Penting Bagi Lingard Menyadari Potensinya

Cerita

by redaksi

Penting Bagi Lingard Menyadari Potensinya

Setiap pemain akademi tentu memiliki hasrat untuk dapat masuk ke tim utama. Dari kecil mereka telah memupuk mimpi dan berlatih penuh semangat untuk mewujudkan impian tersebut. Pemain muda Inggris, Jesse Lingard, tentu masuk ke dalam sekian banyak pemain akademi yang berhasrat untuk tembus ke tim utama.

Lingard tengah menjadi sorotan. Saat ini ia diyakini sebagai the right man at the right place di Old Trafford. Ia mulai mencuri perhatian ketika tampil memukau di pertandingan derby melawan Manchester City, dan juga ketika memberi assist kepada Wayne Rooney ketika pertandingan Liga Champions melawan PFC CSKA Moscow.

Pemain berusia 22 tahun kelahiran Warrington ini sebenarnya sudah mulai menunjukkan tajinya sebelum bermain di bawah arahan Sir Alex Ferguson, David Moyes, dan Louis van Gaal ketika berkelana sebagai pemain pinjaman. Pada musim ini, ia mulai menunjukkan kemampuannya bersama Manchester United sejak pertandingan pra-musim.

Namun boleh dikatakan, apabila melihat yang sudah-sudah, banyak rintangan yang harus dihadapi oleh Lingard untuk bisa bermain reguler dan mencapai sukses di United. Melihat pemain-pemain akademi terakhir yang sukses meraih gelar bersama United--trio Wes Brown, John O’shea, dan Darren Fletcher--ternyata kesuksesan mereka tidak hanya berdasarkan pada skill individu semata.

Terhitung The Red Devils merupakan tim paling produktif di Liga Inggris yang memberikan kesempatan bermain di tim utama kepada para alumnus akademinya. Kolumnis ESPN, Miguel Delaney menulis bahwa United telah memberikan debut kepada 14 orang pemain akademinya sejak musim 2010/2011. Sementara tim lain, seperti Aston Villa dan Southampton, baru mempercayakannya kepada 11 pemain. Tim besar seperti Arsenal dan tetangga mereka Manchester City, juga tidak lebih baik, masing-masing hanya sepuluh dan enam pemain.

Akan tetapi yang selanjutnya terjadi justru sebaliknya. Dari total 14 orang debutan selama era Sir Alex, Moyes, dan Van Gaal, hanya satu orang yang berhasil mencapai minimal 25 penampilan, yaitu Tom Cleverley. Bandingkan dengan Aston Villa dan Southampton tadi. Dari 11 orang pemain akademinya, lima pemain bermain reguler untuk Aston Villa dan tiga untuk Southampton.

Terakhir, hasil didikan akademi United yang digadang-gadang akan mampu menembus tim utama adalah Paddy McNair, Tyler Blackett (sedang dipinjamkan ke Glasgow Celtic), dan tentu saja Jesse Lingard. Nama yang ditulis terakhir bisa disebut sedang berada pada puncak performanya.

Namun bagaimana jika kita lihat kans Lingard apabila mengikuti rekam jejak pemain-pemain potensial United sebelumnya?

Nama pertama yang bisa disodorkan adalah Danny Welbeck. Ia adalah harapan dan pendukung United memiliki ekspektasi yang tinggi terhadapnya untuk menjadi penerus Wes Brown cs., sebagai pemain akademi yang sukses. Sempat mencetak total sepuluh gol pada musim 2013/2014, Welbeck memutuskan pindah ke Arsenal pada musim berikutnya. Kepindahan tersebut menuai banyak komentar.

“Anda bisa melihat kebelakang dan perhatikan sejarah Sir Alex Ferguson selama di United. Kami selalu memberikan perhatian kepada pemain muda dan memberikan kesempatan kepada mereka,” ujar asisten pelatih United 2007-2013 Rene Meulensteen yang dikutip dari Mirror.

Akan tetapi sang pemain merasa tidak diberikan kesempatan untuk menunjukkan kebolehan di posisi terbaiknya. Hal itu yang membuat ia gagal mencetak lebih banyak gol. Ada benarnya juga jika Lingard memahami alasan kepergian Welbeck. Ia harus berusaha menunjukkan kemampuan terbaik di posisi alaminya, daripada nanti hanya menjadi “korban” fleksibilitas strategi pelatih.

Selanjutnya ada Jonny Evans. Tidak seperti Welbeck yang harus berjuang dengan striker-striker berkelas yang didatangkan oleh United, jalan Evans untuk menjadi pemain reguler dapat dikatakan relatif lebih mudah. Ia disiapkan sebagai penerus dua palang pintu United kala itu, Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Meskipun telah membukukan lebih dari 100 penampilan bersama United, Evans gagal bermain reguler dan menjadi penerus dua bek tangguh United tersebut. Alih-alih menjadi suksesor, kepergian Ferdinand dan Vidic malah menbuat Evans kehilangan panutan.

Dalam kasus ini mungkin Lingard tidak mempunyai pemain panutan di posisi yang sama di United. Tapi ia harus bekerja keras dan bersaing dengan pemain muda lain yaitu Memphis Depay dan Anthony Martial.

Selanjutnya ada nama Tom Cleverley. Ia kembali ke United pada 2011 setelah “disekolahkan” ke Wigan Athletic. Ia kemudian disebut sebagai jawaban tentang siapa yang akan menjadi penerus Paul Scholes. Permainannya waktu itu bersama Anderson sempat membuat Michael Carrick tersingkir. Akan tetapi faktor cedera membuat mimpinya menjadi sirna. Meskipun berhasil berjuang untuk dapat segera merumput, tempat reguler tidak pernah didapatnya.

Untungnya, Lingard termasuk pemain yang cukup kuat. Ia bisa bermain dalam pertandingan yang tenang atapun dalam pertandingan yang keras. Meski begitu Lingard juga harus bisa menjaga permainannya agar tidak cedera dan kehilangan momentum.

Ada satu nama yang jalan karirnya mirip dengan Lingard, yaitu Christopher Mark Eagles atau Chris Eagles. Eagles berjuang merebut tempat di United dengan dipinjamkan ke Watford, Sheffield Wednesday, lalu ke Watford lagi, dan sampai ke klub Belanda N.E.C Nijmegen untuk bisa menunjukkan aksinya. Lingard juga demikian, ia lebih dulu dipinjamkan ke Leicester, Birmingham, Brighton & Hove Albion, dan Derby County. Tapi untuk Eagles, ia tetap gagal mendapat tempat di United.

Belajar dari pengalaman pemain-pemain tersebut, Lingard harus berhati-hati dengan namanya yang digadang-gadang saat ini. Jangan sampai nasibnya sama seperti Ravel Morrison, Will Keane, dan Michael Keane, yang kesemuanya gagal menyadari potensi mereka karena masalah sikap, cedera, dan kualitas mereka.

Untuk sekarang Lingard memang sudah dianggap memiliki banyak kemajuan untuk mendapat tempat di tim utama daripada rekan-rekannya yang lain dari akademi United. Tinggal bagaimana Lingard dapat mengambil hikmah dari kejadian masa lalu untuk masa depan yang lebih baik. Ia harus tahu kapan harus bertahan dan juga kapan harus pindah.

Sumber: Squawka

Komentar