Tangisan Rizky Pora

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Tangisan Rizky Pora

Artikel #AyoIndonesia karya Rio Rizky Pangestu

Para pendukung Indonesia sempat dibuat senyap sejenak pada menit 32’ ketika Teerasil Dangda berhasil mencetak gol ke gawang Kurnia Meiga pada leg pertama final Piala AFF 2016. Gol tersebut membuat laga antara Indonesia menghadapi Thailand di Stadion Pakansari berubah menjadi 0-1 untuk sang tamu.

Berawal dari serangan Thailand di sisi kanan pertahanan Indonesia, Theerathon Bunmathan lantas melepaskan umpan silang ke daerah kotak penalti Indonesia. Teerasil yang lolos dari penjagaan Fachrudin dan Abduh Lestaluhu, dengan leluasa mengarahkan sundulannya ke sisi kiri gawang Kurnia Meiga.

Tak seperti biasanya memang, melawan Thailand, Indonesia terlihat seperti tak lepas bermain. Terbukti dari statistik, hanya dua tembakan saja yang berhasil diciptakan Indonesia di babak awal, sedangkan Thailand berhasil melesakkan enam tembakan, dan salah satunya berbuah gol.

Di babak kedua, harapan muncul ketika Rizky Pora berhasil mencetak gol lewat sepakan kaki kiri nya dari luar kotak penalti. Gol diawali dari kesalahan umpan panjang pemain Thailand, Theeraton Bunmathan, yang bermaksud ingin mengalihkan bola dari sisi kiri ke tengah. Namun, umpannya tidak akurat, dan akhirnya bola jatuh di kaki Rizky Pora, usai mendorong bola beberapa langkah ke depan, Pora melepaskan tembakan dari luar kotak penalti Thailand. Bola yang dilepaskan Pora sempat menyentuh tubuh salah satu bek Thailand, sehingga bola sedikit berubah arah. Bola yang berubah arah tersebut, cukup membuat kiper Thailand, Kawin Thamasatchanan, mati langkah. Bola melesat masuk ke gawang Thailand di menit 64’. Stadion Pakansari bergemuruh, kedudukan sementara sama kuat 1-1.

Sulit dimungkiri bahwa gol Rizky Pora berhasil menaikkan mental dan semangat punggawa Timnas Indonesia lainnya. Selang sekitar lima menit setelah gol Pora tercipta, Hansamu Yama berhasil membuat Stadion Pakansari kembali bergetar. Berawal dari permainan apik antara Zulham Zamrun dan Boaz Solossa yang memainkan umpan satu-dua di sisi kiri pertahanan Thailand, Zulham lantas mendapat peluang terbuka untuk mencetak gol. Zulham menembakkan bola beberapa meter saja dari gawang Thailand, namun tembakkannya itu membentur salah satu bek Thailand, Adison Promrak, bola berubah arah, sempat membentur tiang gawang bagian luar, dan akhirnya keluar menghasilkan tendangan penjuru.

Tendangan penjuru yang dilepaskan Rizky Pora dari sisi kiri pertahanan Thailand, berhasil menemui kepala Hansamu Yama. Sundulan Hansamu melambung tinggi ke sisi kiri gawang Thailand. Kawin Thamasatchanan yang sudah out of position, karena sebelumnya mencoba meraih bola dengan maju kedepan, sulit untuk menjangkau bola sundulan Hansamu. Kedudukan berbalik, Indonesia unggul 2-1 hingga akhir pertandingan. Seluruh supporter Indonesia yang hadir di Stadion Pakansari malam itu larut dalam sukacita atas kemenangan yang diraih Timnas Indonesia. Skor yang cukup bagus untuk menjadi modal leg kedua yang akan dihelat di Thailand, Sabtu 17 Desember 2016.

***

Rizky Rizaldi Pora, pemain kelahiran Ternate, Maluku Utara, 27 tahun silam itu keluar sebagai Man of The Match laga final piala AFF 2016 leg pertama Indonesia vs Thailand. Selain berkat satu golnya di menit 64’ yang berhasil menaikkan kembali mental pasukan Garuda usai sebelumnya tertinggal 0-1, ia juga berkontribusi atas gol kedua Indonesia yang dicetak Hansamu Yama. Ya, Pora lah yang mengeksekusi sepakan pojok, hingga akhirnya disundul Hansamu dan berbuah gol.

Dalam sesi jumpa pers usai pertandingan, seperti dilansir FourFourTwo, pelatih Timnas Indonesia—Alfred Riedl, mengungkapkan bahwa gol Rizky Pora menjadi momentum kebangkitan Timnas Indonesia.

“Babak pertama memang lini belakang kami ada kebocoran, tapi di babak kedua kami coba terus merepotkan mereka. Hingga akhirnya Rizky Pora mencetak gol, dan itu menjadi momentum kami hingga akhirnya tercipta satu gol lagi,” tukas Riedl.

Rizky Pora merupakan pemain yang mahir men-dribble bola dan memiliki kecepatan dalam menyisir sisi lapangan yang sering merepotkan pertahanan lawan ini. Ia kemudian menjadi yang berkontribusi besar dalam memberikan kemenangan bagi Timnas Indonesia. Lantas tak heran ia menjadi buah bibir tak hanya di Indonesia, bahkan juga di media Internasional.

Fox Sport Asia melabeli nya sebagai pemain sayap kiri yang mematikan. “Pergerakan cepat, kemampuan dribble bola, dan kengototan Rizky Pora dipercaya mampu membuat barisan lawan depresi,” komentar Fox Sport Asia, seperti dilansir Tempo.Co.

Yang menarik, adalah ketika Rizky Pora diwawancara usai laga, tentang apa yang menjadi senjata rahasia nya dalam bermain cepat dan kuat. Kala itu Rizky menjawab Papeda lah yang membuat nya seperti itu. “Papeda, Kakak. Sagu yang membuat saya seperti ini,” ujar nya seperti dilansir Antara.

Unik rasanya menjalar dalam dada ketika teringat sagu, makanan khas orang Indonesia Timur, yang sekaligus menjadi bahan bakar untuk Rizky Pora bermain hebat di lapangan, sekarang sedang diambang kemusnahan. Seperti yang terjadi di Muting, sebuah distrik di sebelah Utara kota Merauke. Di sana hidup orang Malind bermarga Mahuze, yang saat ini lahan dan hutan sagu mereka terancam hilang dikarenakan ekspansi perusahaan perkebunan sawit, dan masih berjuang mempertahankan lahan sagu mereka.

Penghancuran pohon-pohon sagu di sana, berawal ketika perusahaan perkebunan sawit mendapat “legitimasi” operasi di lahan mereka usai mendapat tandatangan persetujuan dari Linus Mahuze. Linus merupakan kepala marga terdahulu, yang meninggal dunia justru saat operasi penghancuran hutan sagu berjalan dan masyarakat mulai melakukan protes.

Dalam sebuah film dokumenter yang dibuat oleh Watchdoc—yang meliput kehidupan sehari-hari dan perjuangan mereka dalam mempertahankan tanahnya, terdapat salah satu scene ketika para warga melakukan pertemuan dan rapat. Dalam rapat itu warga membicarakan bahwa perusahaan diduga kuat telah menyogok Linus, sang ketua marga, dengan uang 350 juta rupiah untuk menandatangani dokumen persetujuan operasi perkebunan sawit. Linus juga sering dibawa pihak perusahaan ke Jakarta, dan pada saat penandatanganan dokumen persetujuan, tak ada komunikasi terdahulu yang dilakukan dengan warga Mahuze lainnya.

Alhasil, perusahaan melancarkan buldozer-buldozer nya untuk menghancurkan pohon-pohon sagu di hutan mereka. Menghancurkan tanaman sagu, sagu yang menjadi sumber pangan warga Mahuze, yang juga digunakan sebagai pangan “senjata andalan” oleh Rizky Pora.

Melihat buldozer-buldozer perusahaan yang rakus membabi buta menghancurkan hutan mereka, warga jelas tidak diam. Warga Mahuze kemudian mendatangi pekerja-pekerja perusahaan yang sedang beroperasi, dan mengusir mereka untuk berhenti melakukan kerusakan. Setelahnya warga membuat dan mendirikan sebuah patok bertuliskan “Hentikan Intimidasi Perampasan Tanah Kami” sebagai simbol perlawanan.

Namun, apa boleh bikin, iblis memang selalu mencari cara—dengan cara biadab sekalipun, untuk mendapat sesuatu yang diinginkan nya. Selang beberapa hari setelah patok berdiri, warga menemukan patok tersebut telah dicabut dan dirusak oleh pihak perusahaan. Lantas, alat-alat penghancur pun terlihat berkegiatan kembali melanjutkan kegiatan nya seperti semula.

Warga Mahuze yang melihat ini semua, jelas tidak terima. Dan—seperti Rizky Pora yang selalu ngotot diatas lapangan untuk memenangkan pertandingan—warga Mahuze pun demikian. Mereka tak berhenti melawan keserakahan itu, dengan lantas melakukan upacara “Ritual Tanam Kepala Babi” yang merupakan simbol adat tertinggi: jika patok kembali dilanggar dan dihancurkan, maka nyawalah yang menjadi konsekuensinya.

Sagu telah menjadi makanan khas orang-orang Timur di Indonesia. Mereka tak bisa begitu saja melepaskan lahan-lahan sumber pangan mereka dan dipaksa untuk sama mengonsumsi beras seperti orang-orang di Jawa atau wilayah Indonesia lainnya. Seperti yang sedang direncanakan Presiden ihwal mencetak 1,2 juta hektar sawah di distrik Kurik, Merauke, dalam waktu 3 tahun. Sebuah politik pangan yang akan memaksa masyarakat di sana untuk mengubah makanan pokok mereka menadi beras.

***

Usai peluit panjang tanda pertandingan leg kedua semifinal Piala AFF 2016 berakhir, sorot kamera televisi menyorot Rizky Pora yang terbaring di lapangan sembari menangis. Agaknya, hampir semua orang sepakat bahwa itu adalah tangis kebahagiaan, bahagia karena ia bisa mengantarkan Indonesia ke final.

Namun, orang juga boleh mengartikan tangis itu sebagai tangis pilu lantaran Rizky Pora terancam akan kehilangan sagu yang menjadi makanannya dan membuat dirinya bisa bermain hebat di atas lapangan. Karena sagu, telah memenangkan dan menyelamatkan muka Indonesia di Piala AFF 2016, di hadapan masyarakatnya sendiri.

Penulis merupakan fotografer Lepas, Zine Maker berakun Twiter @riopngst. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar