Liverpool, The 33, dan Hasil Imbang 3-3

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Liverpool, The 33, dan Hasil Imbang 3-3

oleh Kurd Fonsanna*


Ketika film The 33 (dalam bahasa Spanyol: Los 33) mulai ditayangkan di Indonesia (Kamis, 14/01), pada hari yang sama Liverpool bermain seri dengan Arsenal dengan skor yang sama: 3-3. The 33 diangkat dari kisah nyata tentang rangkaian aksi menyelamatkan 33 pekerja yang terkubur selama 69 hari di tambang bawah tanah di Chili.

Kemunculan angka 3 yang muncul bersamaan tersebut boleh jadi tak berkaitan secara langsung. Cuma kebetulan doang, begitu barangkali bentuk skeptisismenya. Akan tetapi, kemunculan yang hampir bersamaan itu menggoda saya menyikapinya sebagai sesuatu yang menarik. Lagi pula, my friends…, bukankah “three is magic number”, sebagaimana judul lagu yang dipopulerkan Blind Melon? Jadi mengapa tak kita luangkan sedikit waktu untuk melihat kebetulan yang – bagi saya—amat menarik ini.

Menjadi lebih menarik lagi justru karena Liverpool malam ini akan berhadapan dengan Manchester United, yang juga baru saja ditahan seri Newcastle dengan skor: 3-3. Jadi, nanti malam, akan berlangsung laga antara dua kesebelasan yang sama-sama menuai hasil 3-3 di laga sebelumnya.

Kebetulan Lanjutan yang Pertama

Ternyata, jika dihitung sejak Liga Inggris dioperasikan kembali pasca Perang Dunia ke-2, maka musim lalu merupakan musim ke-69. Menariknya, para pekerja tambang di Chili itu juga terkubur di tambang bawah tanah selama 69 hari.

Kebetulan Lanjutan yang Kedua

Level tertinggi dalam piramida sepakbola Inggris ini berganti nama (juga konsep) menjadi Premier League pada 1992. Dengan kata lain, musim yang lalu adalah musim  kompetisi ke-23. Terdengar familiar? Begini hitungannya: angka 69 bila dibagi dengan 3 maka hasilnya adalah…. voila,  23!

Kebetulan Lanjutan yang ketiga

Sejak 1992 sampai sekarang, Liverpool FC sudah melakukan pergantian manajer sebanyak 9 kali, termasuk Jürgen Klopp yang menjabat sebagai manajer saat ini. Kenapa dengan angka 9?

Hitung-hitungannya begini: dua angka 3 bila dikalikan maka akan muncul angka 9. Untuk diketahui, Jürgen Klopp juga memerlukan waktu 3 tahun untuk bisa membawa Borussia Dortmund menjuarai Bundesliga musim 2010 – 2011.

Well, 3 kebetulan di atas hanya sekedar tebak-tebakan angka biasa yang asyik sekali didiskusikan bersama para fans Liverpool di warung kopi. Hal yang terpenting adalah hasil kerja keras dari seluruh anggota tim Liverpool, beserta sentuhan rock n roll ala Jürgen Klopp, yang menghidupkan permainan Liverpool sekarang.

Semoga musim ini Jürgen Klopp dapat menjaga semangat dan kebersamaan pemain  Liverpool FC, sampai akhirnya berhasil memuaskan dahaga para fans Liverpool atas gelar perdana Premier League,  layaknya Mario Sepúlveda yang berhasil memimpin para pekerja keluar dengan selamat dari “Neraka 33” setelah terkubur selama 69 hari.

Jelas itu bukan pekerjaan yang mudah bagi Klopp. Sudah banyak manajer yang coba mengakhiri puasa gelar liga yang dialami Liverpool, dari Kenny Dalglish hingga Gerrard Houlier, dari Roy Hodgson hingga Rafa Benitez. Semuanya gagal. Beberapa di antaranya tidak gagal-gagal amat karena ada juga yang berhasil mempersembahkan gelar, dari Piala FA, Piala UEFA, bahkan gelar juara Liga Champions. Namun tetap saja mimpi memuncaki klasemen akhir Liga Inggris tak jua terpenuhi.

Baca juga: Liverpool vs Manchester United: Potensi Terjadinya Banyak Gol

Liverpool sangat paham betapa sukar dan sengitnya usaha naik ke puncak klasemen. Mereka sudah melakukannya selama bertahun-tahun. Sebagaimana 33 pekerja tambang di Chile juga tahu persis betapa sulit dan berat usaha naik ke atas, menuju permukaan, dalam situasi terbenam dan tenggelam (baca: terkubur) di kedalaman tambang yang gelap dan pengap -- sejenis kegelapan dan kepengapan yang begitu mencekam dan seperti tak menyisakan harapan apa pun.

Lalu secercah harapan pun terkuat. Komunikasi dengan tim penyelamat di permukaan tanah mulai terbangun. Tahapan evakuasi pun dimulai. Kendati demikian, prosesnya tetap saja panjang, berbelit-belit, rumit dan pelik. Butuh lebih dari dua bulan untuk 33 pekerja tambang itu bersabar: terus mencoiba fokus, terus mencoba menyemangati satu sama lain, terus bekerja sama, terus merawat solidaritas dan kekompakan. Sevulda berperan besar untuk membangun kekompokan, solidaritas juga saling percaya.

Harapan akan selalu ada, itulah kebijaksanaan yang bisa dipelajari dari kisah penyelamatan 33 pekerja tambang di Chili. Pelajaran itu juga yang b?isa dipelajari dari para pencinta Liverpool yang tetap saja berpihak kepada Si Merah, betapa pun hari demi hari dan tahun demi tahun berlalu tanpa trofi juara liga.

*Penulis sangat menyukai sepakbola, namun tak memilih satu pun kesebelasan sebagai favoritnya. Berasal dari kota Bandung.

Komentar