Salah dan Elsha Terhadap Roma, Lambang Cinta Cleopatra dan Julius Caesar

Cerita

by redaksi

Salah dan Elsha Terhadap Roma, Lambang Cinta Cleopatra dan Julius Caesar

Hubungan mesra antara Kerajaan Romawi dengan Mesir sudah terjadi selama ratusan tahun yang lalu, ketika ratu Mesir bernama Cleopatra berhasil memikat hati Julius Caesar yang kala itu menjabat sebagai Jenderal Pemimpin Romawi. Konon, Cleopatra berusaha mendapatkan cinta Caesar supaya negerinya tidak diserang oleh pasukan Romawi. Kala itu, pasukan Romawi ingin menguasai Mesir yang saat itu terkenal sebagai salah satu peradaban paling maju di dunia.

Singkat cerita Caesar jatuh hati kepada Cleopatra. Namun Caesar hanya bisa menjadikannya sebagai selir karena ia sudah punya istri bernama Calpurnia. Kendati demikian, cinta Caesar kepada Cleopatra begitu besar. Maka dari itu Caesar membiarkan Cleopatra tetap menjadi ratu di Mesir, agar tidak mendapat gangguan dari tentara Romawi yang ingin menguasai Mesir.

Cerita romantis yang diceritakan memang sedikit bertendensi politik. Kini, memoria romantis tersebut kembali hadir di Roma, Mesir selalu menarik hati bagi ibu kota Italia yang biasa dijuluki The Eternal City (Kota Abadi). Termasuk di era modern ini, Roma memiliki dua pemain berdarah Mesir yang diwakili Mohamed Salah serta Stephan El Shaarawy.

Salah merupakan pemain kelahiran kota Basyoun yang terletak di sebelah utara Kairo dan di tenggara Alexandria. Ia mengawali karirnya di klub El Mokawloon yang berbasis di Nasr City, Kairo. Lalu pada musim 2012, pemain berusia 23 tahun itu pergi merantau ke tanah Eropa bersama FC Basel. Setelah menunjukan performa menawan di liga Swiss, Chelsea merekrutnya untuk berkarir di Liga Primer Inggris. Meskipun pada akhirnya ia dipinjamkan ke Fiorentina dan sekarang resmi berseragam Roma sejak Agustus 2015 lalu.

Sementara El Shaarawy berbeda dengan Salah, ia bukan 100% berdarah Mesir. Ia mendapat darah Mesir dari ayahnya, sementara ibunya merupakan keturunan Swiss-Italia dan lahir di Savona, Italia. Maka dari itu ia berhak membela Timnas Italia. Kendati demikian, bukan berarti El Shaarawy melupakan Mesir begitu saja. Julukan Il Faraone yang diberikan kepadanya pun memiliki arti sang Pharaoh, gelar bagi penguasa Mesir Kuno.

Pemain yang identik dengan nomor punggung 92 tersebut mengawali karirnya di klub Genoa, Padova dan mengalami perkembangan pesat dalam karirnya sejak berkostum Milan pada musim 2011. Lalu ia dipinjamkan ke AS Monaco pada musim panas 2015 lalu. Tapi El Shaarawy hanya bertahan setengah musim di Monaco dan bergabung bersama Roma pada Januari 2016.

Sedikit alasan mengapa Roma memilih dua pemain tersebut. Alasan yang paling logis adalah akselerasi di atas rata-rata yang dimiliki kedua pemain tersebut. Mengingat dari segi pasar sekarang ini, pemain berdarah Mesir kurang begitu diminati kesebelasan-kesebelasan besar di Eropa. Keduanya juga bukan pemain Mesir pertama yang pernah membela I Giallorossi. Pada tahun 2004 silam, Roma pernah memakai jasa pemain Mesir dari Ahmed Mido Hossam. Sayangnya, aksi mantan penyerang Ajax Amsterdam itu kurang bersinar.

Namun di musim ini permainan kedua punggawa berdarah Mesir itu bebeda dengan Mido pendahulunya. Salah dan El shaarawy bermain impresif sejauh ini. Kombinasi kedua pemain tersebut sukses memberikan tujuh kemenangan berturut-turut untuk Roma di kompetisi Domestik. El Shaarawy sudah berhasil mencetak lima gol dari enam laga. Sementara Salah, ia berhasil mencatatkan 11 gol, memperakarsai 38 serangan serta telah menyumbangkan tiga assist.

Kontribusi mereka berhasil membawa Roma bertengger di posisi ketiga klasemen sementara Serie A 2015/2016 dan masih mengejar gelar scudetto. Namun kombinasi kedua pemain tersebut, tak sanggup membawa Roma melaju ke babak perempatfinal Liga Champions musim ini. Serigala dari Ibu Kota Italia mesti takluk di tangan Real Madrid dengan agregat 4-0.

Romantisme Roma dan mesir berlanjut sampai sekarang dan tetap dibumbui sedikit tendensi yang berbeda. Roma memiliki alasan logis untuk merekrut kedua pemain berdarah Mesir tersebut. Selain karena skill yang dimiliki keduanya, faktor sejarah juga memiliki andil dalam jalan takdir yang kembali dialami oleh Roma dan Mesir.

Jika ratusan tahun lalu Cleopatra membutuhkan Caesar untuk menjaga agar negerinya tetap aman, kali ini Roma yang membutuhkan jasa dari para pemain berdarah Mesir tersebut untuk menjaga asa dalam meraih gelar juara paling bergengsi di tanah Italia.

Foto : gazzetta.it

Ed: RAS

Komentar