Siapa yang Paling Layak Jadi Kiper Timnas Indonesia?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Siapa yang Paling Layak Jadi Kiper Timnas Indonesia?

Oleh: Fajar Asmara

Setelah sanksi yang diterima oleh federasi sepak bola Indonesia dicabut oleh FIFA, kiprah timnas Indonesia dalam ajang internasional akan kembali dimulai. Ajang terdekat yang akan diikuti adalah gelaran Piala AFF pada akhir tahun 2016 ini. Alfred Riedl yang ditunjuk kembali menjadi pelatih timnas Indonesia telah mengantongi 40 nama calon pemain yang akan berlaga dalam ajang Piala AFF ini.

Dari 40 nama calon pemain timnas, terdapat enam nama penjaga gawang yang berkompetisi untuk mengisi slot tiga penjaga gawang timnas Indonesia nanti. Keenam nama tersebut adalah I Made Wirawan, Kurnia Meiga, Shahar Ginanjar, Andritany Ardhiyasa, Dian Agus Prasetyo, dan Teja Paku Alam.

Dalam pernyataannya di media, Alfred Riedl menjelaskan bahwa skuat timnas untuk Piala AFF akan berisikan mayoritas pemain muda. Presentase antara pemain muda dan pemain senior kira-kira 80-20% atau 70-30%. Jika memang Riedl ingin mengandalkan tenaga muda, untuk mengisi pos penjaga gawang saya berpendapat bahwa Kurnia Meiga, Andritany, dan Teja Paku Alam ada di barisan terdepan untuk mengisi pos penjaga gawang timnas Indonesia.

Pengalaman bermain Kurnia Meiga bersama timnas tidak perlu diragukan lagi. Usianya masih 26 tahun, tapi pengalamannya bermain bersama timnas yang lebih banyak daripada calon yang lain, yaitu 10 kali penampilan bersama timnas, akan menjadi salah satu pertimbangan Riedl untuk menjadikannya kiper utama. Dari jenjang timnas level junior hingga senior pernah ia rasakan.

Postur Meiga pun cukup ideal untuk seorang penjaga gawang, yaitu 184 cm. Selain itu, Kurnia Meiga pun memiliki skill yang bagus. Penampilannya selama ajang ISC bisa dibilang cukup menjanjikan. Instingnya sebagai penjaga gawang pun cukup tajam. Ia tahu kapan harus maju memotong bola dan kapan harus menunggu pemain lawan untuk melepaskan tendangan ke gawangnya.

Pemain yang sempat diisukan akan bergabung dengan Gamba Osaka ini pun memiliki catatan yang cukup apik dalam ajang ISC 2016, yaitu 11 kali clean sheet dan melakukan 26 kali penyelamatan. Ditunjang oleh lini belakang yang solid, Kurnia Meiga hanya kebobolan 4 kali dari 13 pertandingan yang telah dijalani oleh Arema Cronus. Rasio kebobolan Kurnia Meiga pun paling rendah di banding para pesaingnya. Rasio kebobolan Kurnia Meiga setiap pertandingan hanya 0.31 artinya Meiga hanya kebobolan 1 kali dari 3 pertandingan yang di jalani Arema Cronus.

Namun Kurnia Meiga bukannya tanpa kekurangan. Sifat temperamentalnya terkadang masih sering muncul di lapangan. Sifat temperamentalnya itu ia tunjukan dengan sering memprotes keputusan wasit, memprovokasi penonton, dan juga sulit untuk menerima keadaan.

Sifat tempramentalnya itu justru bisa merugikan timnya sendiri. Sebagai contoh, masih ingatkah Anda ketika Kurnia Meiga malah memprotes keputusan wasit saat Indonesia menghadapi Filipina di AFF 2014? Sifat temperamentalnya itu membuat Indonesia kebobolan. Meiga harus bisa meredam sifat tempramentalnya, agar ia bisa terus melanjutkan performa gemilangnya bersama Arema Cronus dan mengunci satu posisi penjaga gawang di timnas.

Nama selanjutnya adalah Andritany Ardhiyasa. Penjaga gawang asal Persija Jakarta ini menjadi kiper paling banyak melakukan penyelamatan dalam gelaran ISC. Total 51 penyelamatan telah dibuat oleh pemain yang sering di sapa Bagol ini. Jumlah penyelamatan Andritany ini merupakan jumlah penyelamatan terbanyak dibandingkan pesaing-pesaingnya.

Salah satu penyelamatan gemilang Andritany adalah ketika ia mampu menepis tendangan Zulham Zamrun dalam laga bertajuk derby Indonesia melawan Persib Bandung. Pada pertandingan melawan Persib Bandung tersebut Andritany mampu membuat delapan kali penyelamatan dari delapan tendangan ke gawang yang dihasilkan oleh Persib Bandung. Dalam pertandingan itu, Andritany mampu meredam semua percobaan mencetak gol tim Persib Bandung dan membuat Persija mampu mencuri satu poin dari Bandung.

Andritany pun memiliki postur yang tidak berbeda jauh dengan Kurnia Meiga. Dengan tinggi badan 181 cm, penjaga gawang kelahiran Jakarta ini memiliki refleks yang mumpuni untuk menghalau setiap tembakan yang mengarah ke gawangnya. Walau memiliki catatan penyelamatan yang baik, tapi jumlah kebobolan Andritany lebih buruk dari Kurnia Meiga. Sampai pekan ke 13 ISC, Bogol sudah kebobolan 13 gol dari 12 pertandingan. Rasio kebobolan Andritany adalah ketiga tertinggi dari keenam calon penjaga gawang timnas.

Jumlah kebobolan penjaga gawang tentu karena banyak faktor. Faktor koordinasi lini belakang menjadi salah satu kunci setiap tim bisa meminimalisir jumlah kebobolan timnya. Sebagai contoh, tim dengan kebobolan terendah adalah Arema Malang memiliki duet senior di lini belakang. Duet yang telah bersama saat masih di PBFC, Goran Gancev dan Hamka Hamzah yang senior sangat disegani oleh lawan membuat Arema Cronus aman setiap akan memulai pertandingan. Hamka memiliki catatan sukses tekel 67% dan Gancev 91% menggambarkan bagaimana tangguhnya duet tersebut dalam menghalau serangan lawan.

Belum lagi, peran pemain gelandang Arema yang membuat lini belakang dan Kurnia Meiga semakin aman. Trio Juan Revi- Raphael Maitimo- Ferry Aman Saragih/ Hendro Siswanto mampu melapis empat bek Arema. Maka, wajar saja kalau Kurnia Meiga yang dilindungi benteng tangguh dari mulai lini tengah hingga lini belakang hanya kebobolan sedikit dan jumlah penyelamatannya jauh di bawah Andritany dan Teja Paku Alam.

Berbeda dengan Meiga, Andritany justru mampu menunjukkan kualitasnya dengan melakukan penyelamatan terbanyak. Dari jumlah penyelamatan ini pun tergambar bagaimana Andritany mampu menjadi dewa penyelamat bagi lini belakang Persija Jakarta dengan melakukan beberapa kali penyelamatan. Tentu menjadi sebuah tanda tanya besar bila Alfred Riedl tidak melirik Andritany untuk mengisi slot kedua penjaga gawang timnas dalam ajang Piala AFF.

Untuk slot penjaga gawang ketiga, ada nama Teja Paku Alam yang bisa menjadi pilihan. Dengan usianya yang masih muda, Teja dapat menjadi penjaga gawang Timnas Indonesia di masa depan. Performa gemilang Teja Paku Alam bersama Sriwijaya FC membuat saya berpendapat bahwa Teja Paku Alam layak untuk masuk skuat timnas untuk Piala AFF nanti. Teja yang belum pernah mencicipi seragam timnas bisa mendapatkan pengalaman berharga untuk ia pelajari ketika bergabung dengan timnas.

Walau Teja masih akan sulit bila bersaing dengan Kurnia Meiga dan Andritany, minimal ia bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman dari dua seniornya itu. Kurnia Meiga yang memiliki caps terbanyak bersama timnas plus pernah menjadi juara ISL tentu bisa menjadi mentor yang baik untuk seorang Teja Paku Alam. Andritany dengan pengalamannya bersama timnas junior pun bisa membantu Teja Paku Alam untuk menambah kemampuannya.

Teja memiliki catatan yang baik selama ISC ini. Rasio penyelamatan per kebobolan Teja Paku Alam paling baik di antara lima kompetitornya. Dengan nilai rasio data 12.33 Teja Paku Alam berhasil mengalahkan catatan Andritany yang memiliki jumlah penyelamatan terbanyak yaitu 51 kali. Dari angka tersebut dapat diartikan jika Teja Paku Alam dalam satu pertandingan berhasil melakukan penyelamatan sebanyak 14 kali, probabilitas kebobolan Teja adalah satu. Sedangkan Andritany dengan angka 3.92 dapat diartikan jika dalam satu pertandingan berhasil melakukan penyelamatan 4 kali save, probabilitas kebobolan Andritany adalah satu. Dari sini kita dapat Melihat, bahwa Teja Paku Alam memiliki kemampuan yang baik sebagai penjaga gawang.

Walau Sriwijaya FC merupakan tim kedua dengan jumlah kebobolan paling sedikit, tetapi lini belakang Sriwijaya FC tidak setangguh Arema Malang. Duet lini belakang Mauricio Maciel - Ngurah Nanak/ Achmad Jufriyanto yang belum kompak sering membuat para pemain lawan begitu mudah melakukan tembakan ke gawang. Dari data sampai pekan ke 10 ISC, jumlah tembakan yang mengarah ke gawang Sriwijaya berjumlah 39 tembakan sedangkan Arema Cronus hanya 19.

Ini membuktikan bahwa peran Teja sangat baik dalam menggagalkan setiap tendangan yang mengancam gawang Sriwijaya FC. Masih ingat dalam ingatan kita bagaimana Teja Paku Alam mampu menghalau dua tendangan Ilham Udin dan Junior dalam selang waktu yang berdekatan. Teja berhasil menghalau tembakan dari Ilham Udin, bola halauannya kemudian mengarah ke kaki Junior tetapi Teja dengan sigap mampu menghalau bola tersebut. Selain itu, refleks dan keputusan jempolan Teja pun di buktikan ketika dia berhasil menggagalkan penalti legenda hidup sepak bola Indonesia, Bambang Pamungkas ketika Sriwijaya bertandang ke kandang Macan Kemayoran.

Teja Paku Alam yang sempat diragukan menjadi kiper utama Sriwijaya FC kini mampu membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan untuk menjadi penjaga gawang utama. Performa apiknya bersama Sriwijaya FC seharusnya bisa mengamankan slot kiper ketiga di timnas untuk Piala AFF.

Halaman selanjutnya: Bukan Sekadar Penyelamatan

Komentar