Everton Gagal Bangun Stadion, Bukan Cuma Urusan Sepakbola?

Cerita

by redaksi

Everton Gagal Bangun Stadion, Bukan Cuma Urusan Sepakbola?

Everton sudah mendiami Goodison Park sejak seabad silam. Goodison Park memang sudah mencukupi standar stadion yang ditetapkan oleh Premier League. Bahkan, stadion yang dibangun pada 1892 tersebut pernah menjadi tempat semifinal Piala Dunia 1966. Namun, secara struktur, Everton membutuhkan stadion yang lebih modern dengan kapasitas lebih besar.

Membangun stadion baru membutuhkan dana yang besar serta urusan yang panjang. Jalan pintas yang termudah adalah dengan merombak stadion lama. Namun, merombak stadion lama menjadi sulit karena terbatasnya lahan yang ada. Goodison Park berbatasan langsung dengan permukiman dan jalan raya.

Tak jauh dari Goodison Park, terbentang taman Walton Hall. Walton Hall Park adalah bagian dari Kota Liverpool dengan luas 130 hektar. Everton rencananya membangun stadion berkapasitas 50 ribu kursi.

Sudah sejak enam tahun silam, manajemen Everton mengajukan permohonan resmi kepada Pemerintah Kota Liverpool untuk membangun stadion baru di Walton Hall. Namun, hingga saat ini, setidaknya sudah tiga kali permohonan tersebut ditolak.

Dewan Kota Liverpool menyatakan kalau skema yang diusulkan manajemen Everton di Walton Hall Park adalah sesuatu yang ambisius. "Itu skema regenerasi yang sangat bergantung pada investasi ritel di Liverpool. Sebagian besar investasi ritel saat ini difokuskan pada pusat-pusat kota dan pusat-pusat distrik perkotaan yang lebih besar dan bukan pada wilayah berkembangan seperti yang akan dilakukan," tutur pernyataan Dewan Kota Liverpool.

Problematika yang menimpa The Toffees tersebut sangatlah wajar terjadi di Inggris karena konsep pembangunan yang dipakai adalah konsep Publik Private Partnership. Dalam kajian Ilmu Administrasi Negara, Public Private Partnership dimaknai sebagai pembangunan perkotaan yang dalam hal pembiayaan sebagian diserahkan oleh pihak swasta, dan dalam pengelolaannya pun swasta juga terlibat.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Dewan Kota Liverpool untuk Everton bukan murni alasan kebijakan tata kota ataupun kebijakan lain. Dalam keterangannya, selain kebijakan pembangunan yang ditujukan pada pusat kota, faktor lesunya investor sebagai penyokong pendanaan pun menjadi penyebab urungnya pembangunan di Walton Park Hall. Evertonian, sebutan untuk pendukung Everton, kecewa dengan penolakan tersebut karena impian memiliki stadion baru berkapasitas besar pupus.

Politik dan sepakbola menjadi sulit untuk dipisahkan. Dalam sejarahnya, Everton didukung oleh John Houlding. Namun, pada 1891, Houlding memaksa Everton untuk membeli lahan di Anfield. Namun, karena harganya yang tidak rasional, Everton pun pindah ke Goodison Park, sementara Houlding yang sakit hati mencoba mengambil alih Everton secara legal.

Houlding pun mendaftarkan nama, warna kostum, serta lisensi Everton ke Football Council dengan nama "Everton F.C. and Athletic Ground Ltd". Ia beralasan, tim Everton yang lama belum berstatus perseroan terbatas. Namun, berdasarkan rapat pada Februari 1892, Football Council menolak pengajuan tersebut. Soalnya, tidak boleh ada kesebelasan baru dengan nama yang sama dengan nama anggota yang telah ada.

Penolakan tersebut membuat Houlding dan sejumlah rekannya keluar dari Everton dan membuat kesebelasan baru bernama "Liverpool". Tidaklah mengherankan bila Houlding sangat kukuh mempertahankan kehendaknya, karena sejarah mencatat bahwa pada akhir abad ke-19 John Houlding adalah seorang pebisnis besar, pemilik dari brewery di Liverpool. Kesuksesan itu pula yang membawanya menjadi Walikota Liverpool pada 1897.

Dari hal tersebut dapat kita tarik benang merah, bahwa sepakbola bukan saja masalah gemuruh riuh pertandingan antar kesebelasan di lapangan hijau. Lebih dari itu, sepakbola adalah olahraga yang dibangun dengan kebijakan yang matang oleh pemerintah, dengan pertimbangan input & output yang multi hal di dalamnya, sehingga tidak heran bila dampak negatif juga menghegemoni dan terasa dampaknya di wilayah masing-masing.

Meminjam teori hegemoni Gramsci, bahwa hegemoni adalah “kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan”, maka swasta-lah yang menjadi pemegang kunci pembangunan di Inggris dengan diterapkannya konsep Publik Privat Partnership. Meskipun di sisi lain, pemegang palu kebijakan adalah pemerintah. Namun apakah mungkin pemerintah akan tetap menerima sebagus apapun konsep yang ditawarkan oleh Everton FC bila dari pihak investor tidak memberikan angin segar untuk berinvestasi dengan dibangunnya Walton Hall Park.

Dan tidak bisa dipersalahkan juga bila Dewan Kota Liverpool lebih memusatkan pembangunan di pusat perkotaan. Karena ketika dilihat dari konsep pembangunan ekonomi, di pusat kota ada Liverpool FC yang lebih sukses dalam menghegemoni para publik sepakbola. Klub yang namanya tercatat dalam 10 besar klub di dunia dengan suporter terbanyak ini lebih terbukti dapat menarik para investor untuk menanamkan uangnya dengan bisnis barang dan jasa di sekitar Stadion Anfield. Selain itu harus diakui bahwa kesamaan nama antara nama klub dengan nama kota di mana dimiliki oleh Liverpool FC berada sekarang adalah faktor lucky yang sangat mendominasi.

(gigih)

ed: fva

Komentar