Butuh dari Sekadar Bakat untuk Menjadi Juara, Liverpool!

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Butuh dari Sekadar Bakat untuk Menjadi Juara, Liverpool!

Siapa yang meragukan kemampuan Liverpool dalam meraih juara? Kekuatan skuad yang merata, dan juga kemampuan individu para pemainnya yang baik, Liverpool memiliki bekal yang sebenarnya cukup untuk meraih gelar juara. Namun, apa yang terjadi kepada The Reds beberapa musim ke belakang ini?

Beberapa kali mereka gagal meraih gelar. Hanya comeback Istanbul-lah yang menjadi salah satu gelar juara yang bersifat memorable moments, sekaligus mencerminkan mentalitas juara Liverpool. Selebihnya, ketika Liverpool bersaing dalam perebutan gelar juara mereka selalu kalah.

Salah satu dari sekian banyaknya kekalahan Liverpool dalam hal perebutan gelar juara yang lain, adalah ketika musim 2013/2014. Ketika itu, mereka sebenarnya hanya tinggal mengalahkan Chelsea di Anfield untuk memastikan gelar juara Liga Primer Inggris musim 2013/2014. Namun, yang terjadi adalah sebuah bencana bagi The Reds.

Mereka takluk dari Chelsea 2-0, disertai dengan kejadian terpeseletnya kapten mereka, Steven Gerrard, yang dampaknya membuat gelar juara yang sudah berada di genggaman pun menjadi terpeleset. Gelar juara pada musim 2013/2014 pada akhirnya jatuh ke tangan Manchester City yang menyalip pada saat-saat akhir liga.

Pun dengan musim 2015/2016. Pada musim ini Liverpool sebenarnya berhasil masuk dalam dua babak final sekaligus, yaitu final Piala Liga dan final Europa League. Kesempatan untuk meraih double winner, plus hadiah masuk Liga Champions Eropa musim 2016/2017 pun terbuka lebar. Tapi, yang terjadi malah di luar apa yang menjadi ekspektasi para suporter Liverpool.

Pada final Piala Liga, mereka kalah oleh Manchester City lewat drama adu penalti. Melawan Sevilla, mereka malah kalah 1-3 setelah unggul 1-0 pada babak pertama. Dengan kualitas pemain yang lebih baik, seharusnya Liverpool dapat dengan mudah memenangkan dua laga tersebut. Lalu, apa yang menjadi masalah The Reds?

Pada Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Inggris sempat mengalami masa terdesak akibat invasi Jerman yang tanpa henti di bawah komando Der Fuhrer, Adolf Hitler. Meski mendeklarasikan perang, toh, mereka tetap tidak mampu untuk membendung invasi Jerman yang terus membabi-buta pada masa awal-awal perang.

Titik balik Amerika Serikat dan Inggris yang dapat memukul balik para pasukan Jerman di Perang Dunia II adalah berkat hadirnya Winston Churchill, Jenderal Dwight Eisenhower, Marsekal Bernard Montgomery, dan Presiden Franklin Delano Roosevelt. Mereka adalah sosok-sosok kharismatik dan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, selain tentunya kecerdasan yang juga baik dalam hal taktik perang.

Kita tentu ingat bagaimana ketika Marsekal Bernard Montgomery mampu memukul mundur Marsekal Erwin Rommel dalam pertempuran di Afrika Utara. Tokoh-tokoh di atas adalah para tokoh-tokoh yang menjadi pencetus dari Operasi Overlord, yang juga dikenal sebagai D-Day Normandia. Operasi inilah yang menjadi awal mula kejatuhan Jerman pada Perang Dunia II, yang berujung pada kekalahan Jerman.

Tokoh-tokoh kharismatik, cerdas, dan berjiwa kepemimpinan itulah yang sekarang hilang dari Liverpool. Kebanyakan, para pemain yang ada sekarang adalah pemain-pemain yang menjadi saksi kegagalan Liverpool meraih trofi pada 2013/2014, dan juga pemain-pemain yang mengalami kegagalan saat final Piala Liga musim 2015/2016. Kalau boleh dikatakan, mereka adalah pemain yang biasa dengan yang namanya kegagalan.

Terlihat jelas ketika melawan Sevilla dalam ajang final Europa League, ada sebuah perbedaan mencolok antara Sevilla dan Liverpool, utamanya dalam hal mentalitas. Sevilla, tim yang sudah menjuarai Europa League dalam dua musim terakhir, menunjukkan mentalitas yang baik. Ketika tertinggal 0-1, mereka tidak panik dan mampu menguasai situasi. Seperti halnya musim lalu ketika mereka tertinggal lebih dulu dari Dnipro, mereka langsung tancap gas pada babak kedua.

Liverpool, sebaliknya, malah menunjukkan mentalitas yang buruk. Setelah unggul, mereka bukannya bermain dengan lebih baik. Mereka malah membiarkan Sevilla menguasai permainan. Apalagi setelah tertinggal, para pemain Liverpool malah seperti tak tahu apa yang harus dilakukan, malah mereka mencak-mencak kepada wasit perihal tentang penalti yang tidak mereka dapat.

Sang manajer, Juergen Klopp, juga hanya berteriak-teriak menyemangati anak asuhnya dari pinggir lapangan. Ia berharap bahwa mental para pemain akan meningkat dan keajaiban seperti di Anfield akan kembali terjadi. Tapi, ayolah, bung, St. Jakob Park bukanlah Anfield yang sakral itu. Anda harus memberikan arahan taktikal, seperti yang Benitez lakukan saat di Istanbul pada 2005.

Jadi, agar Liverpool menjadi juara, apa yang harus dilakukan? Klopp pernah berujar bahwa akan menjadikan kekalahan melawan Sevilla sebagai pelajaran agar ke depan Liverpool dapat bermain lebih baik lagi. Tapi, bukan hanya itu. Ada sebuah mentalitas yang harus Klopp bentuk: mentalitas juara. Hal inilah yang hilang dari Liverpool karena terlalu banyak menunggu Godot untuk meraih sebuah trofi major.

Agar musim depan dapat berprestasi, Klopp dapat membuat satu gebrakan dengan membeli pemain yang bermental juara, minimal seperti seorang Kolo Toure yang pernah meraih beberapa trofi bersama Manchester City, terlepas dari dirinya yang kerap membuat blunder di lini pertahanan Liverpool.

Seperti halnya Amerika Serikat dan Inggris yang berhasil menemukan tokoh kharismatik bermental pejuang dalam diri Winston Churchill, Bernard Montgomery, dan Dwight Eisenhower, Liverpool harus menemukan pemain berkharisma dan memiliki mental juara serta kecerdasan yang baik. Sosok seperti Steven Gerrard? Bisa jadi. Tapi ingatlah, kegagalan-kegagalannya di Liverpool, termasuk tragedi kepeleset dan tragedi delapan detik dirinya berada di dalam lapangan.

Kalau sudah bisa menemukan pemain yang bermental juara, Klopp tentunya akan lebih mudah dalam meracik strategi. Namun, Klopp pun harus bisa menanamkan mentalitas juara kepada para pemain Liverpool. Mentalitas yang tahan banting ketika bermain dalam pertandingan penuh tekanan, dan juga mentalitas tak mau kalah saat berada dalam ketertinggalan.

Jalan masih panjang, dan Liverpool masih memiliki banyak kesempatan untuk menjadi juara. Banyak waktu juga bagi mereka untuk membentuk mentalitas ala Eisenhower, Churchill, dan Montgomery.

foto: telegraph.co.uk

ed: fva

Komentar