Ketakutan Cañizares dan Albelda Terhadap Gary Neville Menjadi Kenyataan

Berita

by redaksi

Ketakutan Cañizares dan Albelda Terhadap Gary Neville Menjadi Kenyataan

"(Gary) Neville memang seorang analis bola yang baik. Tapi, seorang analis yang baik belum tentu akan menjadi pelatih yang hebat. Valencia bukanlah tim percobaan, dan bukan pula tim bagi pelatih yang hanya mampir untuk belajar. Kami adalah tim besar di La Liga."

Pernyataan tersebut dilontarkan oleh legenda Valencia, Santiago Canizares ketika Valencia menunjuk Gary Neville pada Desember 2015 lalu. Canizares memang meragukan kemampuan Gary sebagai pelatih.

Namun, apa yang dikatakan Canizares tidaklah sepenuhnya salah. Valencia memang tim besar La Liga. Mereka pernah masuk final Liga Champions Eropa pada tahun 2000 (melawan Real Madrid) dan pada tahun 2001 (melawan Bayern Muenchen). Mereka juga pernah menjuarai La Liga pada musim 2001/2002 dan juga musim 2003/2004. Canizares adalah bagian dari tim itu. Tak salah juga kemudian karena pada kenyataannya Gary gagal memberikan peningkatan performa bagi Valencia.

Canizares meragukan kemampuan Gary untuk menopang nama besar Valencia. Gary memang memiliki lisensi A UEFA, tapi ia sama sekali belum memiliki pengalaman melatih klub besar. Ia hanya pernah menjadi seorang pundit di TV dan juga menjadi asisten pelatih Roy Hodgson di timnas Inggris. Melatih klub besar adalah sesuatu yang baru baginya. Inilah yang ditakutkan oleh Canizares sewaktu Gary pertama kali datang ke Valencia.

"Valencia tidak mengetahui apapun tentang Gary Neville," tukas Canizares.

David Albelda, yang juga mantan rekan satu tim Santiago Canizares, malah mengungkapkan hal yang lebih pedas lagi. Ia terang-terangan meragukan kemampuan Gary Neville, malah menyebutnya datang dari liga yang kurang kaya dalam masalah taktik, di samping pengalaman melatihnya juga yang masih minim.

"Neville datang dari liga yang sedikit menerapkan taktik dalam permainannya. Tim Liga Primer Inggris yang saya lihat di Liga Champions Eropa memiliki komunikasi antar pemain yang buruk. Belum lagi ditambah dengan pengalaman melatih dia yang masih minim. Saya menjadi ragu akan dirinya," ujar Albelda.

Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Meski banyak penolakan dari berbagai elemen klub Valencia, toh, pada akhirnya berkat hubungan Gary yang dekat dengan Peter Lim, ia diangkat menjadi manajer Valencia menggantikan Nuno Espirito Santo yang mengundurkan diri pada November 2015 lalu akibat rentetan hasil buruk yang Valencia raih. Gary pun memulai pekerjaan dengan cukup antusias di Valencia.

"Saya percaya pada diri saya sendiri dan saya yakin kalau saya dapat berkontribusi kepada klub ini. Baiklah, kita lihat apa yang akan terjadi nanti," ujar Gary saat pertama kali ditunjuk sebagai pelatih Valencia.

Bekerja sama dengan sang adik, Phillip Neville, yang sudah terlebih dahulu berada di Valencia, awalnya hal ini tampak menjanjikan. Mendapatkan warisan dari Santo berupa skuat yang cukup kompetitif namun berada di peringkat kesembilan La Liga waktu itu, sebuah beban tersemat di pundak Gary untuk mengantarkan klub ini minimal kembali ke ajang Liga Champions Eropa musim depan.

Mulai bekerja sejak Desember 2015, Gary ternyata sulit untuk beradaptasi dan tidak dapat memenuhi ekspektasi publik Mestalla yang begitu besar terhadap dirinya. Kekalahan besar 0-7 atas Barcelona adalah awal dari segala keburukan yang terjadi. Apalagi ditambah setelah itu, Valencia kalah dari Real Betis 0-1.

Kemarahan fans sedikit mereda setelah Gary berhasil membawa Valencia meraih kemenangan atas Rapid Vienna di ajang Europa League dengan skor 6-0 (saat main di Valencia) dan 4-0 (saat main di Vienna). Ditambah dengan kemenangan 2-1 atas Espanyol dan 2-1 juga atas Granada membuat Gary Neville mulai mendapatkan dukungan dariu Layhoon Chan, presiden klub Valencia.

Tapi, setelah itu keadaan bukannya membaik. Meski meraih kemenangan atas Malaga 2-1, Valencia belum pernah lagi meraih kemenangan di ajang La Liga. Tumbang di tangan Atletico Madrid 1-3, Levante 0-1, dan akhirnya kalah oleh Celta Vigo 0-2 membuat Gary hanya total meraih tiga kemenangan dari 16 pertandingan liga. Keadaan makin memburuk setelah Valencia ditaklukkan oleh Athletic Bilbao di ajang Europa League.

Hanya meraih tiga kemenangan - termasuk tersisih oleh Athletic Bilbao di ajang Europa League - dari 16 pertandingan membuat kapasitasnya sebagai pelatih mulai dipertanyakan. Para pendukung Valencia sudah bersorak "Gary, vete ya!" yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti "Gary, cepatlah pergi!". Merespon teriakan para suporter, para petinggi Valencia pun akhirnya melakukan sebuah tindakan terhadap Gary Neville.

Gary, yang seolah tahu bahwa sesuatu akan terjadi pada akhirnya memilih untuk tidak bergabung dengan timnas Inggris yang menjalani laga persahabatan melawan Jerman dan Belanda. Ia memilih tetap tinggal di Valencia untuk melihat perkembangan dari situasi, sekaligus sebenarnya berharap akan sebuah perpanjangan kontrak.

"Tidak, saya sedang tidak menutup pintu. Saya tahu kalau Valencia memberikan saya waktu lima bulan, sesuai dengan perjanjian yang ada di dalam kontrak. Saya di sini selama lima bulan untuk menerima sebuah tantangan yang luar biasa," ujarnya.

Hanya saja, keadaan tidak sesuai dengan apa yang Gary inginkan. Tepat pada Rabu (30/3) malam, Valencia mengumumkan pemecatan Gary Neville.

"Valencia FC mengumumkan bahwa kami resmi memecat Gary Neville sebagai pelatih. Keputusan ini semata-mata dilakukan sebagai perubahan untuk klub Valencia," ujar laman resmi Valencia FC.

Sebagai ganti dari Gary, dalam mengarungi delapan pertandingan sisa Valencia menunjuk Pako Ayesteran, orang yang pernah menjadi asisten pelatih Rafael Benitez saat Valencia meraih gelar juara di musim 2001/2002 dan 2003/2004. Sepeninggal Gary, Valencia berada di peringkat ke-14 dengan sisa delapan pertandingan liga. Pekerjaan yang sulit bagi Pako untuk membawa Valencia menembus zona Liga Champions Eropa, bahkan zona Europa League sekalipun.

Akhirnya, Gary mengikuti pendahulunya yang juga pernah melatih di Spanyol, David Moyes. Moyes yang juga pernah melatih Real Sociedad dianggap tidak mampu mengangkat performa Sociedad sehingga akhirnya ia dipecat oleh manajemen Sociedad.

Dari apa yang sudah dialami oleh Gary dan Valencia, meskipun Gary sudah mencarikan solusi untuk memperbaiki permainan Valencia lagi dan lagi, pada akhirnya, Gary memang bukanlah solusi untuk Valencia. Seperti kata Canizares, "Valencia bukanlah tempat untuk belajar." Gary telah datang ke klub yang salah untuk belajar. Keraguan Canizares dan Albelda pun menjadi kenyataan.

(sf)

foto: telegraph.co.uk

ed: fva

Komentar