Akankah Arsenal Mengakhiri Laga ke-200 di Stadion Emirates Dengan Manis?

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Akankah Arsenal Mengakhiri Laga ke-200 di Stadion Emirates Dengan Manis?

Setelah susah payah mengalahkan West Bromwich Albion di laga Boxing Day yang berlangsung pada Senin (26/12/2016), Arsenal akan kembali menghadapi lawan yang cukup menyusahkan. The Gunners akan menjamu Crystal Palace dalam laga yang dilangsungkan pada Minggu (1/1/2017) malam di Stadion Emirates.

Bagi Arsenal, ini adalah laga ke-200 yang akan mereka jalani di Stadion Emirates yang diresmikan pada 2006 ini. Dalam 199 laga yang sudah dijalankan di sini, total Arsenal sudah meraih 129 kemenangan, 47 kali hasil seri, dan 23 kali kekalahan. Laga melawan Palace ini akan menjadi laga ke-200 Arsenal di Stadion Emirates. Tentunya Arsenal dan para pendukungnya ingin laga tersebut berakhir dengan manis.

Tapi apakah Arsenal mampu melakukan hal tersebut dan menaklukkan Crystal Palace?

Opsi Serangan Arsenal yang Sudah Bertambah

Dalam laga melawan West Brom, Arsenal begitu kesulitan untuk menembus pertahanan The Hawthorns. Serangan-serangan yang kerap dilancarkan oleh The Gunners selalu mental di tangan Ben Foster atau mampu ditepis oleh pertahanan West Brom yang digalang oleh Gareth McAuley dan Johnny Evans. Menguasai bola dengan persentase 75,6% dan mencatatkan tembakan sebanyak 26 kali, Arsenal sempat begitu sulit mencetak gol ke gawang West Brom.

Serangan Arsenal yang mengandalkan umpan-umpan cepat, berpadu dengan pergerakan antara Mesut Özil, Alexis Sanchez, dan Alex Iwobi, nyatanya cukup sulit untuk menembus pertahanan West Brom yang menumpuk lima sampai enam pemain di area sepertiga akhir hingga kotak penalti.

Namun dalam pertandingan tersebut, ada dua pemain yang setidaknya memberikan pengaruh yang cukup besar selain Sanchez ataupun Özil. Mereka adalah Granit Xhaka dan Olivier Giroud. Xhaka yang diposisikan menjadi double pivot bersama dengan Francis Coquelin ini memberikan tekanan kepada lini pertahanan West Brom dengan umpan-umpan kombinasi yang ia lakukan bersama Sanchez maupun Özil.

Sementara itu Giroud yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan peluang sekecil apapun mampu menjadi penentu dalam pertandingan tersebut. Sundulannya pada menit akhir, selain membuat The Gunners mampu unggul atas West Brom, mencerminkan bahwa dengan adanya sosok Giroud di dalam kotak penalti, umpan-umpan silang yang dilesakkan oleh para pemain sayap Arsenal bisa dimanfaatkan, entah itu dipantulkan kepada pemain yang muncul di second line atau disundul langsung masuk ke gawang.

Dengan kemampuan Giroud untuk menjadi pemantul dan finisher, serta kemampuan para gelandang serang (kemungkinan akan diisi kembali oleh Sanchez, Özil, dan Iwobi) yang dapat menyelesaikan dan menciptakan peluang, Arsenal memiliki dua opsi serangan yang bisa digunakan: kombinasi umpan-umpan pendek yang menjadi ciri khas Arsenal, serta umpan-umpan silang ke dalam kotak penalti.

Waspada Permainan Fisik yang Akan Diterapkan Palace

Tapi usaha The Gunners untuk mencatatkan torehan positif dalam laga ke-200 mereka di Stadion Emirates tampaknya akan menemui jalan yang cukup sulit. Crystal Palace yang sekarang dimanajeri oleh manajer baru, Sam Allardyce, adalah tim yang sedikit berbeda. Selain diisi oleh pemain bertalenta seperti Christian Benteke, Yohan Cabaye, dan Wilfried Zaha, Palace sekarang tak segan untuk bermain secara fisik.

Allardyce adalah manajer asal Inggris yang menerapkan gaya kick and rush di tim yang ia asuh, hampir serupa dengan apa yang diterapkan oleh Tony Pulis di West Brom. Permainan kick and rush yang diterapkan ini akan membuat para pemain Palace tidak segan untuk melakukan permainan fisik, baik itu berupa benturan ataupun melakukan pelanggaran jika dirasa perlu. Dalam laga melawan Watford, para pemain Palace bahkan sampai 17 kali melakukan pelanggaran.

Menghadapi lawan seperti ini, Arsenal tentu harus waspada. Lazimnya The Gunners kerap kesulitan ketika menghadapi lawan yang mengandalkan permainan fisik. Itu yang terlihat ketika Arsenal menang atas West Brom kemarin. Belum lagi Allardyce adalah manajer pragmatis yang lebih mengutamakan kemenangan daripada apapun. Ancaman serangan balik lewat pergerakan dari Cabaye, Zaha, yang diakhiri dengan sosok Benteke akan menjadi ancaman tersendiri bagi pertahanan Arsenal.

***

Walau kemenangan terakhir Palace di kandang Arsenal terjadi pada 1994 silam, bukan tidak mungkin jika Arsenal tidak waspada, perpaduan antara permainan pragmatis Big Sam dengan talenta-talenta yang ada dalam tubuh Crystal Palace dapat memberikan waktu yang sulit bagi Arsenal untuk meraih kemenangan dalam laga ke-200 di Emirates.

Walau begitu, jika Arsenal tetap menekan dengan konstan seperti yang mereka lakukan ketika melawan West Brom, bukan tidak mungkin kemenangan akan mereka dapatkan, meski hanya dengan skor tipis.

foto: @Arsenal

Komentar