Merayakan Hari Perempuan Internasional dengan Heroik dan Mengharukan

Cerita

by redaksi

Merayakan Hari Perempuan Internasional dengan Heroik dan Mengharukan

Tanggal 8 Maret yang awalnya biasa saja bagi sebagian besar masyarakat mulai menjadi berarti lebih besar setelah tahun 1977. Pada tahun itu, PBB resmi mendeklarasikan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Dasar dari penetepan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional ini oleh PBB adalah karena banyaknya peristiwa penting di tanggal 8 Maret yang melibatkan perempuan di dalamnya, seperti gerakan menentang Perang Dunia I dan juga gerakan "Roti dan Kedamaian" yang dilakukan oleh perempuan Rusia pada tanggal 8 Maret 1913 dan 8 Maret 1917, ataupun gerakan demo besar buruh perempuan di Amerika Serikat pada 8 Maret 1957.

Namun, titik nol dari dimulainya pembicaraan tentang kesetaraan bagi perempuan dan perlunya mengadakan hari tahunan untuk perempuan itu sebenarnya terjadi setelah adanya peristiwa mengenaskan di New York, Amerika Serikat, yaitu terbakarnya Pabrik Triangle Shirtwaist pada 25 Maret 1911 yang menewaskan 123 pekerja perempuan. Peristiwa ini juga dikenang sebagai peristiwa terburuk dan mematikan dalam sejarah kota New York.

Tapi, sampai sekarang, perayaan Hari Perempuan Internasional tetaplah mengikuti jadwal PBB, yaitu setiap tanggal 8 Maret. Untuk tahun 2016, tema Hari Perempuan Internasional adalah "Pledge for Parity" yang kalau diartikan ke bahasa Indonesia artinya adalah "Menyuarakan Kesetaraan". Tiap negara memiliki caranya masing-masing dalam merayakan Hari Perempuan Internasional ini, dan mungkin cara à la Matildas dalam merayakan Hari Perempuan Internasional untuk tahun 2016 ini adalah cara yang paling heroik sekaligus mengharukan.

Matildas, sebutan untuk tim nasional sepakbola perempuan Australia, memastikan dirinya lolos dari babak kualifikasi Olimpiade Rio de Janeiro 2016 Senin (7/8) kemarin, usai mengalahkan Korea Utara. Bukan hanya Korea Utara, Matildas juga mengalahkan lawan berat macam Jepang, yang pernah menjadi juara sepakbola perempuan dunia di tahun 2011. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi pasukan Matildas karena di Olimpiade 2012 London, Australia sama sekali tidak mengirimkan wakilnya untuk sepakbola.

Bukan hanya saat ini, Matildas juga sebelumnya pernah meraih prestasi yang gemilang di bidang sepakbola perempuan, yaitu dengan menjuarai Piala Asia Sepakbola Perempuan pada tahun 2010 dan juga melaju sampai ke babak 8 besar Piala Dunia Perempuan 2015, sebuah prestasi yang patut diacungi jempol, apalagi ketika Piala Dunia Perempuan 2015 mereka berada di grup neraka bersama sang juara Amerika Serikat, Swedia, dan Nigeria.

Dengan lolosnya Matildas ke Rio, Matildas memiliki peluang yang sangat besar untuk mengibarkan bendera Australia di Rio dan juga meraih emas di Olimpiade untuk negara Australia di cabang sepakbola untuk pertama kalinya, sesuatu yang belum pernah bisa dilakukan oleh timnas sepakbola laki-laki Australia. Matildas sekarang disebut-sebut sebagai "generasi emas" sepakbola perempuan Australia, dan mulai disamakan dengan generasi Mark Viduka dan Harry Kewell. Tapi, di Rio nanti Matildas pun harus waspada terhadap lawan-lawan kuat macam Jerman ataupun Amerika Serikat yang siap mengancam di Olimpiade. Belum lagi lawan-lawan lain dari daerah Eropa yang siap pula untuk menganca. Tuan rumah Brasil pun jangan dilupakan.

Namun, itu semua sekarang belum terlintas di benak para pemain Matildas. Di Hari Perempuan Internasional ini, setelah lolos ke Olimpiade Rio, Matildas memiliki satu harapan. Harapannya adalah agar FFA, meskipun sudah melakukan berbagai langkah untuk membuat sepakbola laki-laki dan sepakbola perempuan setara di Australia (seperti halnya meluncurkan Female Football Week, majalah sepakbola perempuan Australia), harus dengan gencar menghilangkan beberapa tindakan yang berbau diskriminasi untuk pemain sepakbola perempuan Australia.

Salah satu yang cukup nyata terlihat adalah gaji para pemain yang berlaga di W-League (Liga Sepakbola Perempuan Australia) yang besarannya masih sama atau munkin malah lebih kecil dibandingkan dengan gaji pemain junior yang berlaga di A-League. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi Matildas dan mereka meminta agar FFA agar bersikap lebih profesional terhadap pesepakbola perempuan tanpa mengesampingkan jenis kelamin seseorang.

Matildas tentunya tidak ingin kejadian timnas Jepang yang diberikan pelayanan yang kurang baik oleh JFA dalam hal transportasi ke London saat penyelenggaran Olimpiade 2012 terjadi kepada Matildas. Oleh karenanya, Matildas membuat sebuah surat pernyataan untuk FFA agar memberikan layanan yang seharusnya dan sepantasnya untuk Matildas yang akan berlaga di Rio, mengingat pengorbanan yang telah dilakukan oleh Matildas agar bisa berlaga di Rio. Intinya, Matildas juga ingin mendapatkan perlakuan setara dengan timnas sepakbola laki-laki Australia.

Namun, terlepas dari itu semua, yang ingin saya ucapkan adalah selamat kepada Matildas yang telah merayakan Hari Perempuan Internasional dengan cara mereka yang heroik dan mengharukan, yaitu dengan memastikan diri lolos ke Olimpiade Rio. Semoga semua harapanmu di atas akan segera terkabul.

Selamat Hari Perempuan Internasional!

(sf)

foto: guardian.co.uk

(pik)

Komentar