Arsenal Kembali ke Rumah yang Tak Nyaman

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Arsenal Kembali ke Rumah yang Tak Nyaman

Leicester City tumbangkan Liverpool dengan skor 2-0. Tottenham Hotspur, meski tandang, mencukur Norwich City dengan skor telak 0-3. Di tempat lain, Manchester City menang tipis 0-1 atas tuan rumah Sunderland. Sedangkan Arsenal, hanya mampu bermain imbang 0-0 kala menjamu Southampton. Arsenal pun kembali ke rumah yang tak nyaman.

Eh, rumah?

Rumah adalah tempat kembali. Sementara itu Maya Angelou, seorang penyair dan penulis asal Amerika, pernah mengatakan, “Saya percaya  bahwa seseorang tidak akan pernah bisa meninggalkan rumah”. Sedangkan ketika Zen R.S. menceritakan tentang rumah, ia mengutip V. S. Naipul yang menuliskan “… maka mereka akan jatuh pada tempatnya masing-masing dan kembali lagi pada masa lalu” di novel Sepetak Rumah untuk Tuan Biswasi.

Rumah kemudian, bagi banyak orang, menjadi tempat favorit. Rumah seringkali dirindukan, bahkan tak hanya bagi mereka yang sedang merantau. Tapi tak semua orang juga merindukan rumah, bagi mereka yang tidak nyaman di rumah. Dan Arsenal termasuk dalam kategori kedua, yang tak nyaman di rumah.

Torehan satu poin saat jumpa Southampton pada pekan ke-24 Liga Primer Inggris membuat Arsenal turun peringkat. Kesebelasan berjuluk The Gunners ini sebelumnya berada di peringkat kedua, harus rela disalip Manchester City dan Tottenham Hotspur untuk menempati peringkat empat.

Ya, Arsenal kini menempati peringkat empat. Arsenal, dan peringkat empat. Familiar?

Sebelum musim 2015/2016 sekarang, peringkat empat seolah menjadi rumah bagi Arsenal di akhir musim. Dalam 10 musim terakhir, enam kali sudah Arsenal memulai liga dengan status kesebelasan peringkat empat. Empat lainnya lebih baik, berada di peringkat tiga. Tapi Arsenal tetap lebih identik dengan peringkat empat.

Berada di peringkat empat, meski bukan pada akhir musim, tentunya membuat tak nyaman bagi Arsenal dan para pendukungnya. Karena setelah dengan gagah menjadi juara paruh musim Liga Primer beberapa waktu lalu, para pendukung rival kini memiliki kembali bahan olokan untuk mereka.

">2 Februari 2016

">2 Februari 2016

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, juga dibuat frustasi akan hasil imbang melawan Southampton yang menempatkan mereka ke peringkat empat. Bahkan usai pertandingan, terdapat intrik antara Wenger yang gusar dengan Manajer Southampton, Ronald Koeman.

Wenger, menurut laporan Fox Sport, mengkritik keputusan wasit pertandingan, Lee Mason, dan wasit keempat, Craig Pawson. Menurut Wenger, keputusan merugikan diberikan keduanya sehingga Arsenal tak mampu meraih kemenangan pada laga ini. Bahkan ia merasa ini bukan kali pertama Arsenal dirugikan Lee Mason dengan mengatakan, “[Hasil seperti] ini selalu sama bersama Anda”.

Saat itulah Koeman muncul dan mengintervensi. Manajer asal Belanda tersebut bahkan sedikit menyindir Wenger dengan ucapan yang diungkapkan Wenger pada Lee Mason, “(Hasil seperti) ini selalu sama bersama Anda”, yang bisa berarti Arsenal kembali menempati peringkat empat.


Arsenal yang Kompak dalam Kebaikan dan Keburukan


Memahami Kejeniusan Arsène Wenger pada Bursa Transfer



Koeman, yang sebelumnya membuat Arsenal tak berdaya dengan skor 4-0 pada Boxing Day lalu, kemudian mengkritisi apa yang dilakukan Wenger terhadap wasit. Karena pada pertemuan pertama pun Wenger menyalahkan wasit sebagai biang kekalahan Arsenal.

“Anda memiliki peluang 10 kali kali untuk mencetak gol, tapi kenyataannya Anda tak bisa mencetak satu gol pun. Lalu kenapa Anda harus mendatangi mereka (wasit)?” tukas Koeman.

Yang jelas Wenger sedang kesal atas situasi sekarang ini. Apalagi pada laga yang berlangsung di Emirates Stadium tersebut, manajer asal Prancis ini menurunkan para pemain terbaiknya di lini depan, karena terdapat Mesut Oezil, Alexis Sanchez, dan Olivier Giroud. Namun kombinasi ketiganya kali ini tak menghasilkan satu pun gol.

“Hasil ini sungguh membuat saya frustasi luar biasa. Kualitas menciptakan peluang yang kami buat hari ini cukup tinggi, mengingat ini adalah Liga Primer. Tapi penyelesaian akhir kami buruk,” ujar Wenger usai laga. “Itu merupakan hal lain yang bisa menjelaskan hasil 0-0 ini.”

Wenger boleh geram. Karena pada musim 2006/2007, di mana saat itu Arsenal mengakhiri musim di peringkat empat, mereka pun mencatatkan 45 poin pada pekan ke-24 (sama dengan sekarang). Bayang-bayang mengakhiri musim di ‘rumah’ yang tak nyaman pun mulai menghantui.

Namun Wenger perlu yakin, bahwa 14 laga tersisa bukanlah jumlah pertandingan yang sedikit. Masih banyak kesempatan baginya untuk mengubah nasibnya di akhir musim nanti, agar tidak kembali ke peringkat empat seperti enam kesempatan pada 10 musim terakhir.

Selain itu, Wenger harus membuktikan diri juga bahwa ia tak seperti yang Koeman katakan, menjadi Wenger yang sama dan hanya mampu menghadiahi Arsenal peringkat empat di akhir musim. Atau setidaknya, ia kini harus mulai berharap Tottenham Hotspur bisa mengakhiri musim di peringkat kedua dan semuanya berjalan seperti yang sudah terjadi dalam beberapa musim terakhir. Karena jika ia gagal (juara pada musim ini), kemungkinan Wenger terus menjadi Wenger yang sama menjadi semakin besar setelah Liga Primer menyambut Pep Guardiola di Manchester City mulai musim 2016/2017.

foto: squawka.com

Komentar