Kecaman yang Keliru Kepada Andri Syahputra

Berita

by redaksi 186710

Kecaman yang Keliru Kepada Andri Syahputra

Setelah diberitakan menolak untuk membela timnas U19, Andri Syahputra pun banjir kecaman. Namun sang ayah, Agus Sudarmanto, memberikan sebuah pandangan baru kepada para suporter yang mengecam Andri bahwa kecaman mereka mungkin keliru.

Setelah diproyeksikan oleh pelatih timnas U19, Indra Sjafri, sebagai bagian dari 12 pemain berdarah Indonesia di luar negeri yang akan dipanggil untuk membela timnas, Andri dikabarkan menolak panggilan untuk membela timnas U19. Hal ini diucapkan oleh Hanif Thamrin, direktur media dan hubungan internasional PSSI.

"Saya sudah menerima respon dari bapaknya Andri, Intinya dia minta tak membahas lagi soal anaknya di timnas. Saya mendapatkan pernyataan itu dari kawan saya yang sudah berkomunikasi langsung dengan bapaknya Andri. Karena ketika saya hubungi, baik melalui surat resmi ke pihak akademi atau telepon langsung bapaknya tidak pernah dijawab," ujar Hanif seperti dilansir detikSport.

Selayaknya Emil Audero Mulyadi, Andri pun banjir kecaman dari para suporter. Dalam sebuah foto yang ia unggah di Instagram, banyak komentar yang berisikan cacian dan makian untuk Andri, seperti tidak nasionalis ataupun sudah tidak cinta Indonesia. Tapi ada juga beberapa suporter yang mendukung keputusan Andri ini, walau jumlahnya tak sebanyak yang mencaci.

It`s not even on ref 😑

A post shared by Andri Syahputra (@andri010) on

Apa yang diutarakan oleh para pecinta sepakbola Indonesia tersebut tidaklah salah. Suporter memang salah satu elemen di sepakbola yang memiliki sebuah hak khusus, yaitu untuk berbicara sebebas dan semau mereka. Berkomentar, baik itu mendukung maupun menghina, sah-sah saja untuk dilakukan suporter, karena itu adalah hak istimewa mereka yang tidak dimiliki oleh elemen-elemen sepakbola yang lain.

Namun, menjadi tidak bijak ketika suporter tidak memandang dari sudut pandang yang lain, termasuk dari sudut pandang Andri sendiri. Agus Sudarmanto, selaku ayah dari Andri Syahputra, pun mengungkapkan perihal apa yang terjadi dalam pemanggilan anaknya ke timnas, yang diawali oleh kontak dengan seseorang bernama Farina, perwakilan dari PSSI.

"Awalnya Farina dari PSSI contact saya, katanya dia mau kirim undangan seleksi. Sehari setelahnya surat undangan seleksi itu sampai via QFA (federasi sepakbola Qatar), klub (Al-Gharafa), dan di-cc ke saya. Dua minggu kemudian saya diundang ke QFA, dan saya disodori draft surat yang menjadi surat balasan untuk surat pemanggilan PSSI tersebut," ujar Agus ketika dihubungi oleh kami lewat pesan singkat.

"Saya ingat poin dari surat balasan itu adalah karena Andri masih pelajar dan underage. Itu sudah masuk ranah QFA. Surat ini sendiri sudah dikirim balik oleh QFA ke klub tempat Andri bermain. Finalnya surat dari QFA ini dikirim ke FIFA, dan FIFA mengirim surat ini ke PSSI. Saya tidak tahu surat itu sudah sampai atau belum, tapi PSSI sudah bicara dulu ke media," tambahnya.

Dari ujaran Agus di atas, terlihat sama sekali tidak ada bahasa penolakan dari pihak keluarga. Perihal pemanggilan Agus ini sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab QFA dan klub, dan seharusnya PSSI menunggu surat balasan dari FIFA itu sampai, baru memberikan pernyataan terkait Andri.

Mendengar bahwa sang anak menjadi korban bully di media sosial, Agus pun menyayangkan sikap orang-orang yang mengecam Andri tanpa tahu duduk perkara yang sebenarnya. Agus di sini hanya ingin agar pendidikan anaknya tetap terjamin. Andri sendiri sekarang sedang mengenyam pendidikan di Qatar University. Pemain kelahiran 26 Juni 1999 mengambil jurusan olahraga di sana.

"Saya takut kalau Mama-nya mendengar soal ini, karena kecamannya memang luar biasa. Sebenarnya kami dari keluarga mendukung Andri untuk sukses, dan saya tidak bisa memaksa dia harus ke mana nantinya. Namun buat saya pendidikan yang utama, karena bola hanya sementara. Saya takut dia di DO (drop out) dari kampusnya karena aturan dari kampus sangat ketat. Tiga hari tidak masuk tanpa alasan langsung di DO," tambahnya.

Melihat kejadian seperti ini, hal ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi suporter bahwa sebelum mengecam sesuatu, ada baiknya juga mereka memandang dari sudut pandang yang lain, dalam kasus ini sudut pandang pihak Andri Syahputra. Hal tersebut akan menghindarkan kita dari kecaman yang keliru, sekaligus kecaman membabi buta.

Apalagi Andri masih berusia 17 tahun. Coba bayangkan jika dari kecil sudah banyak yang mengejek akibat dari kesalahpahaman, bukan tidak mungkin ia justru akan "malas" meladeni orang-orang Indonesia nantinya, ditambah misalnya harus memutuskan untuk berseragam tim nasional Indonesia. Ia pasti akan berpikir berkali-kali.

Biarlah Andri misalnya memang belum dewasa, usianya masih 17 tahun, tapi kitalah yang seharusnya sudah lebih dewasa dalam mengambil sikap dan juga (terutama) dalam berkomentar.

foto: @andri010

(sf)

Komentar