Olivier Giroud, Dilema yang Menyenangkan

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Olivier Giroud, Dilema yang Menyenangkan

Oleh: Muhammad Naufal*

Ada dua jenis dilema di dunia ini: Dilema yang biasa kita hadapi dan dilema yang membuat kita tersudut akan dua pilihan yang tidak menyenangkan. Memilih antara universitas A atau universitas B, memilih antara sahabat atau kekasih, memilih antara dia atau dia? Lalu, bagaimana dengan dilema yang menyenangkan? Dilema yang menyenangkan adalah dilema yang pilihan apapun yang kita pilih tidak menimbulkan kerugian, tidak membuat kita menyesal dengan pilihan yang kita lakukan.

Contoh simpel dalam sepakbola, saat sebuah kesebelasan sudah unggul 5-0, kemudian mendapat penalti, maka masuk tidak masuk, tidak banyak orang yang mempermasalahkan penalti itu. Toh, mereka tetap menang, tim tersebut tetap meraih tiga poin. Contoh lain, bagaimana jika kita memiliki Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dalam tim yang sama, namun hanya boleh memainkan salah satunya dilapangan? ah, ini adalah dilema yang menyenangkan.

Dan bagaimana, jika kita memiliki Olivier Giroud dalam tim kesayangan Anda? Tanyakan itu pada fans Arsenal.

Olivier Giroud didatangkan dari juara bertahan Ligue 1 pada musim 2011/2012, Montpellier. Selain titel peraih gelar juara, Giroud juga datang dengan status pencetak gol terbanyak Ligue 1 pada musim itu dengan 21 gol, sama dengan raihan gol Nene untuk Paris Saint-Germain. Tak ayal, hal tersebut membuat fans Arsenal memberikan harapan tinggi dalam sosok Giroud, belum lagi mereka baru saja ditinggal penyerang andalan dan top skor tim di musim sebelumnya, Robin van Persie, ke klub rival, Manchester United.

Kedatangan Giroud dibarengi dengan masuknya nama beken seperti Lukas Podolski dari FC Koln, dan Santi Cazorla yang didatangkan dari Malaga. Tentu saja penggemar Arsenal semakin berharap, sekalipun ditinggal sang bintang, pergerakan Arsenal di bursa transfer bisa dibilang cukup memuaskan mereka.

Memasuki musim selanjutnya, Arsenal sempat kesulitan untuk membongkar pertahanan lawan, mereka bahkan baru bisa mencetak gol pada pertandingan ketiga menghadapi Liverpool. Nama yang menjadi sorotan kala itu tentu saja sang top skor dari Ligue 1, Olivier Giroud. Ia bahkan belum dipercaya mengisi pos penyerang utama, namanya masih kalah saing dari Lukas Podolski yang "hanya" melesakkan 18 gol di musim sebelumnya bersama Koln.

Giroud memang dikenal sering membuang buang peluang, pergerakannya acap kali tidak efektif dan justru merugikan timnya sendiri. Jika mendengar ia paceklik gol rasanya sudah tidak aneh, bahkan saat dirinya disokong oleh gelandang-gelandang yang mampu memberikan umpan yang memanjakan semisal Mesut Ozil atau Santi Cazorla.

Musim perdana bolehlah menjadi musim yang dimaafkan bagi Giroud, lagipula di akhir musim ia mampu mencetak 12 gol di Liga Premier, bukan hal yang buruk-buruk amat, meski belum bisa dibandingkan dengan capaian Robin van Persie di musim sebelumnya yang mencetak 31 gol. Musim kedua, ketiga, hingga keempat, ternyata berjalan sama saja. Giroud belum mampu menjadi sosok striker yang diharapkan. Koleksi golnya untuk Arsenal di Liga Premier memang selalu diatas 10 gol, namun jangan berharap ia mampu melewati angka 20. Perolehan terbaiknya hanya 16 gol, yang ia lakukan pada musim 2013/2014 (saat didatangkannya Mesut Ozil), dan musim lalu.

Lalu, mengapa fans Arsenal tidak puas dengan performa Giroud yang jika dilihat oleh orang awam (yang tidak mengikuti permainan Arsenal dari musim ke musim) Giroud tentu cukup produktif, karena capaiannya terbilang konsisten. Yang membuat penggemar tidak puas adalah banyaknya Giroud membuang peluang. Permainan dari kaki ke kaki yang diperagakan sejak lini tengah sering kali terbuang sia-sia di kaki atau kepala Giroud. Kurang mendapat sokongan apa Giroud Jika dibelakangnya berdiri nama seperti Ozil, Alexis, Cazorla, hingga Ramsey? Namun Giroud masih belum produktif dan kualitasnyalah yang kini dipertanyakan.

Dampaknya, menyambut musim baru para penggemar Arsenal mulai gerah, mereka menginginkan perubahan di lini depan Arsenal. Belum lagi Danny Welbeck, penyerang Arsenal lainnya, harus absen selama sembilan bulan. Nama-nama penyerang kelas wahid santer disangkutpautkan dengan Arsenal, dari Gonzalo Higuain hingga Mauro Icardi; dari Alexandre Lacazette hingga Carlos Bacca. Yang sudah resmi? Penyerang muda dari Jepang, Takuma Asano.

Catatan redaksi: Higuain telah resmi merapat ke Juventus

Lalu apa perbedaan Giroud dengan para penyerang yang disebutkan tadi? Higuain tentu saja menjadi dambaan banyak klub, pencetak gol terbanyak Serie-A dengan 36 gol ini sedang di puncak karir. Lacazette dan Bacca perolehan golnya tidak sebanyak Higuain, Lacazette hanya 21, dan Bacca 18 gol. Bahkan Icardi, koleksi golnya menurun dibandingkan dua musim lalu yang menjadi top skor dengan 22 gol. Ia hanya mampu menjaringkan 16 gol, sama dengan koleksi Giroud. Dan jangan lupa, kita membandingkan pemain dari liga yang berbeda, dari atmosfir yang berbeda, intensitas pertandingan yang berbeda. Higuain belum tentu mampu mencetak 36 gol di Liga Premier, sebagaimana Giroud mungkin saja mencetak banyak gol di Serie-A.

Titik permasalahan adalah, bukan "Karena Arsenal punya Giroud" tapi, "Karena Arsenal hanya punya Giroud". Para penggemar tahu itu. Mereka ingin Arsenal mendatangkan penyerang lain namun Giroud tetap dipertahankan. Hal tersebut terbukti dari rumor yang sempat mencuat bahwa Giroud akan ditukar tambah dengan Higuain. Nyatanya banyak suporter yang ingin Giroud tetap bertahan. Banyak suporter yang mengharapkan Giroud tetap menghiasi skuat Arsenal musim depan (bersama penyerang baru tentunya). Meski tidak sedikit pula yang merelakan jika Giroud harus ditukar dengan Higuain atau penyerang lain.

Giroud adalah sebuah dilema. Di lubuk hati yang paling dalam, para penggemar Arsenal sudah kadung cinta dengan sosok Giroud. Rasanya sulit membiarkan pemain yang disebut-sebut mirip dengan Adam Levine ini untuk menanggalkan kostum kebesaran Arsenal. Perawakan dengan tubuh atletis juga menambah pesona seorang Olivier Giroud. Namun apa gunanya hal tersebut jika tidak dibarengi performa ciamik di lapangan? Sama seperti membayangkan Cristiano Ronaldo dengan performa Nicklas Bendtner. All hail My Lord!

Maka, apakah Giroud adalah dilema yang menyenangkan, fans Arsenal?

*Penulis adalah mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Menganggap Arsenal sebagai salah satu bagian dari hidup. Berakun twitter @Nauval16

ed: fva

Komentar