Timnas Perempuan Nigeria Tunjukkan Arti Emansipasi

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Timnas Perempuan Nigeria Tunjukkan Arti Emansipasi

Hari Kartini merupakan sebuah penghormatan atas wujud perjuangan kaum perempuan yang digagas oleh Raden Ajeng Kartini. Kartini yang lahir pada tanggal 21 April 1879 tersebut merupakan pahlawan nasional yang dikenal sebagai pelopor dari kebangkitan kaum perempuan di tanah air.

Beberapa abad lalu, perempuan selalu ditempatkan di belakang. Ia tak pernah berdiri sejajar dengan laki-laki. Mereka tak punya porsi yang besar untuk sekadar memilih jalan hidupnya sendiri. Dan kini, meski perjuangan Kartini belum sepenuhnya terealisasi, sebuah negara di Afrika yang terkenal akan kekuatan sepakbolanya menunjukkan tentang arti emansipasi, negara itu adalah Nigeria.

Nigeria merupakan salah satu negara terkuat di Afrika. Sebanyak tiga gelar yang diraih di Piala Afrika merupakan salah satu bukti dari kesebelasan berjuluk Super Eagles tersebut. Sementara itu dari kancah Piala Dunia, tercatat dari Piala Dunia 1994 hingga ajang terakhir di Brasil dua tahun silam mereka hanya sekali absen, yakni pada Piala Dunia 2006. Namun, dalam setahun terakhir mereka mengalami penurunan performa, kini mereka tak sekuat dulu. Bahkan mereka telah dipastikan absen Piala Afrika 2017 di Gabon. Rekor buruk tersebut merupakan yang kedua kalinya secara beruntun, sebelumnya mereka juga tak ikut serta di ajang yang sama pada 2015.

Nigeria gagal untuk tampil di Gabon karena hanya mampu menduduki posisi kedua di Grup G dengan mengemas dua angka dari tiga pertandingan. Secara matematis mereka sudah tak dapat mengejar Mesir yang menjadi pemuncak grup yang telah mengantongi tujuh poin. Pengunduran diri Chad dari ajang tersebut membuat grup ini hanya berisi tiga tim yakni Nigeria, Mesir serta Tanzania dan hanya juara grup yang akan lolos ke babak putaran final.

Hasil buruk yang diperlihatkan oleh kesebelasan Nigeria berbanding terbalik dengan apa yang diperlihatkan oleh tim sepakbola perempuan negara tersebut. Minggu lalu mereka berhasil memastikan diri untuk mengikuti Piala Afrika yang akan di gelar di Kamerun pada 19 November mendatang.

Turnamen Piala Afrika Perempuan sendiri diikuti oleh 24 peserta yang memperebutkan delapan tempat di fase grup. Sementara itu satu slot sudah terisi untuk tim tuan rumah. Jadi total dari 23 peserta hanya akan diambil tujuh tim untuk lolos ke babak putaran final, untuk lolos ke babak tersebut tim-tim tersebut harus melewati dua putaran.

Kesebelasan perempuan Nigeria berhasil memastikan diri untuk lolos ke Kamerun setelah sukses menundukkan Senegal di putaran kedua babak kualifikasi. Pada leg pertama yang digelar di Stade Demba-Diop, mereka ditahan imbang 1-1 oleh tuan rumah. Namun Evelyn Nwabuoku dan rekan-rekan berhasil meraih kemenangan dengan dua gol tanpa balas ketika bermain di kandang. Dengan agregat 3-1 mereka berhasil meraih tiket ke Piala Afrika Perempuan 2016.

Dari segi gelar, kesebelasan perempuan Nigeria lebih baik dari tim laki-laki, pasalnya mereka merupakan kekuatan dominan di Afrika. Mereka telah berhasil menjuarai Piala Afrika sebanyak sembilan dari 11 kali kali penyelenggaraan. Selain itu mereka juga tak pernah absen untuk mengikuti ajang Piala Dunia Perempuan sejak ajang tersebut pertama kali digulirkan pada 1991. Ini merupakan sebuah capaian yang fantastis bila dibandingkan dengan timnas laki-laki mereka.

Sepakbola Nigeria sendiri dipenuhi oleh banyak masalah internal. Dalam setahun terakhir mereka telah melakukan pergantian pelatih sebanyak tiga kali. Tak hanya itu, penjaga gawang sekaligus pemegang caps terbanyak Vincent Enyeama pun telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari timnas setelah diturunkan jabatannya sebagai kapten oleh sang pelatih Sunday Oliseh.

Timnas laki-laki terlalu banyak memakai intuisi daripada logika. Seperti dalam kasus Enyeama tersebut sebenarnya bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan tanpa terlalu larut dalam perasaan. Kondisi tersebut terbukti berdampak buruk bagi atmosfer tim, dan pelantikan Samson Siasia sebagai pelatih baru pun juga ternyata sia-sia. Di sisi lain para perempuan yang dikenal sebagai makhluk intuitif justru mampu bersikap profesional dan sanggup lolos ke Piala Afrika tanpa ada masalah seperti yang dialami oleh timnas laki-laki Nigeria.

Di tengah surutnya prestasi Nigeria dalam beberapa tahun terakhir, kaum perempuan justru hadir sebagai penyelamat persepakbolaan negara tersebut. Apa yang diperlihatkan oleh para perempuan di Nigeria saat lolos ke Piala Afrika cukup memberikan arti tentang emansipasi dari kaum perempuan. Sebuah ide yang dicetuskan oleh Kartini tentang persamaan antara kaum perempuan dan laki-laki. Bahkan mereka menunjukkan sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh kaum laki-laki, lebih dari sekadar emansipasi yang patut menjadi inspirasi, sebuah eksistensi perempuan di ranah sepakbola.

Foto: commons.wikimedia.org

ed: fva

Komentar