Strategi Alternatif Akan Tentukan Hasil Akhir Final Piala Bhayangkara

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Strategi Alternatif Akan Tentukan Hasil Akhir Final Piala Bhayangkara

Piala Bhayangkara memasuki babak akhir. Turnamen yang bergulir sejak 17 Maret 2016 ini akan mempertemukan Arema Cronus dan Persib Bandung di partai puncak. Kedua kesebelasan memang sedari awal sudah difavoritkan menjadi juara.

Lebih dari itu, partai ini akan menyajikan adu kuat kedua kesebelasan dalam bertahan. Perlu diketahui, Arema dan Persib saat ini sama-sama baru kebobolan satu gol dari lima laga yang sudah mereka jalani di Piala Bhayangkara ini. Uniknya lagi, kedua kesebelasan sama-sama hanya kebobolan di pertandingan pertama mereka, Arema oleh Fadil Sausu (Bali United) dan Persib oleh Marlon Da Silva (Mitra Kukar).

Arema yang Mampu Menyesuaikan dengan Strategi Lawan

Torehan gol Arema memang minim pada Piala Bhayangkara ini. Mereka berhasil melangkah ke babak final hanya dengan mencetak empat gol saja dari empat pertandingan babak grup dan satu babak semifinal. Di babak grup, mereka hanya mencetak tiga gol.

Hanya mencetak empat gol bukan berarti Arema tidak spesial. Perlu dicatat, Arema merupakan pemuncak grup B dengan torehan delapan poin. Kemenangan yang mereka raih memang hanya berselisih satu gol. Selain itu, mereka ‘melepaskan’ pertandingan terakhir grup melawan Persipura Jayapura karena sudah memastikan lolos ke babak semifinal sehingga tidak turun dengan kekuatan penuh kala itu.

Maka kepiawaian Pelatih Arema, Milomir Sesjla, dalam meracik skema bertahan patut diapresiasi. Apalagi dalam perjalanannya hingga ke babak semifinal, Milo selalu merotasi susunan pemain di lini belakang. Kecuali pos John Alfarizie, tiga posisi lain selalu dirotasi. Bahkan Goran Ganchev pun pernah dicadangkan yaitu saat menghadapi Persija Jakarta.

Di pos bek kanan, Milo selalu merotasi pemainnya. Ryuji Utomo, Hasyim Kipuw, dan Beny Wahyudi bergantian mengisi pos ini. Pada laga final ini, di lihat dari latihan terakhir, tampaknya Kipuw yang akan dipilih sebagai penghuni bek kanan Arema.

Ryuji Utomo sendiri bisa dipasang sebagai bek tengah. Ia pernah berduet dengan Hamka Hamzah serta dengan Goran Ganchev di Piala Bhayangkara ini. Kehadiran Ryuji memang memberikan keuntungan besar bagi Arema. Selain memiliki kemampuan bertahan yang baik dan bisa ditempatkan di bek kanan atau tengah, ia pun masih berusia 20 tahun sehingga regulasi U-21 Arema tetap terpenuhi dan tidak mereduksi kekuatan tim.

Namun uji lapangan di Stadion Gelora Bung Karno pada Sabtu (2/4) sore, bukan Ryuji yang diplot bermain dengan tim utama, melainkan Junda Irawan. Kala itu, Junda bermain bersama pemain utama lain seperti Cristian Gonzales, Raphael Maitimo, Esteban Vizcarra, Hendro Siswanto, Alfarizie, dan Ganchev.

Siapapun pemain di lini pertahanan memang tak akan terlalu memengaruhi kekuatan pertahanan Arema. Adalah kelebihan Milomir menyesuaikan dengan strategi lawan yang membuat Arema kuat dalam bertahan. Arema di bawah asuhan Milo seolah didesain untuk memiliki pertahanan kuat, mengesampingkan torehan gol yang banyak.

Hampir di setiap laga Arema mengubah gaya bertahan mereka. Indikasi yang paling jelas terlihat adalah dengan area bermain Gonzales yang sering terlihat di mana-mana. Penyerang kelahiran Uruguay ini bisa bermain di tengah lapangan kala Arema memainkan garis pertahanan rendah juga bisa beredar di area depan kotak penalti kala memainkan garis pertahanan tinggi.

Pada laga melawan Sriwijaya FC pun Arema memperlihatkan kemampuan penyesuaian dengan strategi lawan. Di awal laga, mereka memainkan garis pertahanan tinggi karena melihat SFC cukup kikuk dalam menyerang kala memainkan formasi ‘baru’ yaitu 4-2-3-1. Namun ketika SFC mulai mampu keluar dari tekanan, mereka menurunkan garis pertahanan menjadi rendah. SFC gagal mencetak gol, bahkan Arema mencetak gol kedua kembali lewat Alfarizie meski harus dianulir wasit.

Baca juga: Cara Milomir Šešlija Menaklukkan Perubahan Strategi Benny Dollo

Solusi Kelemahan di Sisi Kanan Persib yang Terselesaikan

Pada laga pembuka Piala Bhayangkara 2016, Persib cukup kewalahan menghadapi Mitra Kukar. Kala itu, sisi kanan Persib yang diisi oleh Dias Angga menjadi titik lemah karena selalu berhasil dieksploitasi oleh kecepatan Hendra Bayauw ataupun Septian David. Saat gol Marlon da Silva terjadi, penyerang asal Brasil tersebut berhasil menang duel udara dengan Dias Angga.

Namun sejak menjalani pertandingan kedua, lini pertahanan Persib terbilang aman. Sejak pertandingan melawan Pusamania Borneo FC tersebut, Persib mulai menemukan komposisi terbaik di lini pertahanan. Jika pada laga pertama back four Persib diisi oleh Tony Sucipto, Vladimir Vujovic, Hermawan, dan Dias Angga, pada pertandingan kedua Hermawan dan Dias digantikan oleh Purwaka Yudhi dan Yanto Basna.

Kelugasan Purwaka di tengah dan ketangguhan Yanto di pos bek kanan menjadi kunci pertahanan Persib menjadi lebih kuat. Persib relatif tak memiliki celah di lini pertahanan. Bahkan saat menghadapi Sriwijaya FC dan Bali United, tak ada satupun tendangan on target ke gawang Persib. Persib yang selalu clean sheet sejak pertandingan kedua memang memberikan kepercaya dirian tinggi bagi pemain lain di lini pertahanan, termasuk Agung Pribadi yang mengisi pos Yanto Basna melawan Bali United karena terkena akumulasi kartu kuning.

Bahkan ketika Persib harus tampil tanpa sejumlah pemain inti kala melawan Bali United semifinal, Persib telah memiliki bentuk pertahanan terbaiknya. Meski area tengah sering kecolongan karena ketidak hadiran Hariono, pemain yang mengisi back four mampu menjadi tembok kedua untuk mengamankan skuat asuhan Indra Sjafrie saat itu.

Hal ini dikarenakan Purwaka memiliki tipikal berbeda dengan Hermawan. Purwaka bermain lebih lugas, tak mau ambil risiko dengan sering naik untuk merebut bola. Ia pun tahu kapan harus bergerak melebar, untuk mem-backup full-back, dan kapan harus tetap pada posisinya.

Sementara itu Yanto Basna memiliki kelebihan dalam hal perebutan bola yang membuat sisi kanan lebih kuat. Ia tak ragu melakukan tekel, dan tekel yang dilakukannya sering kali bersih dan menjadi penyelamatan kunci di lini pertahanan Persib.

Semakin terlihatnya peran Yanto dan Purwaka ini dibarengi dengan kombinasi yang pas di double pivot antara Hariono dan Taufiq. Hariono memiliki kemampuan merebut bola yang baik, sementara Taufiq memiliki kemampuan membaca arah serangan yang seringkali membuatnya melakukan intersep-intersep penting.

Taufiq dan Hariono pun begitu rajin bergerak melebar kala harus menghentikan serangan sayap lawan. Hal ini menjadi penting untuk menguatkan pertahanan di lebar lapangan karena tak bisa dimungkiri lagi bahwa serangan sayap telah menjadi kekuatan utama hampir di setiap kesebelasan.

Gaya bermain Hariono dan Taufiq yang lebih deep menjaga area pertahanan pun menjadi garansi terminimalisasinya celah di lini tengah. Tak seperti ketika diisi oleh Kim Kurniawan yang memiliki mobilitas tinggi, duet Taufiq-Hariono begitu disiplin melindungi back four Persib.

Adu Strategi Milo dan Dejan di Lini Serang

Lini pertahanan Arema dan Persib sama-sama kuat. Namun soal skema penyerangan, keduanya bisa dibilang sama-sama lemah. Meski Persib mengoleksi lebih banyak gol dari Arema, namun skema open play Persib belum maksimal sejauh ini.

Selain menghadapi Sriwijaya FC, Persib selalu mengandalkan umpan silang sebagai cara mereka untuk melayani Juan Belencoso di lini depan. Namun efektivitas serangan Persib ini belum terlalu efektif. Akurasi umpan silang Persib masih terbilang rendah. Hal ini pula yang masih terus diasah Pelatih Persib, Dejan Antonic, pada latihan terakhir mereka di Stadion GBK saat uji lapangan.

Bahkan saat latihan sore itu pun terlihat bawa umpan silang Persib bisa dibilang buruk. Bukan soal penyelesai akhir, melainkan bagaimana para pemain sayap mengirimkan bola ke kotak penalti. Bisa dikatakan, skema umpan silang bukan skema yang tepat untuk skuat Persib saat ini.

Tak heran sebenarnya skema umpan silang Persib tak efektif. Tak ada pemain sayap Persib yang bisa memanjakan Belencoso. Atep dan Samsul bertipikal inside forward. Sementara Yanto Basna hanya kuat dalam bertahan, belum memiliki visi yang baik untuk membantu serangan.

Praktis hanya Toncip yang bisa diharapkan dalam mengirimkan umpan silang. Tapi mengandalkan seorang full-back untuk melakukan overlap berarti satu hal; meningkatkan risiko kebobolan. Hal itu sering tak dipilih Toncip di mana ia lebih sibuk menjaga pertahanan.

Baca juga: Perbedaan dalam Latihan Terakhir Arema dan Persib Jelang Final Piala Bhayangkara

Tapi Dejan telah menyiapkan strategi lain untuk mencetak gol, yaitu skema bola mati. Gol Tantan dan Belencoso di dua laga terakhir merupakan hasil dari latihan skema bola mati. Bisa jadi pula Persib nantinya memang akan mengandalkan bola mati mengingat Samsul Arif dan Vujovic pun telah menyumbang gol melalui bola mati.

Sementara bagi kubu Arema, penyesuaian strategi mereka memang berdampak besar bagi kualitas serangan. Memfokuskan skema bermain pada pola bertahan membuat peluang mencetak gol menjadi bergantung pada keberhasilan skema serangan balik.

Sejauh ini, hanya Dendi Santoso yang mampu diandalkan dalam skema serangan balik Arema. Vizcarra di sisi kiri tak begitu menonjol pada turnamen ini. Hal ini menyebabkan serangan Arema sering berat sebelah, yaitu bertumpu pada sisi kanan, area Dendi Santoso.

Dendi sangat rajin membantu pertahanan. Dengan kecepatannya, ia bisa berkombinasi dengan baik bersama Lopicic. Penampilan terbaiknya adalah ketika Arema menghadapi Bali United. Dua gol Arema dimulai dari aksi Dendi dalam merebut bola di lini pertahanan.

Baca juga: Evolusi Pola Serangan Arema Cronus

Hanya saja Dendi tak selalu tampil cemerlang di setiap pertandingan. Pada laga melawan SFC, ia pun berhasil dimatikan Syaiful Indra Cahya. Hal ini membuat Milo harus memutar otak lebih keras sebelum akhirnya Alfarizie muncul menjadi pahlawan kemenangan.

(Dua) gol Alfarizie kala menghadapi Sriwijaya pun mengindikasikan bahwa Arema harus selalu menyiapkan alternatif strategi. Sejauh ini strategi alternatif lainnya hanya Sunarto yang masuk pada babak kedua. Sunarto pun baru berhasil kala Arema menghadapi Persija saja.

Pada akhirnya nanti kita akan disuguhkan adu strategi kedua pelatih dalam membaca situasi di lapangan. Keduanya telah membuktikan diri bahwa pergantian pemain mereka pada babak kedua sering efektif (seperti David Laly di kubu Persib atau Sunarto di kubu Arema). Mentalitas kedua pelatih pun akan diuji mengingat laga ini akan disaksikan puluhan ribu kedua suporter yang akan memenuhi Stadion Gelora Bung Karno.

Komentar