"The Eritrean Way" dalam Diri Alexander Isak

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

"The Eritrean Way" dalam Diri Alexander Isak

Alexander Isak akhirnya resmi bergabung dengan Borussia Dortmund. Pemuda berusia 17 tahun tersebut berhasil diangkut oleh Die Borussen dari klub asalnya, AIK Solna. Ada banyak harapan yang hadir ketika Isak memutuskan membela Dortmund, entah itu menjadi the next Zlatan Ibrahimovic ataupun the next Pierre-Emerick Aubameyang.

Tak salah menyematkan harapan kepada Isak, walau sebenarnya hal ini juga tidak baik untuk dilakukan. Namun dengan bergabungnya Isak ke Borussia Dortmund, hal ini menunjukkan sesuatu yang mungkin belum diketahui oleh banyak orang, yaitu tentang negara Eritrea. Isak adalah wujud dari The Eritrean Way, tentang bagaimana orang Eritrea, dengan segala etos kerja yang ia miliki, meraih sukses di bidang olahraga.

Negara Eritrea, Pemasok Atlet-Atlet Terbaik Dunia

Eritrea adalah sebuah negara yang berada di wilayah timur benua Afrika, berbatasan langsung dengan Laut Merah. Memiliki ibu kota bernama Asmara, serta diapit oleh negara Sudan dan Ethiopia, sepakbola dan sepeda menjadi olahraga yang cukup digemari di negara yang sekarang dipimpin oleh Isaias Afwerki ini.

Meski negaranya kalah kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain di sekitarnya, tapi bukan berarti Eritrea minim prestasi, khususnya di bidang olahraga. Beberapa atlet yang memiliki darah Eritrea (meski tidak mewakili negara Eritrea) sukses mencatatkan prestasi gemilang dalam berbagai ajang olahraga skala internasional.

Girmay Ghebreslassie adalah pemegang rekor atlet termuda yang menjuarai ajang New York City Marathon Champion. Daniel Teklehaimanot adalah atlet sepeda yang memenangi salah satu etape dalam Tour de France. Ada juga nama Zeresenay Tadesse yang sukses berkarier sebagai pelari marathon dan nama Henok Goitom, atlet sepakbola yang sudah melejit terlebih dahulu namanya bersama San Jose Earthquakes, sebelum nama Alexander Isak naik.

Semua atlet-atlet di atas, meski tidak semuanya membela negara Eritrea, memiliki darah Eritrea di dalam tubuh mereka. Darah Eritrea ini berasal dari orang tua mereka yang menyelamatkan diri ke negara lain ketika Eritrea mengalami pergolakan politik pada kisaran tahun 50 sampai 70an dengan Ethiopia. Mereka juga mewarisi semangat Eritrea, The Eritrean Way, yang diajarkan oleh orang tua mereka.

Inilah yang juga dialami oleh Alexander Isak.

The Eritrean Way Dalam Diri Alexander Isak

Sebagaimana halnya atlet-atlet berdarah Eritrea yang berprestasi, Isak pun adalah atlet sepakbola yang dinilai memiliki talenta tidak terbatas dan mampu bersaing dalam sepakbola level tinggi. Kemampuan yang didapat Isak sekarang adalah karena nilai-nilai Eritrea yang sudah ditanamkan sejak ia masih kecil.

Isak lahir di Solna, sebuah wilayah di kota Stockholm, pada 1999. Tempat lahir dan tempat tinggal Isak adalah sebuah komunitas orang-orang Eritrea yang melarikan diri ke Swedia ketika Eritrea bersitegang dengan Ethiopia perihal kemerdekaan Eritrea. Dilahirkan di sebuah komunitas yang berisikan banyak orang-orang Eritrea, Isak pun menyerap nilai-nilai ke-Eritrea-an dengan baik, dan hal ini berpengaruh terhadap perjalanan karier sepakbolanya.

Mengidolakan Zlatan Ibrahimovic dan Henok Goitom (sesama asal Eritrea), karier Isak pun dianggap cukup melejit ketika ia masih berusia muda. Bergabung dengan klub kota asalnya, AIK Solna, sejak masih berusia enam tahun, Isak sukses mencatatkan debutnya di tim utama ketika ia masih berusia 16 tahun. Isak juga sudah mencatatkan dua kali penampilan bersama timnas Swedia dan menorehkan satu gol. Catatan yang cukup apik mengingat usianya yang belum genap masuk 18 tahun.

Penampilan-penampilan mengesankan yang Isak catatkan di atas, tidak lain adalah karena Isak menerapkan nilai-nilai Eritrea, The Eritrean Way, yang sudah ditanamkan kepada dirinya sejak lama. Hal ini diakui oleh banyak orang, termasuk oleh rekan setimnya di AIK Solna, Chinedu Obasi. Ia mengungkapkan bahwa sifat baiknya, etos kerja yang dimiliki, serta kedewasaan dalam menyikapi berbagai hal adalah hal yang Obasi lihat dalam diri Isak.

"Apa yang ditampilkannya selama di lapangan adalah hasil dari apa yang ia lakukan di luar lapangan. Kebaikannya, etos kerjanya, serta kedewasaannya mengantarkannya meraih berbagai hal luar biasa dalam waktu yang cukup singkat. Tapi, jika ia tetap merendah dan terus melakukan seperti apa yang ia lakukan sekarang, saya yakin ia bisa menjadi pemain hebat di masa depan," ujar Obasi.

Berlabuh di Dortmund, Pilihan Tepat?

Dengan apa-apa yang sudah ia capai sampai sekarang, tak aneh jika banyak klub besar Eropa yang menginginkan jasanya. Beruntung, ia memilih Borussia Dortmund sebagai tempat ia berlabuh selanjutnya. Dortmund musim 2016/2017 berisikan pemain-pemain muda, yang kesempatan tampilnya dibagi dengan baik oleh sang pelatih, Thomas Tuchel.

Walau di posisinya sekarang ada nama seperti Pierre-Emerick Aubameyang, dengan segala Eritrean Way yang ada dalam dirinya, bukan tidak mungkin ia mampu bersaing dengan Aubameyang dalam usaha memperebutkan posisi sebagai penyerang utama Dortmund untuk masa depan. Henok Goitom, pemain yang memiliki asal yang sama dengan Isak, mengungkapkan bahwa Isak dapat menjadi pemain hebat, jika ia diasuh dengan baik.

"Jika Anda mengasuh Isak dengan baik, ia akan menjadi aset penting untuk klub tempat ia bernaung, karena ia sudah paham tentang sepakbola itu sendiri, baik di dalam maupun di luar lapangan," ujar Goitom.

Dengan darah Eritrea dan semangat Eritrean Way yang ia miliki, dan juga kebijakan di Dortmund sekarang yang cukup percaya dengan kemampuan para pemain muda, tampaknya kota Dortmund akan menjadi tempat yang dapat membuat Isak betah tinggal berlama-lama di sana.

Semoga tidak ada aral aneh yang melintang, dan dalam beberapa tahun ke depan kita dapat melihat Isak yang jauh lebih matang dan lebih hebat dari Isak yang sekarang.

foto: Wikimedia

Komentar