Adaptasi De Boer dan Pemanfaatan Warisan Skuat Mancini

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Adaptasi De Boer dan Pemanfaatan Warisan Skuat Mancini

Dengan janggotnya yang menawan bak Andrea Pirlo, Antonio Candreva tersenyum dan mengatakan "Saya selalu menginginkan Inter". Saat itu waktunya perkenalan Candreva sebagai pemain Internazionale Milan melalui media di sana. Saat itu juga kesenangan dan rasa bangganya ingin membahagiakan para pendukung Inter dibagikan. Tidak diragukan lagi, kedatangannya mengisyaratkan untuk kemajuan klub tersebut. Namun Roberto Mancini sudah terlanjur menjalani transfer musim panas yang suram atas pemecatannya.

Padahal, Candreva adalah pemain yang diinginkan Mancini dan telah dikabulkan oleh konsorium Suning dari Cina selaku pemilik baru Inter. Tapi kedatangan Candreva tetaplah membuktikan bahwa Inter masih berpengaruh dalam jendela transfer saat ini. Emosi yang akan menjadi keyakinan dalam sebuah proyek jangka pendek maupun panjang.

Kedatangan Candreva bagaikan samurai yang jatuh di tangan tuannya. Ia harus melayani Frank de Boer sebagai pelatih baru Inter. Keindahan teknis yang dibandingkan dengan kecerdasan taktik, di situlah letak perbedaan antara sepakbola Belanda dengan Italia. Dua negara yang menemukan sukses dengan taktik yang berbeda, terutama dengan Inggris dan Spanyol.

Pragmatisme adalah kata yang sering digunakan untuk menggambarkan sepakbkola Italia. Dan De Boer bukanlah tipikal pelatih pragmatis. De Boer lebih suka permainan yang mengutamakan keseimbangan, kecepatan dan penguasaan bola, ketimbang menilai sesuatu dari pertahanan yang tangguh. Ia menginginkan agar setiap pemainnya wajib mengerti apa yang harus dilakukan dengan atau tanpa bola di lapangan.

Bagi De Boer, kolektivitas adalah yang paling penting. Tidak ada ketergantungan pada keterampilan teknis setiap pemain, tapi ketergantungan kepada kerja sama tim dan pemain harus rela berkorban untuk saling menutupi satu sama lain. Buktinya, ia membuktikan kecerdasan dan rencananya melalui hasil yang diberikan melalui Ajax Amsterdam, kesebelasan yang dilatih sebelumnya.

Kolektivitas permainan De Boer mengingatkan kepada Antonio Conte. Kepercayaannya kepada pemain mengingatkannya kepada Massimilano Allegri. De Boer tidak pernah lelah menjabarkan taktik sebelum pertandingan, ia yakin kepada pemainnya mampu mengatasi hambatan individualnya sendiri di lapangan. Hal ini memungkinkan Inter berkembang maju dengan menanamkan keyakinan yang diperlukan untuk mengalahkan lawan-lawannya.

Tapi pertanyaannya adalah, apakah Inter mampu menerima kecerdasan memainkan gaya sepakbola Belanda itu? Sebab Clarence Seedorf pun tidak bertahan lama bersama AC Milan, di luar dari kesewenang-wenangan Silvio Berlusconi sebagai presidennya. Apalagi Inter memiliki gaya yang berbeda selama ditangani Mancini. Musim lalu mereka mengandalkan kekuatan fisik untuk mengatasi lawan-lawannya. Efisiensi di lini depan dianggap lebih penting walau tidak ada kreativitas dalam permainannya. Dan nomor satu adalah bagaimana pragmatisme pertahanan Inter jangan sampai kebobolan.

Tapi bisa saja De Boer mencampurinya dengan mengandalkan fisik dan penguasaan bola. Artinya, akan ada perubahan di setiap pemain agar lebih bertanggung jawab lebih besar di lapangan. Mengingat De Boer selalu menuntut para pemain tengahnya bekerja lebih keras dengan membantu pertahanan dan menyerang secara kolektif. Apalagi bisa dibilang kualitas pemain Inter lebih mumpuni daripada Ajax. Sebab salah satu kendala De Boer ketika melatih Ajax adalah selalu kehilangan pemain kuncinya di setiap bursa transfer.

Kali ini De Boer bisa lebih lega terkait pada pemain andalannya. Ketika resmi melatih Inter pun ia menegaskan tidak akan menjual Icardi. De Boer pun tidak terlalu muluk-muluk pada bursa transfer musim panas ini. Ia menyetujui proposal pembelian Joao Mario yang didekati sejak dibukanya jendela transfer. De Boer masih menghargai skuat yang diwariskan Mancini kepadanya walau pelatih baru selalu memiliki selera baru.

Ia hanya menginginkan Daley Blind untuk mengisi full-back kiri. Namun itu akan mengusik keberadaan Caner Erkin yang baru didatangkan oleh Mancini beberapa waktu lalu. Tapi sisanya De Boer masih menghargai warisan pendahulunya itu, bahkan untuk Ever Banega atau Candreva sekalipun. Mungkin baru pada bursa transfer Januari De Boer mulai melakukan revolusi di Inter secara perlahan.

Sementara permainan Inter bisa diakalinya jika ia mudah memahami dan belajar sepakbola Italia saat ini. De Boer bisa menggabungkan kedisiplinan dan organisasi permainan Inter, seperti ketika mengalahkan Celtic di ajang Internasional Championship Cup pada pra musim. Kemenangan yang membuat para pendukung Inter berharap gaya permainan yang diterapkan De Boer lebih cerdas dan seimbang daripada arahan Mancini.

Kesebelasan berjuluk I Nerazzurri itu bisa berharap kepada pelatih baru mereka seperti ketika De Boer mampu menghadapi berbagai potensi masalah seperti ketika di Ajax. Apalagi setelah masalah yang disebabkan pergantian pemilik klub telah membuat konsentrasi Mauro Icardi dkk terkacaukan. Masalah yang harus diselesaikan setelah ia sempat diragukan melatih di Italia karena cuma bermodalkan pengalaman domestik di Belanda.

sumber: Football-Italia

Komentar