Mimpi-Mimpi Indah KAA Gent

Cerita

by redaksi

Mimpi-Mimpi Indah KAA Gent

Leicester City tengah menjadi sorotan para pencinta sepakbola seluruh dunia. Bermain di Liga Premier Inggris yang terkenal sebagai kompetisi yang amat ketat, Leicester sejauh ini berhasil mengungguli nama-nama besar seperti Manchester United, Manchester City, Arsenal, Chelsea, dan Liverpool. The Foxes bertengger di posisi pertama klasemen Liga Inggris dengan mengumpulkan 53 poin dari 26 pertandingan.

Dari tim yang sama sekali tidak diunggulkan, Leicester kini menjelma menjadi salah satu kandidat juara. Claudio Ranieri, pelatih Leicester, menggambarkan bahwa Leicester sedang menjalani mimpi indah.

Benarkah hanya Leicester yang sedang sedang menjalani mimpi indahnya? Jauh dari sorotan media, salah satu kesebelasan dari Belgia, Koninklijke Atletiek Associatie Gent atau KAA Gent, sesungguhnya sedang menjalani mimpi indahnya sendiri.

Masalah Finansial Sebagai Awal Kebangkitan

Jika Leicester masih bermimpi untuk memenangi Liga Premier Inggris untuk kali pertama, Gent telah berhasil mewujudkannya musim lalu dengan menjadi juara Jupiler Pro League, level tertinggi dalam piramida kompetisi sepakbola di Belgia. Gelar juara tersebut menjadi yang pertama bagi The Buffalos, julukan Gent, selama 115 tahun usia mereka. Sebelumnya, prestasi terbaik Gent hanyalah tiga trofi Belgian Cup (1963/1964, 1983/1984, 2009/2010).

Menilik sejarah KAA Gent, kesebelasan ini ternyata pernah mengalami masalah finansial pada 1999. Klub berlogo indian ini pernah memiliki utang sebesar 23 juta Euro dan terancam bangkrut. Berada dalam situasi sulit dan butuh penanganan secara cepat, Gent memutuskan untuk menunjuk chairman baru menggantikan Jean Milders. Ivan De Witte, seorang pengusaha dan CEO Hudson Benelux dipercaya untuk mengemban tugas berat ini. Berkat kerja keras chairman baru, De Witte, dan kerja samanya dengan pemerintah kota, Gent mampu lepas dari lilitan utang.

“Istri saya dapat bercerita kepada Anda betapa sulitnya mengambil keputusan untuk menghadapi masalah itu. Istri saya tidak senang, tapi saya tetap percaya kami bisa mengatasinya. Saya merasa banyak orang yang akan membantu kita, dan hal ini yang membuat saya percaya,” kata De Witte dikutip dari The Guardian.

“Kami berada dalam kondisi, untuk setiap perusahaan, menuju kebangkrutan. Masalah ini membuat klub akan kesulitan untuk bangkit kembali. Kami mengambil tiga langkah untuk menyelesaikannya: menjual stadion tua kami ke kota, membuat rencana jangka panjang pembayaran dengan bank, pemerintah, dan dari semua kreditur, dan mencoba mencari keuntungan dari penjualan para pemain. Diperlukan kerja keras untuk menyelesaikannya, tapi bersama kami bisa mengatasinya,” ungkap De Witte dikutip dari The Guardian.

Kerja keras De Witte membuahkan hasil. Pada 2013, Gent berhasil bebas dari utang. Membaiknya kondisi finansial juga menular ke penampilan Gent di lapangan. The Buffalos yang menempati posisi runner-up Liga Belgia pada musim 2009/2010 gagal bermain di Liga Champions 2010/2011 setelah dikalahkan Dynamo Kyiv dengan agregat 6-1 pada babak kualifikasi.

Gent kemudian berhasil meraih mimpi indahnya dengan menjadi juara liga domestik untuk pertama kalinya pada musim 2014/2015. Status juara inilah yang mengantarkan Gent ke mimpi indah selanjutnya di kompetisi Eropa, Liga Champions.

Baca juga: Ada Indian di KAA Gent

Mimpi Indah di Eropa Berlandaskan Solidaritas Tim

Salah satu kunci sukses Gent adalah penunjukkan Hein Vanhaezebrouck sebagai pelatih pada 2014 silam. Bersama De Witte, Vanhaezebrouck membangun tim dengan pemain-pemain yang memiliki semangat juang yang tinggi.

“Berdasarkan visi klub, kami hanya mendatangkan pemain dengan sikap dan mental yang baik. Bahkan jika pemain lain memiliki teknik yang lebih tinggi, kami tidak akan merekrutnya. Rencana kami adalah membentuk tim dengan semangat juang. Kita menghargai rasa solidaritas diatas segalanya dan kalian telah melihatnya pada pertandingan grup Liga Champions, para pemain sangat luar biasa,” kata De Witte dikutip dari The Guardian.

Tergabung di Grup H bersama Zenit Saint Petersburg, Valencia, dan Lyon, Gent tidak diunggulkan untuk lolos ke babak selanjutnya. Namun pada matchday terakhir Liga Champions, Kamis (10/12/2015) tahun lalu, Gent mampu mengalahkan Zenit St. Petersburg dengan skor 2-1. Koleksi 10 poin cukup bagi The Buffalos untuk melanjutkan mimpi indah mereka di Liga Champions.

Hal ini terasa lebih istimewa karena ini adalah kali pertama ada wakil Belgia di babak 16 besar Liga Champions. Bukan Anderlecht dengan koleksi 33 gelar liga Belgia, bukan pula Club Brugge yang sudah mengoleksi 13 gelar liga Belgia. Justru KAA Gent yang baru saja menjuarai liga Belgia untuk pertama kalinya pada musim 2014/2015 yang mampu mencatatkan torehan manis ini.

Pada babak 16 besar Liga Champions, KAA Gent akan menghadapi Wolfsburg pada Kamis (18/02) dini hari WIB. Pertandingan yang menentukan apakah Gent mampu melanjutkan mimpi indahnya. De Witte menyebut bahwa pertandingan ini mungkin menjadi mimpi indah terakhir mereka setelah cukup puas akan pencapaian Gent dan ingin timnya lebih fokus ke Liga Belgia.

“Prioritas pertama kami sekarang adalah untuk bersaing kembali memenangkan liga Belgia, dan kemudian baru berpikir tentang kompetisi Eropa. Kami berhasil menyelesaikan masalah di masa lalu, sekarang kami sudah menemukan oksigen untuk terus melangkah maju,” terang De Witte dikutip dari The Guardian.

Kemunculan Belgia sebagai kekuatan baru sepak bola dunia tidak perlu diragukan lagi. Peringkat pertama di ranking FIFA, memiliki pemain-pemain berkualitas (dari Toby Alderwireld, Jan Vertonghen, De Bruyne, Lukaku, Benteke, Hazard, hingga Courtiois) dan kini klub Belgia untuk pertama kalinya lolos ke babak 16 besar Liga Champions dan akan berusaha melanjutkan mimpi indahnya untuk lolos ke babak selanjutnya. Keberhasilan Gent tentu akan menjadi sumber inspirasi bagi klub-klub Belgia lainnya untuk menunjukkan eksistensinya di Eropa.

Baca juga: Pratinjau KAA Gent vs Wolfsburg

Sumber : The Guardian, The Sun

foto : uefa.com

Komentar