Bangkitnya Sepakbola Perempuan di Bumi Kartini

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bangkitnya Sepakbola Perempuan di Bumi Kartini

Oleh : Izzuddin Ibrahim

Menurut Keppres RI No. 108 Tahun 1964, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Siapa Kartini? Raden Ajeng Kartini, atau yang biasa kenal dengan RA Kartini, lahir di Jepara, Jawa Tengah. Beliau adalah putri bupati Jepara kala itu.

Perjuangannya untuk memajukan harkat dan martabat kaum perempuan, menjadikannya salah satu perempuan yang menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Tanggal lahirnya ditetapkan sebagai hari besar nasional. Sampai sekarang, hari Kartini diperingati rakyat Indonesia dengan berbagai cara. Anak-anak SD memakai kebaya lalu pawai di jalanan, ada lomba memasak dan lain sebagainya.

Kartini adalah simbol perjuangan kaum perempuan. Berkat Kartini, kita mengenal istilah emansipasi perempuan. Istilah yang berarti perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Jika laki-laki bisa menjadi supir, maka perempuan juga berhak menjadi supir. Jika laki-laki bisa menjadi presiden, maka perempuan juga berhak menjadi presiden. Begitu juga dalam hal sepakbola. Jika laki-laki bisa menjadi atlet sepakbola, maka perempuan juga berhak menjadi atlet sepakbola.

Sepakbola perempuan sudah berkembang pesat dibanding dua dekade ke belakang. Dalam skala internasional, Piala Dunia Perempuan FIFA adalah kejuaraan sepakbola perempuan internasional paling utama, diselenggarakan setiap empat tahun sekali oleh FIFA. Piala Dunia Perempuan pertama diadakan pada 1991, 61 tahun setelah Piala Dunia pertama untuk laki-laki. 16 negara ambil bagian.

Amerika Serikat menjadi juara dunia sebanyak tiga kali, Jerman dua kali, serta Jepang dan Norwegia sekali. Dari kejuaraan tersebut, banyak muncul pemain sepakbola perempuan yang kita kenal sekarang seperti, Hope Solo, Alex Morgan, Mia Hamm, Marta dan lain lain.

Konfederasi perempuan adalah sama dengan laki-laki: Oseania (OFC), Eropa (UEFA), Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF), Amerika Selatan (CONCACAF), Asia (AFC), dan Afrika (CAF). FIFA memperkirakan saat ini ada 40 juta perempuan yang bermain sepakbola di seluruh dunia.

Di berbagai negara barat terdapat kompetisi sepakbola perempuan yang diikuti oleh klub-klub sepakbola perempuan. Di Amerika, negara yang menjadi juara terbanyak di piala dunia perempuan, ada National Women’s Super League (NWSL) yang tahun ini memasuki tahun kelima sejak digulirkan tahun 2013, dan diikuti 9 klub. Liga perempuan di Inggris pertama kali digelar pada tahun 1991, dengan nama FA Women’s Premier League (FA WPL). Pada 2011 berganti nama menjadi FA Women’s Super League (FA WSL).

Pada tahun 2014, FA membagi liga perempuan dalam dua level, yaitu FA WSL 1 dan FA WSL 2. Bahkan, di Eropa ada UEFA Women’s Champion League, Liga Champions bagi klub sepakbola perempuan di Eropa. Ajang ini diikuti oleh klub sepakbola perempuan terbaik dari tiap negara UEFA, seperti halnya Liga Champions bagi kaum laki-laki.

Namun seiring berkembangnya sepakbola perempuan di dunia, sepakbola perempuan di Indonesia seakan tidak terdengar. Kalau persepakbolaan laki-laki Indonesia, tidak perlu ditanyakan lagi. Hampir tiap kota di Indonesia mempunyai klub kebanggaan. Banyak basis suporter yang begitu fantastis. Kompetisi berjalan, dari kasta terendah sampai tertinggi. Tim Nasional laki-laki masih eksis, meski sedikit prestasi yang bisa dibanggakan.

Namun membicarakan persepakbolaan perempuan Indonesia, apa ada klub sepakbola perempuan di tiap kota? Suporter? Kompetisi? Tim Nasional Perempuan?

Di Indonesia memang ada klub sepakbola perempuan, tapi masih sangat sedikit. Karena klub yang masih sedikit tersebut, kompetisi yang kompetitif pun tidak ada. Kalau pun ada kompetisi, itu pun hanya turnamen musiman. Oleh karena itu, Tim Nasional perempuan Indonesia menjadi tidak bisa berbicara banyak di kejuaraan perempuan level AFF, AFC, apalagi Piala Dunia. Berikut ini adalah tabel prestasi Tim Nasional perempuan Indonesia dalam berbagai kejuaraan.

Prestasi timnas sepakbola perempuan Indonesia. Sumber: Wikipedia

Beberapa tahun belakangan, sepakbola perempuan Indonesia kembali bergeliat. Berbagai klub sepakbola perempuan mulai bermunculan. Garda Siliwangi Sukabumi, PSW Mataram, dan lain-lain. Yang terbaru, pada akhir 2016, klub sepakbola perempuan muncul dari kota tempat RA Kartini lahir, Jepara.

Kota Jepara yang mempunyai julukan Bumi Kartini, kini mempunyai klub sepakbola perempuan yang bernama Persijap Kartini. Nama Kartini disematkan pada nama klub, agar semangat RA Kartini dalam memajukan harkat dan martabat kaum perempuan kembali bergelora, khususnya dalam konteks sepakbola.

Meski baru terbentuk, Persijap Kartini sudah berani mengikuti turnamen sepakbola perempuan. Turnamen pertama yang diikuti adalah Invitation Women`s Tournament Bengawan Cup II 2016, pada 28-31 Desember 2016, bersaing dengan tiga klub perempuan yang sudah berpengalaman. Meski akhirnya menelan tiga kekalahan beruntun, keberanian dan semangat Kartini muda perlu kita apresiasi.

Dengan terbentuknya Persijap Kartini, warga Jepara kini mempunyai dua klub sepakbola kebanggaan. Klub perempuan, Persijap Kartini, serta klub laki-laki, Persijap Jepara yang sudah dulu bersaing dalam kancah persepakbolaan nasional. Bahkan untuk mematangkan Persijap Kartini, manajemen Persijap telah mengundang klub Atletico Madrid perempuan untuk coaching clinic dan merencanakan pertandingan persahabatan pada Agustus 2017.

Manajemen Persijap yang diketuai oleh Kartini masa kini, Esti Puji Lestari, terus mematangkan konsep kompetisi internal untuk sepakbola perempuan sehingga bibit-bibit pemain yang ada bisa terus terbina secara baik dan berkesinambungan, yang nantinya akan bermuara pada pembentukan timnas sepakbola perempuan yang tangguh di masa depan.

Manajemen Persijap, khususnya CEO Esti Puji Lestari sangat serius dalam membangkitkan sepakbola perempuan di Indonesia. Setelah membentuk Persijap Kartini, Esti Puji Lestari yang juga menjadi ketua Yayasan Citra Raga Selaras (YCRS), menjadikan kota Jepara sebagai tuan rumah untuk Piala Putri Nusantara 2017, turnamen yang diharapkan menjadi cikal bakal liga sepakbola perempuan Indonesia.

Melalui kerjasama YCRS dengan PSSI, Piala Putri Nusantara 2017 akan bergulir di Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara pada 8-14 Maret. Turnamen tersebut digelar PSSI sebagai invitasi sepakbola perempuan tanah air, yang akan diikuti sepuluh asosiasi sepakbola provinsi. Mereka adalah Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY Yogyakarta, Papua, Banten, Riau dan Papua Barat.

Turnamen itu juga merupakan salah satu upaya PSSI untuk menyiapkan skuat yang bakal dikirim ke Laos dalam gelaran Piala AFF Women U-15 2017. Diharapkan dalam ajang tersebut Indonesia tidak hanya sekedar ikut serta, tapi juga menorehkan prestasi.

“Pada hari ini, merupakan Hari Perempuan International (International Women Day) , di mana setiap tahunnya seluruh perempuan di dunia merayakan hari yang menandakan kesetaraan gender dan keberhasilan para perempuan. Pada event ini juga dihadiri oleh tim Talent Scouting Nasional dan pelatih kepala timnas perempuan Indonesia, bapak Rully Nere (pelatih timnas perempuan Indonesia sekarang), yang juga akan memilih adik-adik usia 15 untuk kemudian diseleksi sebagai Tim Nasional Indonesia ke piala AFF 2017 di Laos.” Ujar Esti saat pembukaan Piala Putri Nusantara 2017.

Dari kota Jepara, RA Kartini, tokoh perjuangan perempuan nasional lahir. Tidak salah kan jika persepakbolaa perempuan Indonesia juga bangkit dari Bumi Kartini?

Foto: Fanpage Facebook Persijap Jepara

Penulis adalah warga Jepara yang tetap cinta tanah kelahiran meski sedang di perantauan. Mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Bisa dihubungi lewat akun twitter @izz_ibrahim17


Tulisan ini merupakan hasil kiriman pembaca lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis

Komentar