Petualangan Ayah dan Anak di Sepakbola

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Petualangan Ayah dan Anak di Sepakbola

Pasangan ayah dan anak, David dan Brooklyn Beckham yang bermain bersama pada laga amal kemarin (15/11//2015) sempat membuat ramai dunia sepakbola. Sekarang ini bakat dalam sepakbola sudah dianggap sebagai sesuatu yang langka. Tidak banyak ayah dan anak yang bisa menjadi pemain sepakbola berkelas, apalagi bermain di lapangan yang sama.

Hampir setiap anak di planet bumi ini bercita-cita menjadi pemain sepakbola profesional. Apalagi jika ayah atau keluarga mereka adalah pemain sepakbola, mereka pasti berpikir bisa melakukannya juga. Namun ternyata banyak pemain yang menerima bantuan secara tidak langsung dari ayahnya untuk bisa menjadi pesepakbola. Mereka semua menikmatinya dalam jangka pendek, karena dalam jangka panjang, mereka pasti harus menanggung beban dengan bermain di bawah bayang-bayang ayah mereka, tergantung dari kesuksesan seperti apa yang diraih oleh sang ayah.

Pada akhirnya, kombinasi ayah dan anak mungkin tidak terjadi lebih sering daripada yang kita harapkan. Beberapa anak berhasil mengikuti jejak ayah mereka, sementara yang lain gagal total ketika mencoba untuk berkarier seperti ayah mereka.

Berikut adalah sedikit cerita dari beberapa yang berhasil dan juga gagal, yang tentunya mungkin kebanyakan yang gagal. Sementara ada beberapa juga yang masih belum terbukti berhasil atau gagal.

Danny dengan Daley Blind

Danny Blind adalah pemain terkenal yang diberkati dengan teknik luar biasa dan pengaruh yang kuat di lapangan. Anaknya, Daley, dapat digambarkan secara tepat dengan cara yang sama. Ayahnya tidak pernah bermain di luar negara kelahirannya, termasuk menjadi bagian penting dari tim AFC Ajax yang luar biasa pada pertengahan tahun 1990. Tidak seperti Danny, Daley sekarang bermain untuk Manchester United dan memiliki kesempatan untuk menjadi pemain kunci dari pasukan Louis van Gaal. Danny kini menjadi pelatih kepala tim senior Belanda, namun tidak mampu untuk membimbing mereka ke Euro 2016 di Prancis.

Steve dengan Alex Bruce

Mereka mungkin bukan merupakan pasangan yang paling bergengsi. Steve Bruce adalah mantan kapten Manchester United dan merupakan bek andalan selama beberapa tahun saat Sir Alex Ferguson menjadi manajer. Dia juga mencetak dua gol saat melawan Sheffield Wednesday untuk mengamankan gelar Liga Primer Inggris pertama United. Dia telah mengalami keberhasilan yang beragam sebagai manajer dan saat ini ia adalah manajer Hull City. Sementara itu, Alex Bruce adalah bek tengah di The Tigers, tapi keraguan terus muncul dan banyak yang mulai curiga kalau dia ada di sana karena ayahnya daripada karena kemampuannya.

Mark Chamberlain dengan Alex Oxlade-Chamberlain

Sejarah memiliki kecenderungan untuk berulang. Saat itu tahun 2013 di stadion Maracana, ketika Alexander Oxlade-Chamberlain mencetak gol yang luar biasa saat melawan Brasil. Sementara ayahnya, Mark Chamberlain, tanpa nama awalan Oxlade, juga sempat disertakan pada skuat The Three Lions di tahun 1984 ketika Inggris mengalahkan Brasil dengan dribel solo yang menakjubkan dari John Barnes. Sial untuk Mark karena pada 2013 ia tertidur dan melewatkan momen besar Oxlade.

Brian dengan Nigel Clough

Ada banyak hal yang bisa diceritakan dari Brian Clough yang arogan, narsis, seksis, rasis, dan romantis. Kariernya sebagai pemain memang dibatasi oleh cedera, tapi dia berkembang sebagai manajer legendaris untuk Derby County dan Nottingham Forest, serta juga buku dan film �"The Damned United�". Dia jelas telah menurunkan reputasinya ke anaknya, Nigel, yang pernah bermain di bawah ayahnya. Sama seperti ayahnya, ia juga pernah menjadi manajer Derby, dan sekarang ia adalah manajer Sheffield United.

Johan dengan Jordi Cruyff

Bagaimana Anda mengikuti jejak dari pemain yang digembar-gemborkan sebagai pemain paling-sangat-amat-terbaik di negara Anda? Pemain yang pernah identik dengan total football yang paling terkenal di dunia? Hal tersebut tampaknya akan sangat sulit untuk karier Jordi Cruyff, anak dari ayahnya, Johan. Johan adalah seorang revolusioner di lapangan, ia sudah disinonimkan dengan sepakbola Belanda. Sementara Jordi memang pernah bermain untuk FC Barcelona dan Manchester United, tapi gagal mencapai permainan di level tertinggi seperti, atau setidaknya mendekati ayahnya.



Alex dengan Darren Ferguson

Sir Alex Ferguson, bagaimanapun, pernah menjadi pemain sepakbola. Meskipun demikian, ia memang lebih terkenal sebagai manajer, dan bahkan bisa dibilang sebagai manajer terbesar sepanjang masa. Ia memberikan dasar untuk keberhasilan Manchester United selama dua dekade lebih. Sama seperti cerita ayah dan anak pada umumnya, Fergie membantu anaknya, Darren, untuk masuk ke tim akademi United. Sayangnya ia gagal untuk menembus tim utama di Old Trafford, ia kemudian pindah ke Wolverhampton. Kariernya bisa dibilang biasa-biasa saja. Tapi, seperti ayahnya, ia terkenal sebagai seorang manajer, hanya saja di liga yang lebih rendah (baca: Peterborough United dan Doncaster Rovers).

Arnór dengan Eiður Guðjohnsen

Kombinasi ayah dan anak kali adalah kombinasi yang mewakili tim nasional mereka di beberapa titik dalam karier mereka masing-masing. Tidak diragukan lagi mereka memiliki saat-saat yang membanggakan. Sama seperti Beckham, Arnór Guðjohnsen menggantikan anaknya, Eiður. Bedanya, mereka melakukannya dalam pertandingan internasional, tepatnya dalam pertandingan persahabatan antara Islandia melawan Estonia pada tahun 1996. Sayangnya mereka tidak pernah bermain bersama.

Paul dengan Tom Ince

Paul Ince adalah gelandang tangguh yang pernah bermain bagi Manchester United, Liverpool, dan FC Internazionale Milan. Sementara anaknya, Thomas alias Tom, adalah pemain sayap. Tom memulai kariernya di Liverpool tapi tidak pernah sekalipun bermain bagi tim utama. Ia sempat tampil mengesankan di bawah bimbingan ayahnya di Blackpool. Setelah itu ia pindah ke Hull dan sekarang di Derby di usianya yang sudah 23 tahun.

Cesare dengan Paolo Maldini

Kedua pemain ini memiliki daftar penghargaan yang panjang dan keduanya benar-benar menjadi idola di San Siro, stadion AC Milan. Ini tidak mengherankan karena dua pemain ini adalah tulang punggung dan kapten Milan pada masa suksesnya. Setelah pensiun, Cesare sempat melatih Milan dan tim nasional Italia, tapi tidak ada yang menuduh dia nepotisme ketika ia menurunkan Paolo sebagai sebelas pemain utama. Sekarang, Maldini generasi ketiga sedang dibentuk dalam diri Christian.

Abedi Pele dengan André, Jordan, dan Ibrahim Ayew

Abedi Ayew mendapat julukan Pele terinspirasi dari striker asal Brasil itu, tapi dalam urusan kesuksesan, ia kalah jauh dari Pele yang asli. Bermain bagi Ghana, ia adalah salah satu pemain Afrika pertama yang berhasil membuat dampak di panggung Eropa dan menikmati saat-saat mengesankan dengan Olympique Marseille dan Lille OSC. Sementara itu, tiga anaknya telah memiliki berbagai tingkat keberhasilan dalam karier mereka masing-masing. Jordan dan André kini bermain di Liga Primer, sedangkan Ibrahim bermain di Ashanti Kotoko FC di Ghana. Ketiga pemain ini telah mewakili Black Stars tetapi dianggap tidak akan mampu melampaui prestasi ayah mereka.

Gustavo dengan Diego Poyet

Gustavo Poyet membuat namanya terkenal di sepakbola Inggris bersama Chelsea dan Tottenham Hotspur sebelum pensiun. Namun sebelum pindah ke London Barat, ia menikmati tujuh tahun yang sukses dengan Real Zaragoza. Ketika di Spanyol, anaknya lahir dan diberi nama Diego. Tidak seperti ayahnya yang Uruguay tulen, Diego telah mewakili Inggris di tingkat U16 dan U17. Ia memulai kariernya dengan Charlton Athletic sebelum pindah ke West Ham United.

Harry dengan Jamie Redknapp

Harry Redknapp bermain untuk West Ham dan AFC Bournemouth sebelum menjadi manajer, sementara anaknya tampil baik di The Cherries dan Southampton tetapi memiliki saat yang paling sukses ketika di Liverpool dan Tottenham Hotspur. Namun, ia terpaksa pensiun dini karena rekor cedera yang buruk. Jamie sekarang terkenal sebagai seorang pundit di Sky Sports bersama dengan Gary Neville dan Jamie Carragher.

Peter dengan Kasper Schmeichel

Peter Schmeichel bak seorang rakasa terutama saat mengantarkan Manchester United memenangkan gelar treble. Dia juga memenangkan Piala Eropa 1992 bersama tim kuda hitam Denmark. Sepertinya akan sangat penuh tekanan jika Peter memiliki seorang anak yang juga pemain sepakbola. Namun, Kasper dan ayahnya telah mengecilkan perbandingan antara mereka berdua dengan Schmeichel senior yang sering ingin menunjukkan bahwa anaknya harus dianggap sebagai pemain sendiri, karena keduanya adalah kiper. Sempat tidak menjadi pilihan utama dan bermain di liga yang lebih rendah, ia akhirnya bermain di tingkat teratas sepakbola Inggris bersama Leicester City. Sama seperti ayahnya juga, ia adalah penjaga gawang di bawah mistar �"Tim Dinamit�" Denmark.

Ian Wright dengan Shaun dan Bradley Wright-Phillips

Ian Wright adalah pencetak gol yang subur bagi Arsenal sementara pekerjaannya sebagai pundit adalah hal yang lain lagi. Sementara itu anak angkatnya, Shaun, sempat bermain bersama Manchester City, Chelsea, dan Queens Park Rangers, serta bermain untuk Inggris sebanyak 36 kali. Sayangnya kariernya tetap saja tidak secemerlang ayah angkatnya. Selanjutnya Bradley, anak angkatnya yang lainyang lebih muda, gagal untuk bersinar di Liga Primer. Saat ini Shaun dan Bradley sama-sama bermain untuk New York Red Bulls di Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat.

Zinedine dengan Enzo, Luca, Theo, dan Elyaz Zidane

Zinedine Zidane adalah salah satu pesepakbola paling komplit di dunia. Pemain Prancis keturunan Aljazair ini ternyata memiliki seorang anak yang tidak kalah berbakatnya dengan sang ayah. Masih berusia 20 tahun, tampaknya Enzo mewarisi banyak kemampuan dari Zinedine. Ia sekarang bermain untuk Real Madrid B dan telah berhasil mengesankan sang asisten pelatih, yang tidak lain adalah ayahnya. Bukan hanya Enzo, Zinedine juga memiliki tiga anak lainnya, yaitu Luca, Theo, dan Elyaz yang juga merupakan anggota akademi Real Madrid. Mereka semua adalah gelandang, kecuali Luca yang merupakan kiper. Tidak heran jika suatu hari nanti kita bisa melihat tim Zidane bermain futsal bersama.

Disadur dari Squawka

Komentar