4 Hal Menarik dari Kemenangan PSG Atas Chelsea

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

4 Hal Menarik dari Kemenangan PSG Atas Chelsea

Laga leg pertama antara Paris Saint-Germain (PSG) menghadapi Chelsea berakhir 2-1 untuk kemenangan tuan rumah. PSG yang unggul lebih dulu berkat gol Zlatan Ibrahimovic sempat disamakan oleh gol John Obi Mikel. Namun gol Edinson Cavani pada menit ke-78 berhasil membuat kesebelasan berjuluk Les Parisiens tersebut menorehkan kemenangan.

PSG memang mendominasi permainan. Meskipun begitu, pertandingan berjalan ketat di mana Chelsea pun cukup merepotkan pertahanan PSG. Berikut empat hal menarik dari laga PSG kontra Chelsea yang berlangsung di Stadion Parc des Princes, Rabu (17/2) dini hari waktu Indonesia.

Kick & Rush Chelsea yang Sempat Merepotkan PSG

Chelsea memang tak mendominasi permainan pada laga ini. Bahkan jika berbicara penguasaan bola, kubu tuan rumah jauh lebih unggul dari skuat berjuluk The Blues tersebut (62%-38%). Meskipun begitu, serangan demi serangan Chelsea terlihat lebih efektif dan sering membahayakan.

Pada laga ini, Chelsea total melepaskan 10 tembakan. Lima di antaranya on target, termasuk gol yang diciptakan Mikel. Hanya satu tembakan yang melenceng, karena empat tembakan lainnya berhasil diblok lini pertahanan PSG.

Chelsea sendiri bertahan dengan cukup baik dengan membentuk formasi 4-4-2 pada garis pertahanan rendah mereka. Jarak antar pemain yang rapat seringkali berhasil memotong serangan PSG. Dari sinilah serangan balik cepat Chelsea kerap dibangun.

Chelsea mengalirkan bola dengan cepat. Bahkan kecenderungannya adalah umpan jauh akan diberikan langsung pada Diego Costa. Jika tak memungkinkan dioper pada Costa, Chelsea akan mengandalkan Willian atau Pedro dengan kecepatan plus aksi individunya untuk menyerang lini pertahanan PSG yang tak siap menghadapi serangan balik.

Kurang lebih, apa yang diperagakan Chelsea ini seperti yang dilakukan Claudio Ranieri bersama Leicester City. Dan menghadapi PSG yang menerapkan garis pertahanan tinggi, strategi ini cukup berhasil merepotkan PSG.

Gol Cepat yang Diincar PSG Tak Terwujud

Pada susunan pemain PSG di awal pertandingan, terjadi perubahan kombinasi di lini depan. Edinson Cavani yang biasanya bermain sejak menit pertama, dibangkucadangkan oleh Pelatih PSG, Laurent Blanc. Untuk menemani Zlatan Ibrahimovic dan Angel Di Maria, Blanc lebih memilih winger asal Brasil, Lucas Moura.

Dengan skema ini, tampaknya Blanc ingin mengincar gol cepat. Hal ini terlihat di 15 menit awal, PSG memainkan pressing agresif di lini pertahanan Chelsea. Ketika berhasil mencuri bola, Di Maria atau Lucas menggunakan kecepatan dan aksi individunya untuk menembus lini pertahanan Chelsea.

Hanya saja hal tersebut tak berjalan sesuai rencana, di mana kemudian PSG mulai kedodoran di pertengah babak. Kelemahan kombinasi ketiga pemain ini pun membuat perpindahan antar pemain PSG kaku. Lini pertahanan Chelsea pun berhasil meredam serangan PSG tersebut dengan kelugasan Mikel dan Fabregas di depan back four.

Berbeda ketika Edinson Cavani masuk pada menit ke-74, Ibra dan Di Maria terlihat lebih cair di lini depan. Keduanya bahkan bermain lebih ke tengah untuk mencari bola. Proses terjadinya gol Cavani pun dimulai dari kombinasi Ibra dan Di Maria di depan kotak penalti.



Peran Vital Verratti

PSG menunjukkan kualitasnya dengan berhasil mengurung pertahanan Chelsea hampir di sepanjang pertandingan. Keberhasilan PSG menguasai jalannya pertandingan ini tak lepas dari peran ketiga gelandang mereka yang dihuni Thiago Motta, Marco Verratti, dan Blaise Matuidi.

Namun dari ketiganya, paling mencolok adalah peran Verratti. Operan yang dilepaskannya memang tak sebanyak Motta (123 berbanding 104), hanya saja dari 104 operan yang ia lepaskan tersebut hanya lima kali operannya gagal menemui sasaran (Motta 88%).

verrattipass
Grafis operan Verratti (via: squawka.com)

Mantan gelandang Pescara ini juga sangat berperan penting dalam memutus serangan cepat Chelsea. Dari sembilan kali percobaan tekel, enam di antaranya berhasil. Jumlah ini lebih tinggi dari Motta yang hanya mencatatkan dua tekel (satu gagal) dan Matuidi yang hanya melakukan satu tekel.

Selain itu, ia terlibat pada proses terjadinya dua gol PSG. Pada gol pertama, ia adalah pemain yang menghalangi pandangan kiper Chelsea, Thiabaut Courtois, kala menghadapi tendangan bebas Ibrahimovic. Sementara pada gol kedua, ia adalah pemain yang memberikan operan pada Ibra, sebelum diteruskan pada Di Maria yang mengirimkan assist pada Cavani.

Diego Costa Kesulitan Cetak Gol di Liga Champions

Pada babak pertama, Chelsea nyaris unggul lebih dahulu andai tandukan Diego Costa tak ditepis kiper PSG, Kevin Trapp. Sementara pada awal babak kedua, ia sempat berhadapan satu lawan satu dengan Trapp, tapi akhirnya ia tetap gagal mencetak gol.

Kegagalan Diego Costa mencetak gol ini menambah catatan buruk golnya di Liga Champions. Dari data yang dikumpulkan Whoscored, penyerang timnas Spanyol ini gagal mencetak gol di 14 laga dari 15 laga terakhir Liga Champions yang ia jalani.

Hal ini tentunya menjadi catatan menarik mengingat saat ini Diego Costa mulai kembali produktif sejak Chelsea ditangani Guus Hiddink. Dari 12 laga bersama Hiddink, mantan penyerang Atletico Madrid ini berhasil mencetak delapan gol dan empat assist.

Meskipun begitu, ia turut berperan atas gol yang diciptakan Mikel. Ia menjadi target operan sepak pojok Willian, di mana kemudian bola yang mengenai kepala Costa tersebut menghasilkan bola liar di mulut gawang PSG. Costa tercatat sebagai pencetak assist. Satu gol ini pun, meski mengakhiri rekor tak terkalahkan Hiddink bersama Chelsea, bisa menjadi modal penting pada leg kedua nanti.

foto: squawka.com

Komentar