Persipon Bisa Bersaing di Kancah Persepakbolaan Indonesia, Tapi....

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Persipon Bisa Bersaing di Kancah Persepakbolaan Indonesia, Tapi....

Oleh: Fauzi Alvaro Hertianto

Persipon (Persatuan Sepakbola Indonesia Pontianak) adalah suatu klub sepakbola profesional yang didirikan pada tahun 1970. Sebagai klub sepakbola, Persipon mengalami kemajuan yang cukup pesat, seperti menjadi runner up Divisi 2 (2006), promosi ke Divisi 1 (2007), serta promosi ke Divisi Utama 2012.

Hingga kini, Persipon berada di Liga 2 Indonesia yang berada satu tingkat di bawah level tertinggi dalam persepakbolaan Indonesia yaitu Liga 1. Persipon yang memiliki julukan Elang Khatulistiwa menjadi kebanggaan warga kota Pontianak karena menjadi satu-satunya wakil dari Kalimantan Barat pada Divisi Utama. Persipon juga pernah menjadi juara turnamen sepakbola di luar negeri, tepatnya di Malaysia yaitu Turnamen Kejohanan Bola Sepak Antar Bangsa Empat Penjuru Piala Soccer Enthuasiast Grup (SEG) I 2013.

Sebagai klub profesional, Persipon tidak bisa lagi menerima dana dari APBD pemerintah kota. Hal ini menjadi masalah serius, ketika manajemen klub tidak mampu mencari dana yang cukup untuk dapat berpartisipasi penuh dalam liga. Tiap tahun, permasalahan dana merupakan masalah yang sering dijumpai oleh manajemen Persipon. Bahkan Persipon pernah dilaporkan ke PSSI oleh dua pemain asingnya karena tidak mampu melunasi tunggakan gaji.

Jika dilihat lebih dalam, Persipon merupakan klub kebanggaan Kota Pontianak yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Dengan posisinya sebagai ibukota sebuah provinsi, harusnya tidak sulit bagi Persipon untuk mendapatkan dana maupun sponsor. Banyak perusahaan-perusahaan swasta serta BUMD yang beroperasi di kota Pontianak, namun perusahaan-perusahaan tersebut minim perhatian terhadap klub sepakbola lokal.

Persipon sendiri pernah mendatangkan pemain sekaliber Kurniawan DY dan mendapatkan sponsor swasta yang notabene dimiliki oleh pengusaha sekaligus anggota dewan asal Kalimantan Barat, tetapi itu tidak cukup. Persiapan yang mepet serta ketidakseriusan manajemen dalam mengelola klub sepakbola secara profesional menjadi kendala Persipon untuk meraih hasil maksimal.

Di kota Pontianak terdapat dua stadion yang biasa digunakan oleh Persipon, yaitu Stadion Keboen Sajoek (PSP) dan stadion Sultan Syarif Abdurrahman (SSA). Kondisi kedua stadion tersebut juga memprihatinkan.

Stadion Keboen Sajoek yang bersejarah karena pernah menjadi tempat pengibaran bendera merah putih pertama kali di Pontianak, sekarang kondisinya sudah tidak layak digunakan untuk pertandingan sepakbola nasional. Di sekitar stadion pun menjamur tempat-tempat penjualan souvenir khas Pontianak.

Stadion Sultan Syarif Abdurrahman hanya bernasib sedikit lebih baik dari stadion Keboen Sajoek. Stadion Sultan Syarif Abdurrahman, yang mempunyai kapasitas penonton sebesar 5.000 menjadi homebase Persipon ketika mengarungi kompetisi pada 2014 silam. Meski sering digunakan, kondisi rumput dan sarana pendukung stadion jauh dari kata memadai.

Persipon pernah dinyatakan bubar oleh pengurus, selama terjadinya pembekuan PSSI oleh pemerintah. Dalam kompetisi ISC, Persipon sebenarnya diundang oleh penyelenggara, tetapi permasalahan kesiapan dana dan tim sendiri menjadikan Persipon tidak dapat berpartisipasi dalam ISC.

Memasuki kompetisi 2017, sebagai perbandingan dengan klub-klub Liga 2 lainnya yang telah melakukan persiapan untuk menghadapi kompetisi baru, Persipon belum ada persiapan yang serius. Bagaimana mungkin dapat mempersiapkan tim dengan baik, dengan hanya persiapan satu bulan, ketika Liga 2 dimulai pada Maret 2017.

Edi Rusdi Kamtono, sebagai salah satu pengurus Persipon, Ketua Asprov Kota Pontianak, dan wakil walikota Pontianak pernah berujar, bahwa ia akan berkoordinasi dengan Bupati Sintang dan mempersilahkan Persipon berganti nama menjadi Persipon Sintang jika memang Bupati Sintang bersedia membiayai Persipon. Semudah itukah melepas klub kebanggaan kota Pontianak?

Ini menjadi permasalahan yang perlu perhatian serius bagi pecinta sepakbola Pontianak maupun Kalimantan Barat. Mencari dana atau sponsor menjadi tantangan yang tidaklah mudah, tetapi bukan pula mustahil untuk dilakukan. Perlu perhatian dan kerja yang serius serta maksimal untuk mencapai itu. Manajemen dapat belajar dari klub-klub yang mampu menggaet sponsor atau bahkan belajar dari klub-klub Liga 2 lainnya dalam mempersiapkan tim yang baik.

Menjadi kebanggaan masyarakat sendiri ketika ada klub sepakbola lokal yang dapat mampu bersaing di sepakbola nasional. Bisa dilihat dari klub-klub besar seperti Persib, Persija, Persebaya, Arema yang mempunyai pendukung fanatik yang jumlahnya sangat membanggakan. Hal ini dikarenakan kecintaan serta kebanggaan mereka atas klub dari tempat mereka berasal. Klub-klub di luar Pulau Jawa seperti Persipura, Sriwijaya FC, maupun PSM Makassar juga memiliki pendukung yang tidak kalah banyak. Dimana ketika klub-klub tersebut bermain di kandang sendiri hampir bisa dipastikan stadion akan terisi penuh.

Selain itu, klub-klub tersebut juga memiliki manajemen klub yang cukup profesional. Bisa menjalankan bisnis klub dengan baik sehingga bisa besar seperti sekarang. Perasaan cinta dan bangga itulah yang tentunya ingin dirasakan juga oleh masyarakat kota ataupun kabupaten lain di Indonesia termasuk kota Pontianak.

Pemerintah pusat memberikan perhatian yang cukup terhadap sepakbola nasional, terbukti dalam rapat terbatas Presiden Republik Indonesia membahas serta memberikan solusi untuk sepakbola nasional. Mulai dari pembenahan infratrusktur lapangan sepakbola di desa-desa hingga perbaikan manajemen klub.

Sepakbola nasional butuh klub-klub yang maju serta profesional dari setiap kota atau kabupaten di seluruh Indonesia. Pengelolaan klub-klub sepakbola perlu perbaikan serius. Infrastruktur di tiap-tiap daerah juga perlu diperbaiki dan diperbanyak. Dengan begitu, maka sepakbola nasional akan maju dan hal tersebut akan berdampak positif terhadap tim nasional Indonesia. Lebih lanjut, hal ini tentu memberikan angin segar bagi pecinta sepakbola nasional, terutama bagi klub-klub sepakbola yang masih berkembang.

Perbaikan manajemen klub Persipon sebaiknya dilakukan dari sekarang. Dengan pengelolaan yang baik, profesional, dilakukan oleh personal yang benar-benar mencintai sepakbola dan kota Pontianak, Persipon akan dapat maju dan berkembang tanpa harus dilepas kepada pihak-pihak yang ingin membawa Persipon keluar dari kota Pontianak. Jangan sampai hal-hal yang terjadi pada Persisam Samarinda dan Persiram Raja Ampat, diakuisisi dan dipaksa hengkang keluar kota atau kabupaten asalnya terjadi pada Persipon Pontianak.

Persipon Pontianak bisa dikelola dengan baik dan profesional. Persipon Pontianak bisa berprestasi. Persipon Pontianak bisa bersaing di kancah persepakbolaan nasional. Pertanyaannya adalah, siapakah yang bisa memajukan Persipon Pontianak?

foto: @elangPERSIPON

Penulis adalah Pegawai Negeri Sipil, juga pecinta sepakbola yang mencintai kota Pontianak. Bisa dihubungi lewat akun Twitter @ojialvaro


Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, meramaikan sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Isi tulisan dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar