Cerita Kim Kallstrom Tentang Arsenal dan 15 Menit Terbaik dalam Kariernya

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 186066

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Cerita Kim Kallstrom Tentang Arsenal dan 15 Menit Terbaik dalam Kariernya

Kim Kallstrom. Masihkah kalian ingat dengan nama tersebut? Sebagian mungkin mengingatnya sebagai gelandang timnas Swedia, sebagian lain mengingatnya sebagai wonderkid game Football Manager yang gagal bersinar, dan sebagian lain mengingatnya sebagai pemain yang gagal bersinar di Liga Primer Inggris, khususnya Arsenal.

Kallstrom memang bukan nama yang terlalu asing. Namun karier pemain 24 Agustus 1982 ini pun sebenarnya tak terlalu mentereng. Kepindahannya ke Arsenal pada Januari 2014 (dipinjam dari Spartak Moscow), gagal mengangkat namanya.

Saat ini, ia sudah berusia 33 tahun. Kariernya pun mungkin tak lama lagi akan berakhir. Yang menjadi menarik, belum lama ini mantan gelandang Olympique Lyon ini menceritakan kenangannya bersama Arsenal, yang menurutnya bisa jadi pengalaman terbaiknya selama berkarier.

Berikut ini merupakan yang diceritakan Kallstrom pada radio Swedia, Sveriges Radio, yang kemudian diterjemahkan (dari bahasa Swedia ke Inggris) oleh salah satu penggemar Arsenal berakun Zhunge di forum situs Reddit.

***

"Saya seperti seorang anak kecil yang berjalan melewati rerumputan, bola berada di bawah lengan saya, seragam merah yang bersih, lengan putih, dan sebuah logo meriam emas di dada saya. Saya seorang pria berumur lebih dari 30 tahun dengan mimpi anak-anak kecil.

"Saat itu semifinal Piala FA Inggris melawan Wigan, dengan 82 ribu penonton yang memenuhi Stadion Wembley, yang di 50 ribu di antaranya adalah bagian dari kami. Mereka berteriak dengan keras, mereka para pendukung yang lapar akan gelar juara.

"Mereka hampir tak menjuarai apapun selama sembilan tahun, di mana yang terakhir didapatkan klub merupakan salah satu raihan terbaik di dunia. Kesebelasan ini memang memiliki fans yang loyal, Gooners. Ya, dengan jalan yang aneh dan tak terkira, saya berada di kesebelasan papan atas, Arsenal, kesebelasan London utara.

"Dengan kedua kaki yang tegak, saya membungkuk dan menaruh bola di titik putih. Saya melemparkan pandangan pada kiper. Saya sudah memutuskan arah tembakan saya. Saya tidak mencoba untuk senyum.

"Momen itu di sini. Saya di sini, di kesebelasan dengan motto latin berbunyi Victoria Concordia Crescit. Kemenangan mulai tumbuh dalam harmoni. Akhirnya saya tak bisa menahan diri saya sendiri untuk tersenyum lebar.

"Saat itu saya belum bermain lebih dari 15 menit di Arsenal. Saya memulai debut saat menghadapi Swansea, selama 11 menit, dan sekarang saya masuk sebagai pemain pengganti di babak tambahan. Ini menjadi 15 menit bagi kehidupan seorang pesepakbola yang kemudian mengubah kisah saya.

"Jauh sebelum itu saya mendapatkan panggilan dari agen saya, Roger Ljung. Ia berkata, `Apakah kamu ingin dipinjamkan ke Liga Primer Inggris?`. Saya jawab, `Tidak`. Ia lanjut bertanya, `Apakah kamu ingin dipinjamkan ke Arsenal?`. Saya jawab, `YA!`.

"Saat itu memang hari transfer di mana rumor pemain-pemain baru bermunculan. Tempat latihan pun sudah dipenuhi oleh suporter, jurnalis dan TV yang menyiarkannya secara live. Ketika kami datang di Heathrow, kami harus pindah mobil agar tak ada seorang pun menyadari kendaraan kami.

"Semua orang di sana baik. Kemudian saya mendapatkan seragam latihan dengan nomor 29. Saya diarahkan ke dokter tim untuk menjalani pemeriksaan medis wajib.

"Selagi menunggu dokter tim, saya duduk di kafetaria meminum segelas kopi Inggris. Saya mengenakan pakaian dengan warna klub, bergaya seperti masyarakat pada umumnya; menggunakan t-shirt, celana pendek dan sandal jepit.

"Beberapa pemain Arsenal melewati saya dengan seragam latihan mereka. Saya tahu beberapa, khususnya para pemain Prancis. Kami pun ngobrol sebentar sampai dokter tim memanggil saya dan dengan segera mengantarkan saya ke sebuah rumah sakit untuk tes X-ray. Tapi saya merasakan ada yang salah.

"Kami kemudian kembali ke tempat latihan. Situasi saat itu mengingatkan saya pada sebuah acara pencarian bakat di TV. Saya berdiri di depan seorang juri dengan seragam Arsenal, sebuah cd dengan gambar hasil X-ray dan postur yang buruk. Di depan saya duduk dokter tim, Direktur Olahraga, dan sang manajer hebat, Arsene Wenger, yang menukangi tim hampir 20 tahun.

"Dokter tim kemudian mulai bicara. Ia mengerti bahwa Arsenal merupakan hal yang besar bagi saya dan saya sudah sangat antusias bergabung dengan Arsenal. Tapi, masalah di punggung saya terlalu buruk, ia pun meminta maaf. Ia membeberkan beberapa keterangan. Ada tiga masalah patah tulang belakang dan saya harus menepi setidaknya 4-6 minggu.

"Saya kaget sekaligus kecewa, tapi juga memahaminya. Dengan bukti gambar X-ray, baik mimpi masa kecil saya atau argumen lain tidak akan ada yang bisa menolong. `Saya mengerti, jika Anda cedera, berarti Anda cedera,` ucap saya. Walau pada kenyataannya, saya sangat marah.

"Sejenak ada keheningan di ruangan tersebut. Wenger belum mengatakan apapun. Ia bahkan tidak melihat rekan-rekannya setelah vonis mereka jatuhkan. Ia tampak berpikir. Saya menunggunya mengatakan sesuatu.

"Tak lama kemudian, ia menghela napas dan berkata, `Jendela transfer akan ditutup beberapa jam lagi. Tidak mungkin untuk mencari pengganti. Pilihannya saya mengambilmu atau tidak mendapatkan siapapun.`

"Hal itu tampaknya mengejutkan semua orang, di mana yang lain langsung menoleh pada sang bos. Tidak ada seorang pun yang tahu apa kelanjutannya, tapi semua orang tahu apa yang dikatakannya harus diamini. Hal ini terlihat ketika tak ada seorangpun yang hendak mengubah keputusan yang ia buat. Wenger memutuskan, `Kamu tetap di sini, sembuh, dan berlatih. Saya akan merekrutmu [ke tim utama] ketika kamu telah fit`.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Komentar