Guru Antonio Conte yang Lebih dari Sekadar Pelatih

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Guru Antonio Conte yang Lebih dari Sekadar Pelatih

Sebetulnya tidak ada yang salah ketika bertanya 'Siapakah Giampiero Ventura sebelum melatih Torino?'. Wajar karena sebelumnya ia selalu menjadi pelatih kesebelasan medioker.

Tapi sebenarnya, ia lebih dari sekadar pelatih. Walau lebih sering melatih kesebelasan medioker, tapi jasa-jasanya akan selalu diingat berbagai kalangan.

Terutama bagi Lecce, Bari dan Cagliari, yang pernah dibawanya promosi ke Serie-A. Setelah itu ia pernah juga membesut beberapa kesebelasan Serie-A ternama, seperti Sampdoria, Udinese dan Napoli.

Uniknya, pria kelahiran 14 Januari 1948 ini jarang bertahan lama di sebuah klub. Entah itu karena dipecat atau mengundurkan diri. Kesebelasan Entella adalah kesebelasan yang paling lama ia besut, dari 1982 sampai 1986. Kesebelasan lainnya, tidak pernah dilatih olehnya selama itu.

Tapi sekarang ia telah menemukan rumahnya, di Torino. Ventura sudah dianggap sebagai segala-galanya oleh klub Kota Turin tersebut. Dirinya bukan cuma sekadar pelatih, tapi Ventura merupakan pencari bakat, guru dan sosok seorang ayah. Bahkan telah menjadi ikon Il Toro (Si Banteng), julukan Torino, "Saya berbicara kepada pemain lebih dari sekadar kedekatan," ungkapnya seperti dikutip dari Football Italia.

Baca juga : Kerusuhan Derby Turin dan Totalitas Kelas Pekerja Ultras Torino

Mungkin tidak akan ada nama Cristian Vieri dalam sepakbola jika tidak dilatih Ventura di Venezia pada 1994/1995. Tapi Vieri dilepas ke Atalanta pada musim berikutnya. Padahal saat itu ia merupakan penyerang muda yang berhasil mengemas 11 gol dari 29 laga.

Melepaskan pemain dengan mudah, merupakan sosok Ventura sampai sekarang. Mengingat Danilo D'Ambrosio, Matteo Darmian, Alessio Cerci, Ciro immobile dan lainnya sudah tersebar di klub-klub lain. Sebelumnya, mereka semua dibawa melejit oleh Ventura di Torino. Padahal, mungkin sebelumnya tidak ada yang mengenal nama-nama tersebut.

Cerci dan Immobile merupakan sumber keteajaman Torino musim 2013/2014. Mereka berkontribusi 60 persen dari 58 gol yang dikemas musim tersebut. Termasuk membantu menyelesaikan Serie-A 2013/2014 di peringkat ke-7 yang membuat kesebelasan berjuluk Il Toro mendapatkan jatah berlaga di Liga Eropa 2014/2015 setelah mendapat jatah dari Parma yang hampir bangkrut.

Tapi Cerci dan Immobile tidak merasakan Liga Eropa bersama Torino. Sebab, keduanya dijual pada musim berikutnya. Sekarang, hanya sosok Kamil Glik sebagai pemain penting yang masih bertahan di Torino sejak kedatangannya pada 2011.

Kendati demikian, Ventura tidak pernah kehabisan stok pemain berkontribusi penting. Ketika Immobile dan Cerci hengkang pun Il Toro mendapat sumber gol baru dari kolektivitas Fabio Quagliarella dan Maxi Lopez.

Hanya mengandalkan skuat seadanya, Torino melenggang ke babak 16 besar Eropa 2014/2015 dengan menciptakan sejarah. Mereka menjadi kesebelasan Serie-A pertama yang berhasil menyingkirkan wakil La Liga di Eropa dalam lima tahun terakhir. Pencapaian itu, terakhir dilakukan Internazionale Milan saat menyingkirkan Barcelona pada Semifinal Liga Champions 2009/2010.

Saat itu, Il Toro berhasil menyingkirkan Athletic Bilbao pada babak 32 besar. Sayangnya, peringkat mereka di liga domestik sedikit melorot. Torino hanya mengakhiri musim di peringkat sembilan Serie-A 2014/2015, "Saya bahagia dengan tim ini dan memiliki kesuksesan bersama mereka," seperti yang pernah diucapkan Ventura kepada Gazzetta World.

Kendati demikian klub tetap menyodorkan kontrak baru pada awal pertengahan November lalu. Ventura pun menandatangani perpanjangan kontrak hingga 2018. Maka, Torino bisa menjadi klub paling lama dibesutnya sampai sejauh ini.

Guru dari Antonio Conte

Ventura telah memperjuangkan klub melalui inventasi masa depan. Caranya, ia terus merekrut pemain muda berbakat dan tetap mampu konsisten di Eropa.

Hal itu memang telah menjadi visi dan misi tersendiri dari pelatih 64 tahun itu dalam klub sederhana, yaitu mencetak pemain handal (terutama pesepakbola Italia) agar bisa mengharumkan nama negara. Maka dari itu, jangan dulu menghakimi Ventura sebagai pelatih yang asal menjual aset masa depannya.

Dirinya juga tidak menutup-nutupi kepergian Darmian ke Manchester United pada bursa transfer musim panas lalu. Sebab, bukan alasan Ventura untuk menahan-nahan Darmian yang ingin berkarir di klub lebih besar. "Kami (Torino) memiliki musim yang objektif. Contohnya, kami ingin meningkatkan kualitas pemain dan mengirim lebih banyak pemain untuk tim nasional. Kami akan berbicara di dalam lapangan," ujarnya seperti dikutip.

Sejauh ini pun manuver-manuver investasi masa depan bersama Torino masih bertahan. Ventura dengan jeli mendatangkan calon-calon pemain masa depan seperti Davide Zappacosta, Daniele Baselli, Marco Benassi, Andrea Belotti dan lainnya. Bahkan seluruhnya merupakan pilar Italia U-21.

Tidak cuma pemain, ia pun menelurkan pelatih berkualitas. Salah satunya Antonio Conte yang menaruh fondasi kokoh bagi Juventus untuk kembali menguasai Italia dan kini menjadi pelatih timnas Italia dengan mengandalkan formasi 3-5-2 andalannya.

Baca juga : Sejarah Indonesia dalam formasi 3-5-2

Saat itu Ventura masih melatih Pisa pada kurun waktu 2007 sampai 2009. Dirinya merupakan pelatih yang tetap memakai pakem 3-5-2 sejak zaman 1990-an. Bahkan ketika pelatih lain sudah bertransformasi ke formasi 4-4-2, ia tetap tidak mengubah formasi andalannya.

Saat itulah Conte yang tengah memulai karier kepelatihannya menyaksikan pertandingan-pertandingan Pisa untuk mempelajari lebih dalam mengenati taktik yang digunakan Ventura. Football Italia menceritakan, Conte mencuri ilmu Ventura dengan membawa beberapa catatan dari permainan skuat Ventura di Pisa.

Sejak kedatangannya di Torino pada 2011 lalu, Ventura masih menerapkan formasi 3-5-2. Bahkan mampu menembus Eropa dan berdiri di papan tengah Serie-A, walau cuma memiliki skuat seadanya. Ventura memaksimalkan ambisi skuatnya sehingga bisa mengalahkan kesebelasan lain yang lebih memiliki kualitas.

Pelatih Inter Milan, Roberto Mancini, tidak sungkan mengatakan jika Ventura seharusnya melatih kesebelasan besar, "Kami sama-sama dibesarkan di Sampdoria dan ia benar-benar luar biasa. Ia juga sangat bagus menukangi Torino, terlepas dari beberapa pemain yang dijual. Mungkin ia akan mendapat kesempatan di klub besar, seperti Maurizio Sarri bersama Napoli," tutur Mancini dikutip dari Soccerway..

Tapi Ventura tetaplah Ventura. Dirinya tetap selalu bangga dengan tim besutannya. Selalu memberikan kinerja kepada para pemainnya yang bermain luar biasa. Baginya, mungkin mencapai titik maksimal dari skuat seadanya merupakan kepuasan tersendiri.

Komentar