Cerita Pekerja Indonesia di Balik Jersey Inggris untuk Piala Eropa 2016

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cerita Pekerja Indonesia di Balik Jersey Inggris untuk Piala Eropa 2016

Di balik kemewahan Timnas Inggris yang merupakan salah satu kandidat juara Piala Eropa 2016, ternyata menyimpan ironi bagi masyarakat Indonesia. Jersey yang membalut Harry Kane dan kawan-kawan di Euro ternyata dibuat oleh pekerja di Tanah Air. Jersey yang telah diresmikan pada bulan Maret lalu, memang sedikit menjauh dari pakem mereka yang identik dengan dominasi warna putih. Para pemain akan mengenakan jersey putih dengan unsur biru di bagian pundak serta celana yang juga putih dengan kaos kaki berwarna merah. Sementara jersey kedua mereka berwarna merah dan kaos kaki biru.

Sebagai gambaran, biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pakaian lengkap dengan ukuran orang dewasa adalah sebesar 101 pound. Dengan rincian 60 pound untuk atasan, 28 pound untuk celana dan kaos kaki yang berharga 13 pound.

Di satu sisi kita boleh berbangga akan fenomena tersebut. Selain dipakai oleh para bintang sepakbola Inggris, seragam buatan anak bangsa itu akan dipakai di hadapan ratusan juta pasang mata yang akan tertuju di gelaran Piala Eropa di Prancis.

Meski demikian, kita juga harus berpikir kritis dengan fakta tersebut. Pasalnya para pekerja hanya mendapatkan upah 95 penny setiap jam nya atau minimal mendapatkan 165 pound dengan jadwal kerja lima hari dalam seminggu. Dengan harga jersey yang dibanderol seharga 60 pound, tentu gaji yang didapatkan relatif kecil. Bayangkan saja, berarti total gaji mereka dapatkan hanya sanggup untuk membeli dua potong jersey yang mereka buat sendiri!

Bandingkan dengan rata-rata upah pekerja pabrik di Inggris yang dihargai 7,40 pound tiap jam nya. Tentu jumlah tersebut berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan di Indonesia. Peraturan yang berlaku menyatakan bahwa semua karyawan harus dibayar paling tidak berdasarkan jumlah minimum atau bisa disebut Upah Minimum Regional (UMR). Sementara di Indonesia, standar UMR diatur per pemerintah daerah, bukan secara nasional.

Jadi terdapat perbedaan jumlah antara satu daerah dengan daerah lainnya. Beberapa indikator yang menjadi pembeda yakni pertumbuhan ekonominya, kebutuhan hidup pekerja, daya beli, tingkat inflasi, dan juga kemampuan perusahaan di daerah nya masing-masing. Terhitung semenjak Januari lalu pemerintah mulai menerapkan UMR Kota Semarang sebesar Rp 1.909.000.

Jika 165 pound dikonversi ke rupiah, yang akan mereka dapatkan setiap bulan sebesar 3,1 juta rupiah setiap bulan nya. Jumlah yang tentu di atas dari UMR yang ditetapkan di kota Semarang. Sementara itu, Nike sebelumnya memang telah mengalami kritik atas perlakuan terhadap para pekerja pabrik khususnya dalam manufaktur pakaian dan alas kaki. Meski demikian, dalam kasus kali ini Nike dan PT Grand Best Indonesia serta Tutex telah melakukan hal yang legal.

“Pelanggan utama kami merupakan beberapa merk terkenal dan mereka juga menghargai hak asasi manusia, keamanan dan lingkungan seperti yang kita lakukan,” seperti yang dipaparkan oleh Tuntex di situs resmi mereka.

Sementara itu sekitar 93% dari pekerja merupakan seorang perempuan. Sebagian besar dari mereka tinggal di tempat yang kurang memadai, mendiami rumah yang relatif sempit, jalanan yang kotor dan akrab dengan tumpukan sampah yang tentu amat jauh dari standar kelayakan.

Dengan kebutuhan yang mendesak serta harga barang-barang yang cenderung meningkat, mereka juga dituntut untuk bisa bertahan hidup. Dengan rata-rata pekerja berusia 37 tahun, mayoritas dari mereka merupakan seorang ibu yang harus menghidupi keluarganya.

Seperti yang diungkapkan Karina, salah seorang pekerja PT Grand Best Indonesia yang kini hasil jerih payah nya ditampilkan di gerai-gerai besar di berbagai negara. Ia menjelaskan bahwa dengan uang sebesar itu, di Indonesia sudah bisa untuk membeli laptop atau televisi atau sepeda bagi anaknya untuk pergi ke sekolah.

Ya, kembali lagi bahwa ini bukanlah merupakan tindakan ilegal, akan tetapi memang standarisasi upah yang begitu rendah di Indonesia. Seperti yang diketahui Indonesia bersama India adalah salah satu contoh negara berkembang dengan banyaknya populasi dan memiliki standar upah terendah di dunia. Kalo bisa diambil segi positif yang ada, anggap saja kehadiran pementasan Inggris pada EURO minggu depan menjadi sebuah bonus eksistensi atas buruknya apresiasi dalam bentuk upah yang ada di negara kita.

ed : ar

Sumber: Daily Mail, The Sun

Komentar