Menanti Kebangkitan Sepakbola Lampung Bersama SS Lampung FC dan Lampung FC

PanditSharing

by Pandit Sharing Pilihan

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Menanti Kebangkitan Sepakbola Lampung Bersama SS Lampung FC dan Lampung FC

Oleh: Ajie Rahmansyah

Saat pertama kali sampai di Yogyakarta lima tahun lalu, saya berkenalan dengan seorang pemuda yang ternyata satu fakultas bersama saya. Kebetulan teman baru saya tersebut sama-sama menyukai sepakbola. Saya kemudian mendapat pertanyaan yang sangat menohok darinya.

Teman saya bertanya, “Jie apa Lampung punya klub sepakbola? Kami di sini memiliki PSS Sleman, PSIM Yogyakarta, dan Persiba Bantul. Lantas apa klub sepakbola kalian? Dan apa prestasi yang pernah didapat Lampung di sepakbola?” Saya pun sempat terdiam dan berusaha menjelaskan semampu saya.

Provinsi Lampung sebenarnya sempat disegani di dunia persepakbolaan Indonesia. Lebih tepatnya saat era Galatama di era 80an. Saat itu Jaka Utama cukup disegani di kompetisi tersebut karena berisikan pemain-pemain yang berlabel bintang macam Mundari Karya, Bambang Sunarto, M John, dan Bujang Nasril.

Puncak dari kesuksesan sepakbola Lampung adalah saat mereka menjuarai cabang olahraga sepakbola pada PON 1981 di Jakarta dengan mayoritas skuat saat itu berasal dari Jaka Utama. Di era Perserikatan pun PSBL Bandar Lampung mampu melaju hingga babak semifinal pada 1988. Saat itu PSBL meraih sukses di bawah pelatih kharismatik Paul Cumming.

Selain itu provinsi yang terkenal akan komoditi keripik pisangnya ini menjadi tempat lahir beberapa individu yang mengharumkan persepakbolaan nasional. Pelatih yang pernah menangani Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan lahir di kota Metro, Lampung. Ada juga pemain belakang Persib, Purwaka Yudhi, yang lahir di Bandar Lampung. Coach RD berhasil membawa Sriwijaya FC meraih double winners, sementara Purwaka Yudhi sempat menjadi andalan di Arema.

Pada era Liga Indonesia awal, sepakbola Lampung kembali menorehkan prestasi. Ketika itu PSBL Bandar Lampung finis di posisi enam Wilayah Barat pada Divisi Utama 1996-1997. Prestasi yang terbilang cukup baik karena musim tersebut adalah musim perdana PSBL bermain di kompetisi sepakbola level tertinggi Indonesia. Semusim berselang PSBL bahkan dapat bertahan di lima besar sebelum kompetisi dihentikan karena situasi politik Indonesia saat itu yang kurang kondusif (kejadian 1998).

Setelah beberapa musim dapat bertahan di posisi 10 besar, PSBL kemudian terdegradasi ke Divisi I pada 2002 setelah hanya berada di posisi ke 10 dari 13 klub di Wilayah Barat. Setelahnya PSBL tampak begitu sulit untuk promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia. Bahkan PSBL sempat turun ke Divisi II sebelum akhirnya mereka mampu promosi ke Divisi I lagi pada musim 2012/2013.

Setelah promosi ke Divisi Utama, PSBL kemudian mengubah nama mereka menjadi Lampung FC. Peraturan yang mengharuskan tim Divisi Utama menjadi mandiri tanpa bantuan APBD menjadi alasan di balik perubahan nama tersebut. Situasi menjadi pelik saat itu karena PSSI berada dalam masa dualisme yang membuat dua liga berjalan beriringan termasuk Divisi Utama. Lampung FC kemudian memilih mengikuti kompetisi Divisi Utama versi PT LPIS.

Pada musim tersebut Lampung FC secara mengejutkan lolos ke partai final Divisi Utama menghadapi PSS Sleman. Bermain di Stadion Maguwoharjo, anak-anak asuh M. Nasir takluk 2-1 dari tuan rumah. Kegagalan Lampung FC bertambah pelik karena PSSI saat itu tidak mau mengambil tim yang berkompetisi di bawah PT LPIS sebagai tim promosi.

Lampung FC justru menjadi klub yang dihukum bersama enam klub lain yang dianggap membangkang terhadap PSSI. Lampung FC kemudian membubarkan diri dan sepakbola Lampung kembali mati suri.

Lahirnya SS Lampung FC, dan Kembalinya Lampung FC

Di tengah sepinya persepakbolaan Lampung, seseorang bernama Adolf Ayatullah Indrajaya memiliki keinginan untuk membangkitkan sepakbola di provinsi yang identik dengan gajah tersebut. Pada 2014 Adolf bersama beberapa pendukung senior dan pecinta sepakbola di Lampung mengambil alih PSBL atau Lampung FC yang bubar setelah final divisi utama LPIS.

Adolf kemudian membentuk SS (Sakai Sambayan) Lampung FC. SS Lampung FC menjadi klub mandiri yang dibentuk oleh sekelompok pendukung. Adolf mengatakan bahwa pembentukan SS Lampung FC adalah untuk menjaga agar animo sepakbola Lampung tetap terjaga.

Kiprah SS Lampung FC dimulai ketika pada 2015 mereka mendaftar ke Liga Nusantara yang merupakan kompetisi level terendah sepakbola Indonesia. Mereka juga mengadakan seleksi pemain, lalu terpilihlah beberapa pemain yang berusia 18-22 tahun. SS Lampung FC juga merekrut beberapa pemain senior yaitu Eko Maryadi yang pernah membela PSBL pada 2000an serta Nursidik yang merupakan pemain yang pernah membela Semen Padang.

Selain dua nama tersebut, SS Lampung FC di luar dugaan mampu mendaratkan pemain kenamaan Indonesia, Ellie Aiboy. Kedatangan Ellie disambut meriah oleh BSS (Balai Sakai Sambayan), kelompok suporter SS Lampung FC. Salah satu cerita menarik dari kedatangan partner Bambang Pamungkas di Selangor FC ini adalah ketika dirinya menyebut klub barunya sebagai “klub gila”.

Ia menyebut SS Lampung FC gila karena ketika ia direkrut, tim tersebut belum memiliki pemain dan bola. Di jajaran kursi pelatih mereka menunjuk Halilintar Gunawan sebagai pelatih. Coach Halilintar bahkan memiliki lisensi A AFC. Pada 2016 ini SS Lampung FC menjadi juara Liga Nusantara 2016 zona Bandar Lampung. Gito cs bahkan sempat beruji coba melawan Semen Padang beberapa waktu yang lalu.

Di saat SS Lampung FC berjuang menapak menuju level tertinggi, gairah pecinta sepakbola Lampung kembali meningkat setelah beberapa bulan lalu PSSI mencabut hukuman ketujuh klub yang berstatus terhukum. Lampung FC pun diperbolehkan kembali untuk mengikuti kompetisi Divisi Utama yang nantinya akan berlangsung tahun depan.

Gerak cepat pun langsung dilakukan pasukan gajah beringas dengan mengontrak tiga pemain asing yaitu Abubakar BA (Sierra Leone), Mourad Fariz, dan Hakeem (keduanya asal Maroko). Pada September lalu mereka pun mengadakan uji coba melawan Arema Indonesia yang berakhir imbang 1-1.

Sulitnya Mencari Dana dan Wacana Penggusuran Stadion Pahoman

Namun di tengah usaha kedua kesebelasan untuk membangkitkan eksistensi Lampung di dunia sepakbola, timbul masalah yang mendera kedua kesebelasan. Masalah yang dialami sebenarnya berbeda namun sangat berpengaruh dalam perjalanan mereka kedepannya.

SS Lampung FC sejauh ini dikabarkan kesulitan untuk mencari sponsor. Walikota Bandar Lampung Herman HN masih kesulitan untuk mencari perusahaan swasta berlevel nasional. Banyak perusahaan swasta yang tidak percaya untuk menggelontorkan dananya. Sejauh ini bantuan yang diberikan masih berupa bantuan moril dari walikota dikarenakan klub-klub tidak boleh mengandalkan bantuan materil dari pemerintah.

Masalah yang didera saudara tuanya Lampung FC terbilang cukup pelik. Beberapa waktu lalu muncul wacana dari Gubernur Lampung untuk mengubah Stadion Pahoman yang merupakan kandang Lampung FC menjadi RTH atau Ruang Terbuka Hijau.

Hal ini ditentang dari Herman yang menganggap bahwa stadion yang dibangun pada 1977 ini adalah saksi sejarah dari perjalanan sepakbola Lampung. Sang walikota sendiri bahkan tidak segan-segan akan melawan dan melakukan tindakan keras apabila stadion Pahoman dirubah menjadi RTH.

**

Terlepas dari masalah yang hadir menimpa kedua kesebelasan, cukup menarik untuk melihat kiprah kedua kesebelasan dalam membangkitkan gairah persepakbolaan Lampung. Hal ini bahkan terlihat dari kedua kesebelasan yang saling memberikan respek satu sama lain terutama di media sosial.

Akun Lampung FC bahkan memberikan sambutan yang cukup baik atas munculnya SS Lampung FC. Apalagi tercermin dari tulisan SS yang merupakan singkatan Sakai Sambayan yang memiliki arti Bergotong Royong atau Kerja Bersama. Kedua tim saat ini sedang bekerja sama untuk mengembalikan eksistensi Lampung sebagai salah satu kota sepakbola di Indonesia.

Penulis adalah alumni salah satu Universitas di Yogyakarta yang menjadikan Manchester United sebagai sandaran hidup. Biasa berkicau di @ajielito

Komentar