Mitos Buruk Tendangan Penalti di Laga Pembuka Piala Eropa bagi Tuan Rumah

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mitos Buruk Tendangan Penalti di Laga Pembuka Piala Eropa bagi Tuan Rumah

Gerakan kaki dari Patrice Evra kepada Nicolae Stanciu membuahkan tendangan penalti pertama di ajang Piala Eropa 2016 kali ini. Bogdan Stancu yang ditunjuk sebagai algojo berhasil menipu Hugo Lloris dan berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Delapan menit sebelumnya, Olivier Giroud telah membawa Prancis unggul.

Dimitri Payet menjadi penyelamat usai mencetak gol indah semenit sebelum waktu normal berakhir dan membuat puluhan ribu suporter yang sebelumnya sempat senam jantung kini bisa benapas lega.

Sementara itu, tendangan penalti yang diberikan oleh wasit kepada negara penyelenggara bukan untuk pertama kalinya, dalam beberapa periode sebelumnya juga pernah terjadi. Selain itu tendangan sakral tersebut mengindikasikan sinyal kegagalan bagi tuan rumah untuk keluar sebagai juara. Seperti yang telah terjadi di tiga ajang Piala Eropa berikut.

Polandia vs Yunani (Piala Eropa 2012)

Sebagai tuan rumah bersama Ukraina, Polandia tentu ingin tampil mengesankan di depan pendukungnya sendiri. Mereka tak memasang target terlalu tinggi, mengingat ajang kali ini merupakan keikutsertaannya yang kedua. Namun harapan mulai tumbuh setelah mereka tergabung di grup yang relatif mudah bersama Republik Cheska, Rusia, dan Yunani.

Laga pembuka melawan Yunani merupakan salah satu langkah penentu mereka untuk lolos ke fase berikutnya. Polandia berhasil unggul lebih dulu lewat Robert Lewandowski lewat sundulan kerasnya berhasil mengoyak jala Yunani pada menit ke-17 yang membuat publik semakin yakin akan ekspektasinya.

Namun malapetaka datang usai wasit menunjuk titik putih. Dimitris Salpingidis yang berdiri bebas di dalam kotak penalti dilanggar oleh Wojciech Szczęsny pada menit ke-67. Tuan rumah mengalami kerugian ganda. Selain mendapat tendangan penalti, Szczęsny juga harus diusir keluar akibat kartu merah.

Beruntung Przemysław Tytoń yang masuk sebagai kiper pengganti sukses menepis tendangan Giorgos Karagounis. Namun bermain dengan 10 orang pemain membuat The White Eagles keteteran. Salpingidis menjadi momok menakutkan bagi mereka. Pemain yang baru masuk di babak kedua itu berhasil menjebol gawang Tytoń dan memaksa Polandia bermain bermain imbang 1-1.

Dengan hasil imbang tersebut, langkah Polandia semakin berat untuk lolos dari fase grup. Torehan satu poin atas Rusia di laga kedua serta takluk atas Rep. Cheska di laga terakhir membuat mereka harus mengakhiri babak penyisihan sebagai juru kunci.

Portugal vs Yunani (Piala Eropa 2004)

Berpredikat sebagai penyelenggara membuat Portugal percaya diri untuk dapat meraih prestasi di gelaran Piala Eropa kala itu. Selain itu keberhasilan FC Porto meraih trofi Liga Champions di tahun yang sama juga menjadi motivasi tersendiri.

Hal itu semakin mungkin terealisasi ketika mereka hanya berhadapan dengan Yunani yang notabene merupakan tim inferior di peta kekuatan Eropa. Meski demikian, laga yang berlangsung di Estádio do Dragão itu tak berjalan dengan mudah. Secara mengejutkan Yunani unggul melalui gol cepat Giorgos Karagounis pada menit ke-7. Situasi semakin sulit bagi Portugal ketika Negeri Para Dewa itu mendapatkan hadiah penalti dari wasit Pierluigi Collina usai Cristiano Ronaldo menghambat pergerakan Giourkas Seitaridis dari belakang.

Angelos Basinas yang berhasil mengeksekusi tendangan penalti dan membuat Portugal semakin tertinggal. Ronaldo memang berhasil menebus kesalahannya dengan mencetak satu gol di penghujung pertandingan. Namun itu tak merubah keadaan, Portugal harus menerima kekalahan di laga pembuka dengan skor tipis 1-2.

Kegagalan meraih poin penuh di laga awal menjadi pelecut bagi tim besutan Luiz Felipe Scolari tersebut. Mereka sukses menghajar Rusia dan Spanyol di pertandingan selanjutnya. Lalu, Inggris dan Belanda juga berhasil dikalahkan pada fase gugur. Hingga akhirnya mereka menapaki babak final dan takluk untuk kedua kalinya di tangan Yunani.

Inggris vs Swiss (Piala Eropa 1996)

Sempat absen di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, Inggris ingin membenahi nama baiknya di kancah Piala Eropa dua tahun berselang. Berperan sebagai penyelenggara tentu akan menjadi keuntungan sekaligus menjadi momentum yang pas untuk meraih trofi pertamanya di ajang tersebut.

Swiss yang menjadi lawan pertama Inggris di laga pembuka bukanlah tim unggulan, dan di atas kertas mereka akan mudah meraih poin penuh. Hal itu semakin terbukti setelah Inggris mencatatkan poin di papan skor pasca gol yang dicetak oleh Alan Shearer di menit ke-23.

Namun Kübilay Türkyilmaz membuyarkan impian mereka untuk meraih kemenangan pertamanya di laga pembuka. Pemain yang kala itu membela Grasshopper, berhasil menyarangkan bola ke gawang David Seaman melalui titik putih pada menit ke-83. Tendangan penalti terjadi setelah bola menyentuh tangan Stuart Pearce di kotak terlarang dan membuat skor imbang 1-1 bertahan hingga akhir laga.

Inggris berhasil lolos sebagai juara grup. Di babak perempat final mereka juga sukses membenamkan Spanyol. Akan tetapi mereka harus tersingkir saat kalah dalam ajang adu penalti melawan Jerman di fase semi-final.

***

Apakah hasil buruk serupa akan terjadi pada Prancis?

Foto: Wikimedia

ed: fva

Komentar