Kebebasan Palestina Sebagai Perlawanan Green Brigade Kepada UEFA

Cerita

by Randy Aprialdi Pilihan

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kebebasan Palestina Sebagai Perlawanan Green Brigade Kepada UEFA

Wilayah Palestina pernah menghilang dari aplikasi Google Maps. Alasannya karena Palestina statusnya masih observer, belum menjadi anggota penuh di PBB. Kendati demikian, banyak negara yang masih mengakui keberadaan Palestina. Berbagai cara pengakuan Palestina dilakukan, mulai dari aksi demonstrasi kepada kedutaan, penggalangan dana melalui berbagai cara, pemakaian berbagai atribut Palestina, konser musik, bahkan sampai sepakbola.

Dalam sepakbola, di Cile bagian selatan membentuk klub sepakbola bernama Club Deportivo Palestino. Klub itu dibentuk karena keenganan masyarakat Cile yang tidak memberikan tempat bermain sepakbola kepada imigran Palestina. Aksi-aksi suporter sepakbola pun sering menyerukan kampanye-kampanye dukungan kepada Palestina. AS Roma, Celtic FC, Lazio, Livorno, Partizan Berlgrade, Red Star Belgrade, St. Pauli, dan lainnya pernah menyuarakan dukungannya kepada Palestina.

Tapi slogan "kick politics out of football" membatasi dukungan-dukungan suporter sepakbola yang menyinggung Palestina. Federasi sepakbola Eropa (UEFA) pernah memberi sanksi kepada Celtic yang mengibarkan bendera Palestina ketika menghadapi KR Reykjavik. Akhirnya aksi kelompok pendukung Celtic itu didenda oleh UEFA sebesar 18 ribu euro.

Para suporter Celtic memang dikenal punya solidaritas dan rasa kemanusiaan tinggi, tidak terkecuali tentang Palestina. Dan hukuman yang pernah didapatkan klubnya itu tidak membuatnya kapok dalam aksi simpatik tentang Palestina. Rencana mengibarkan bendera Palestina di tribun sudah direncanakan suporter Celtic. Sebab klubnya akan menghadapi Hapoel Be`er Sheva dari Israel pada ajang kualifikasi Liga Champions 2016/2017 di Celtic Park, Kamis (18/8) dini hari waktu Indonesia.

Jelang laga tersebut, kelompok suporter Celitc sudah ramai menulis status di media sosial Facebook tentang aksi pengibaran bendera Palestina, "Mengibarkan bendera Palestina untuk Celtic, untuk keadilan," tulisnya.

"Hak-hak demokratis untuk menampilkan perlawanan kita terhadap Apartheid Israel, kolonoialisme, dan pembantaian yang tak terhitung jumlahnya dari rakyat Palestina," seru mereka.

Ketika hari pertandingan tiba, para aktivis dari kelompok Palestina Alliance membagikan selebaran kepada suporter Celtic di Celtic Park. Selebaran itu berisi tentang intrik Nakba dan Catastrophe pada perang 1948 yang disebut-sebut salah satu terciptanya konflik antara Palestina dengan Israel. Selain selebaran, mereka juga membagikan bendera Palestina kepada para suporter yang ingin mengkibarkannya di tribun Celtic Park.

Alhasil para suporter Celtic berhasil mengibarkan ratusan bendera di tribun Celtic Park. Hal itulah yang membuat pihak klub harus bersiap-siap menerima hukuman yang ke sembilan dari UEFA dalam lima tahun terakhir. Selain denda, hukuman pertandingan tanpa penonton di kompetisi Liga Champions bisa dijatuhkan. Padahal, para suporter Celtic sudah diperingatkan jauh-jauh hari agar tidak melakukan koreografi Palestina pada laga menghadapi Sheva.



Pihak kepolisian pun sempat memperingatkan bakal menangkap siapapun yang membuat rusuh pada laga tersebut, "Di setiap pertandingan, polisi akan memantau perilaku orang banyak, termasuk bendera atau spanduk yang ditampilkan. Dan membuat keputusan apakah ada kriminalitas atau tidak dan akan mengambil tindakan yang tepat," ujar Alan Murray, Inspektur Polisi Skotlandia, seperti dikutip dari Scotsman.

Tapi bagi para suporter Celtic, perlawanan tetaplah perlawanan. Apalagi tentang isu-isu politik yang menelan ratusan nyawa sipil karena pembantaian dan perang. Nila-nilai itu rasanya setara bagi mereka yang melakukan perlawanan kepada UEFA agar tidak mendukung Israel.

"Ketika seseorang mewakili lembaga negara Israel itu tidak hanya soal permainan sepakbola, UEFA dan Celtic yang telah digunakan untuk menutupi sifat asli Israel dan membiarkan negara liar itu normal-normal saja dan penerimaan (di UEFA) itu tidak diperbolehkan dan tidak bisa jika mereka menikmati sampai itu berakhir dan wajib bertanggung jawab kepada hukum internasional dan menghadapi hukuman yang tidak terhitung jumlahnya di PBB karena pelanggaran-pelanggarannya," papar kelompok suporter Celtic di Facebook-nya itu.

Aksi pengibaran bendera Palestina tersebut diduga diinisiasi kelompok pendukung Celtic bernama Green Brigade. Kelompok suporter Celtic itu dikenal kritis atas pahamnya yang anti fasisme, anti rasisme dan anti sektarian. Mereka juga pernah memprotes terkait kematian rakyat sipil karena perang Irak dan Afganistan.

Menarik untuk disimak aksi solidaritas apa yang akan dilakukan Green Brigade selanjutnya. Lagipula jika hitung-hitungan soal isu kemanusiaan, rasanya terlalu berat sebelah jika solidaritas Palestina dianggap terlalu politis, ketimbang serangan bom di Paris yang sama-sama menelan ribuan nyawa dalam jangka pendek.

Sumber lain: Daily Record, Goal, Glasgow Live, Middles East Eye, Sky Sport, Times of Israel.

Komentar