bersama Zmajevi, julukan timnas Bosnia-Herzegovina, dalam ajang Piala Dunia 2014 silam di Brasil.

Setelah lima musim membela Schalke 04, Kolasinac memutuskan untuk bergabung bersama The Gunners mulai musim 2017/2018. Ia didatangkan dengan status bebas transfer, dan terikat kontak bersama Arsenal hingga 2022 mendatang.

Dengan datangnya Kolasinac, pertanyaan pun muncul. Sisi positif apakah yang ia miliki hingga Arsenal mau merekrutnya? Apakah ia dapat cocok dengan skema permainan yang akan diterapkan Arsene Wenger?

Sisi Positif dari Sead Kolasinac

Kolasinac adalah pemain yang memiliki tinggi badan 1,83 meter. Dengan tinggi badan yang menjulang ini, banyak yang mengira Kolasinac adalah seorang bek tengah, dan bersama Schalke pada musim 2016/2017 ia memang pernah bermain sebagai bek tengah selama dua kali. Tapi sebenarnya posisi Kolasinac adalah fullback, tepatnya fullback kiri.

Walau memiliki tinggi badan yang menjulang, Kolasinac bukanlah fullback yang tradisional-tradisional amat. Di tengah menjamurnya pemain yang dapat memerankan peran fullback modern macam Marcelo ataupun Daniel Alves, Kolasinac adalah salah satu di antara fullback tersebut.

Dengan badannya yang besar, ia tetap bisa agresif dalam menyerang. Ini terlihat dari catatan aksi serangannya selama musim 2016/2017 kemarin. Tiga gol dan tujuh asis ia torehkan bagi Schalke dari 44 penampilannya di semua ajang. Ia juga mencatatkan catatan chances created yang cukup banyak bagi Schalke, yaitu sebanyak 23 kali. Kontribusinya yang aktif dalam serangan Schalke juga dicerminkan lewat rataan umpannya yang cukup banyak, yakni sebanyak 71%.

Catatan-catatan di atas menggambarkan permainan Kolasinac yang sudah melampaui fullback tradisional. Selain bisa berperan sebagai fullback, ia juga bisa berperan sebagai wing-back. Pada musim 2016/2017, tak jarang Schalke menerapkan skema tiga bek, dan ketika memainkan pola seperti itu kemampuan ofensif Kolasinac pun semakin muncul.

Tapi kemampuan Kolasinac ini tidak hanya sebatas menyerang saja. Pemain yang juga pernah main di tim Stuttgart U19 ini cukup baik ketika bertahan. Aksi bertahannya pada musim 2016/2017 cukup baik, dengan mencatatkan 56 kali sapuan dan 78 kali intersep untuk Royal Blues. Ia juga memiliki kemampuan tekel yang baik, juga agresif. Tak heran ketika Schalke kembali menggunakan skema empat bek, Kolasinac juga bisa memerankan peran sebagai fullback tradisional.

Dengan sisi-sisi positif yang Kolasinac miliki ini, ia bisa saja masuk ke skema Arsene Wenger musim depan. Baik itu dalam skema empat bek ataupun tiga bek, baik itu ketika bertahan maupun menyerang, kemampuan Kolasinac bisa Wenger maksimalkan. Sisi sayap Wenger bisa dimaksimalkan untuk menyerang, dengan hadirnya Kolasinac di kiri, dan Hector Bellerin di kanan. Ketika krisis bek tengah, Kolasinac pun bisa dipasang sebagai bek tengah.

Sisi Negatif Kolasinac

Dengan segala hal yang menjanjikan dari Kolasinac, dan kemampuannya untuk masuk dalam skema empat atau tiga bek Wenger, ada hal-hal negatif lain yang harus dicermati dari pemain berusia 23 tahun (24 tahun pada 20 Juni) ini.

Walau memiliki keeping ball yang baik, Kolasinac ternyata tidak memiliki kemampuan dribel yang baik-baik amat. Ini tak lepas dari tinggi badan yang ia miliki, sehingga membuat sentuhannya pada bola terlihat sedikit kasar. Ia harus menggunakan fisiknya yang tinggi untuk mempertahankan bola.

Selain itu, jika kelak ia dipasang sebagai bek tengah, Wenger patut waspada. Rataan kesuksesan duel udaranya yang kecil (sekira 46%) akan menjadi sasaran empuk bagi tim yang memiliki penyerang jangkung dan bisa berduel di udara dengan baik.

Sisi negatif Kolasinac yang lain, ia adalah pemain yang rentan cedera. Tercatat ia harus absen sembilan kali dalam ajang Bundesliga kemarin karena mengalami cedera. Hal ini akan menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi si pemain, mengingat gaya Liga Primer yang masih mengandalkan fisik bukan tidak mungkin akan membuatnya lebih lama menghuni meja operasi daripada bermain di atas lapangan.

***

Terlepas dari sisi positif dan negatif yang Kolasinac miliki, dengan usianya yang masih berada di awal fase 20 tahun-an, ia bisa menjadi investasi yang baik bagi Arsene Wenger di masa depan. Versatility nya juga memungkinkan ia berkembang di banyak posisi, terutama di lini belakang tempat krisis Arsenal kerap terjadi (ingat siapa saja yang menghuni lini belakang Arsenal sewaktu final Piala FA kemarin?).

Arsene terkenal pandai memoles pemain muda menjadi pemain jempolan. Jika ia juga pandai memoles Kolasinac, bisa saja ia akan menjadi pemain yang mampu menghidupkan sayap The Gunners.

foto: @premierleague

Komentar