[Post Match] Liverpool yang Gagal Memanfaatkan Momentum

Analisis

by redaksi

[Post Match] Liverpool yang Gagal Memanfaatkan Momentum

Musim lalu, Brendan Rodgers melakoni debutnya di kompetisi resmi  sebagai pelatih Liverpool dengan melawat ke stadion The Hawtrons, markas West Bromwich Albion (WBA). Hasilnya sangat buruk. Liverpool harus menyerah 3-0 dari sang tuan rumah.

Kala itu Zoltan Gera membuka keunggulan sebelum turun minum. Peter Odemwingie menggandakanya lewat titik putih pada menit 64. Bahkan Lukaku, yang saat itu dipinjam WBA,  hanya butuh waktu sembilan menit untuk menutup kemenangan menjadi 3-0.

Rodgers datang ke West Bromwich hendak memperbaiki rekor tersebut. Apalagi, sang saudara tua Everton, berhasil melakukan comeback dengan menang 2-1 atas Aston Villa. Praktis, match melawan WBA ini dijadikan momentum untuk memperlebar jarak dengan Everton dan Spurs. Selain itu, jarak dengan Chelsa diposisi ketiga pun juga akan berkurang, andai Chelsea kalah saat melawat ke Etihad Stadium.

Namun sayang, Liverpool hanya berhasil memperbaiki rekor musim sebelumnya dengan hasil seri. Hasil yang tak cukup baik memang, karena Liverpool sebenarnya unggul terlebih dahulu. Sebelum pemain pengganti, Victor Anichebe berhasil memanfaatkan kesalahan Kolo Toure di depan kotak penalti.

Liverpool Seperti Melakoni Derby



Passing WBA babak pertama


Sejak awal WBA langsung menekan Liverpool lewat kedua sisi sayap. Pepe Mel sangat paham bagaimna Liverpool bermain. Dengan memainkan patern 4-3-3, Brendan Rodgers selalu mengandalkan kedua sayapnya untuk merangsak ke daerah pertahanan lawan.

Oleh karena itu, Pepe Mel menugaskan Berahino dan Chris Brunt untuk terus menekan. Hasilnya, cukup baik. Strategi ini memaksa Raheem Sterling dan Daniel Sturridge lebih fokus untuk bertahan di awal babak pertama. Liverpool benar-benar ditekan, layaknya melakoni laga derby kemarin.

Selain itu, WBA juga melakukan pressing ketat sedari pertahanan Liverpool. WBA tak mengizinkan Liverpool untuk membangun serangan. Tak pelak, kombinasi Henderson dan Coutinho dalam membangun serangan pun tak terlihat pada pertandingan ini.

Tiga pemain tengah WBA, Claudio Yakob, Yousuf Malumbu, dan Zoltan Gera juga sangat disiplin. Ketika mereka kehilangan bola, dengan cepat ketiga pemain tersebut sudah turun untuk membantu pertahanan. Hal ini tentu merepotkan Liverpool yang sejak awal mengandalkan serangan balik.

Pun dengan Yousuf Malumbu benar-benar melakukan tugasnya sebagai pemutus arus serangan. Dibabak pertama saja, tercatat 5 kali Malumbu melakukan intersepsi.

Kondisi tersebut memaksa Gerrard untuk terus bertahan. Menjadikan Steven Gerrad harus beroprasi di area lebih dalam lagi, sebagai “centerback ketiga” Liverpool. Persis dengan apa yang dilakukan  Liverpool kala melakoni derby Merseyside tengah pekan kemarin.

Hasilnya juga tak berbeda jauh, walaupun lebih dominan dalam melakuka serangan, namun WBA sering gagal untuk menembus sepertiga akhir lapangan Liverpool. Liverpool begitu rapat dalam bertahan. Tak heran jika WBA lebih sering memilih untuk melakukan tembakan dari luar kotak penalti.

Seakan sudah terlatih pada pertandingan sebelumnya. Rodgers sama sekali tak terlihat gugup.  Ia menginstruksikan anak buahnya untuk permain dengan sabar. Rodgers memilih menahan diri, dan mengandalkan serangan balik dengan umpan-umpan panjang.

Rodgers juga menginstruksikan anak asuhnya untuk tidak berlama-lama dengan bola. Hal ini dimaksutkan untuk menghindari pressing ketat yang dilakukan The Baggies.

Dengan terus menekan, praktis menjadikan garis pertahanan WBA menjadi tinggi. Hal inilah yang kemudian kembali dimanfaatkan Brendan. Seperti pada laga sebelumnya, Rodgers juga hendak memanfaatkan lubang yang ditinggal barisan pertahanan WBA yang ikut menyerang.


 


Passing Liverpool sebelum terjadinya gol Sturridge


Terbukti, walaupun terlihat lebih fokus untuk menjaga pertahanan, Liverpool berhasil melayangkan lima tembakan ke gawang dibabak pertama. Jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan WBA yang hanya mampu melakukannya sebanyak empat kali. Kesemuanya didapatkan The Reds lewat kecerdikan dalam memanfaatkan ruang kosong yang ditinggal oleh barisan pertahanan WBA.

Gol Liverpool diparuh pertama pun hasil dari memanfaatkan ruang yang ditinggal oleh empat barisan belakang WBA. Lewat troughpass dengan satu dua sentuhan, Liverpool dapat mengecoh mereka, dan berhasil masuk ke sepertiga lapangan akhir.

WBA Terus Menekan Lewat Kiri

Dibabak kedua, WBA tak mengendurkan serangan. Mereka tak mau dipermalukan di depan publiknya sendiri. Masih seperti apa yang dilakukan dibabak pertama, WBA tampil menekan. Mereka terus melakukan pressing ketat.

Dengan strategi menekan sejak dari pertahanan Liverpool, terbukti membuat barisan pertahanan Liverpool seperti grogi. Hal tersbut memaksa barisan pertahanan Liverpool melakukan kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu. Gol yang diceploskan Victor Anichebe pun merupakan kesalah Kolo Toure dalam memainkan bola di depan kotak penalti. Melengkapi torehan defensive erorrs Liverpool menjadi 29. Terbanyak di Liga Inggris musim ini

Masih seperti dibabak pertama, WBA juga lebih sering melakukan serangan lewat kedua sisi sayap. WBA memang terkesan monoton dalam menyerang. Namun hal itu tersebut merupakan salah satu cara dalam menutup ruang gerak sayap-sayap Liverpool yang terkenal gesit dan agresif.

Walaupun sangat disiplin menjaga pertahanan, Jon Flanagan sangat terlihat keteteran dalam menjaga Christ Brunt. Sedangkan di sisi sebalah kiri pertahanan Liverpool, Zoltan Gera yang dibantu Billy Jones tak ada henti-hentinya mengekploitasi pos yang dijaga Aly Chisokho.

Pada pertandingan tadi malam, sisi kiri pertahanan Liverpool menjadi fokus penyerangan WBA. Pepe Mel sadar bahwa pada pos itulah terdapat ruang kosong yang sering di tinggal Aly untuk ikut menyerang. Praktis, dari sisi kiri pertahanan Liverpool inilah WBA mencoba masuk ke sepertiga akhir lapangan Liverpool.




Passing WBA babak kedua


Dengan kondisi terus ditekan, Liverpool tak ada pilihan lain, selain mengandalkan serangan balik. Layaknya babak pertama, Liverpool masih mengandalkan umpan-uman panjang. Dengan memanfaatkan umpan-umpan panjang tersebut Liverpool hendak memanfaatkan lambatnya transisi menyerang ke bertahan anank-anak The Hawtrons.

Luis Suarez ditinggal sendirian menggantung di depan. Sturridge dan Streling yang biasanya lebih fokus untuk menyerang, kali ini juga dipaksa untuk membantu pertahanan.  Namun strategi ini terbukti tak cukup berhasil. Umpan-umpan panjang Redsmen jarang menemui sasaran.

Sayang, hanya 6 dari 21 umpan Liverpool yang menemui sasaran. Yousuf Malumbu benar-benar bermain sangat gemilang. Ia berhasil menetralisir daerah pertahanannya dari serangan-serangan Liverpool.

Melihat kebuntuan dalam melakukan serangan dengan bola-bola panjang, Rodgers kembali memainkan strategi kegemarannya, bermain dengan bola pendek satu-dua sentuhan. Fokus serangan yang awalnya dari sayap pun dirubah. Liverpool memilih menyerang lewat tengah.

Akhirnya Coutinho yang tak berkutik dijaga Malumbu pun ditarik keluar. Joe Allen masuk menggantikan Coutinho. Allen dirasa tepat oleh Rodgers untuk berduel dengan Malumbu dan Yacob di tengah. Dengan masuknya Allen, serangan gencar WBA sedikit banyak dapat diredam.

Allen yang menjadi poros ganda bersama Steven Gerrard untuk membendung serangan WBA. Selain itu, Allen juga ditugaskan untuk membongkar pertahanan WBA untuk memberi ruang Jordan Henderson berkreasi. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa di akhir babak kedua Liverpool baru memainkan filosfi bermain dengan bola-bola pendek.

Komentar