Pengalaman Menonton Pertandingan di Stadion Anfield

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pengalaman Menonton Pertandingan di Stadion Anfield

Oleh Aditya Maulana Hasymi*

Menonton sepakbola di stadion bukan cuma tentang datang untuk menang. Lebih dari itu, menonton sepakbola secara langsung di stadion adalah paket lengkap mulai dari suasana saat berangkat menuju stadion, menikmati pertandingan, pulang dengan aman serta perasaan yang nyaman.

Rasa nyaman itu pula yang saya dapatkan ketika menonton langsung Liverpool FC saat berlaga di Stadion Anfield. Kala itu, Liverpool bertanding menghadapi kesebelasan Prancis, Bordeaux, dalam ajang Europa League.

Selain melihat langsung kesebelasan kesayangan lolos ke babak 32 besar Europa League, ada kenyamanan yang saya rasakan. Semua berawal dari sebelum pertandingan dimulai.

Untuk memesan tiket pertandingan, kita tak perlu berpeluh mengantre di loket stadion. Penggemar bisa langsung memesannya secara online di web resmi klub. Untuk pertandingan Liverpool sendiri, saya biasanya memesan tiket jauh-jauh hari, lengkap dengan pilihan posisi tempat duduk saat pertandingan. Setelah itu, tiket yang sudah dipesan akan diantar langsung ke rumah via pos tiga hari setelah pemesanan. Sangat nyaman dan mudah, bukan?

Selain itu, terdapat sinergi antara pemerintah kota dengan klub itu sendiri. Pemerintah kota sudah menganggap Liverpool sebagai daya tarik tersendiri bagi kota sehingga mempermudah akses di hari pertandingan. Pemerintah kota menyediakan jalur transportasi jelang pertandingan dengan beberapa bus yang memiliki jalur khusus. Bus bernomor 26 dan 27 tersebut mengantarkan penonton langsung menuju Stadion Anfield dengan berhenti tepat di depan pintu gerbangnya.

Menyaksikan langsung kesebelasan kesayangan (Foto: Aditya Maulana Hasymi)
Menyaksikan langsung kesebelasan kesayangan (Foto: Aditya Maulana Hasymi)

Saat pertandingan, terdapat standar tinggi agar pertandingan berjalan nyaman dan aman. Standar ini juga turut diterapkan oleh kesebelasan Inggris lainnya.

Saat masuk ke stadion, tiket yang diperoleh mesti dimasukkan pada mesin pemindai yang terletak di pintu masuk. Hal ini diterapkan untuk mencegah kebocoran dan tiket palsu. Sesampainya di tribun, penggemar bisa langsung duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket. Ini dilakukan salah satunya untuk mencegah silih berdesak-desakannya penonton yang melebihi kapasitas stadion.

Sebagai pelengkap menikmati pertandingan, penggemar bisa membeli matchday programme yang dijual di sekitar area stadion. Biasanya matchday programme dibanderol relatif murah dengan harga sekitar tiga pounds. Matchday programme biasanya berisi informasi seputar pertandingan, lengkap dengan pesan dari pelatih dan kapten.

Jangan pernah meragukan atmosfer Stadion Anfield saat Liverpool FC berlaga. Jika berkesempatan menyaksikan klub Merseyside merah di kandangnya, usahakan tiba beberapa menit jelang kick-off. Salah satu momen bagi saya yang tak ternilai uang adalah ketika lagu “You’ll Never Walk Alone diperdengarkan jelang kick-off.

Ini adalah salah satu alasan mengapa menonton sepak bola di Liverpool begitu nyaman dan menyenangkan. Sebagai seorang Kopites, sekujur tubuh saya merinding ketika anthem tersebut diperdengarkan. Seluruh stadion pun serempak menyanyikannya.

Ada kebiasaan unik yang kerap kali terjadi saat jeda babak pertama di Anfield. Banyak dari penonton yang beranjak dari tempat duduknya, berbondong-bondong untuk membeli kudapan seperti kopi atau hot dog di food court yang ada di bagian lorong sebelum pintu masuk, untuk mengisi perut.

Kejadian ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Indonesia. Biasanya, kita dengan sigap memanggil penjaja makanan yang berkeliling di tribun, untuk sekadar membeli tahu sumedang atau air mineral.  Suasana food court di Anfield ini pun begitu nyaman dan hangat. Antrian yang tertib menggambarkan begitu rapinya budaya mengantri khas Britania Raya.

Tenang, tak akan tersesat. Kalian aman sampai rumah. (Foto: Aditya Maulana Hasymi)
Tenang, tak akan tersesat. Kalian aman sampai rumah. (Foto: Aditya Maulana Hasymi)

Liverpool FC sangat memperhatikan kenyamanan para penonton, walaupun pertandingan telah berakhir. Disinilah peran para Steward begitu terlihat.

Beberapa menit usai peluit panjang dari wasit dibunyikan, para Steward segera bergegas untuk mengarahkan penonton agar mensterilkan area tribun. Berbeda dengan di Indonesia, dimana kita boleh berlama-lama di tribun seusai pertandingan. Di Anfield area tribun harus cepat disterilkan dari penonton ketika laga usai, untuk kepentingan kebersihan.

Penonton pun tak perlu bingung untuk pulang ketika pertandingan malam itu telah berakhir. Para Steward yang bertugas di area luar Anfield dengan sigap mengarahkan menuju pintu keluar. Bahkan, ketika kita sekadar bertanya jalur bus manakah yang mengantarkan menuju rumah, para Steward tadi dengan ramah menjawab pertanyaan kita. Tak ada istilahnya kita bagi kita yang pendatang, bukan penduduk asli dengan aksen Scousenya, tersesat seusai menonton sepak bola di Anfield.

Menonton sepak bola di Liverpool adalah sebuah sajian paket lengkap yang menyuguhkan kenyamanan, seolah-olah kita berada dalam hangatnya rumah sendiri, walaupun jaraknya terbentang jauh dari tanah air.

Foto: Aditya Maulana Hasymi


*Pemuda asal Sleman, Yogyakarta yang kini menempuh S2 di University of Liverpool, UK. Berakun twitter @aditmaulhas

Komentar