Mari Salahkan Rumput!

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mari Salahkan Rumput!

Roy Hodgson tidak menampik kalau Spanyol bermain lebih baik daripada Inggris saat mereka dikalahkan 0-2 pada Sabtu (14/11) dini hari WIB. Dalam pertandingan persahabatan tersebut Hodgson mengakui kalau Inggris tak bisa menyaingi umpan-umpan pendek a la Spanyol. Namun, pendapat sedikit berbeda diungkapkan kiper Inggris, Joe Hart.

Hart, yang membela Manchester City, mengecam keputusan penyelenggaraan pertandingan yang dihelat di Estadio José Rico Pérez. “Ini aneh bagaimana kami bermain di sebuah lapangan divisi tiga untuk pertandingan macam Inggris melawan Spanyol,” tutur Hart yang semalam menjadi kapten, “Lapangan tidak cukup baik, saya tidak sedang beralasan.”

Estadio José Rico Pérez di Kota Alicante merupakan kandang kesebelasan Segunda División B, Hércules CF. Stadion tersebut berkapasitas 29 ribu kursi.

Kekalahan tersebut membuat Inggris harus mengakhiri rentetan 16 pertandingan tanpa kekalahan yang mereka catatkan sejak Piala Dunia 2014 silam. “Saya marah,” tutur Hart dikutip dari Daily Mail, “Kami sudah bermain dengan baik untuk  waktu yang lama, kini menjadi sulit saat kami kalah.”

Apa yang dikeluhkan Hart tentu merupakan sebuah “alasan”. Menjadi menarik saat komentar-komentar di laman Daily Mail justru menyalahkan para penggawa Inggris. “Oh begitu, tapi saat Spanyol menguasai bola, lapangan tiba-tiba menjadi bagus,” tulis Tom dari Newcastle.

“Lapangan divisi tiga, kiper kelas divisi tiga, dan olahragawan tingkat ketiga. Bijaklah Joe, Anda dikalahkan oleh tim yang lebih baik,” tulis Ddigs.

Buat pesepakbola yang biasa bermain di Stadion Etihad, Stadion Emirates, atau Stadion Old Trafford, kondisi rumput di stadion lawan bisa jadi menjadi masalah. Kontur tanah yang tidak rata serta gundulnya rumput di beberapa tempat bisa memengaruhi penampilan.

Keluhan Menghadapi San Marino

Sebelumnya saat menghadapi San Marino di babak kualifikasi Piala Eropa 2016, Inggris pun mengeluh soal kualitas lapangan. Stadio Olimpico di Serravalle, dianggap kelewat gundul untuk menjadi lapangan pertandingan internasional.

Saat menginjak lapang stadion, para pemain dengan pakaian latihannya mulai menginspeksi lapangan dengan berjalan-jalan dan memeriksa permukaan lapangan. Beberapa pemain terlihat tidak puas dengan kondisi rumput saat itu; terlebih buat mereka yang sering main di Stadion Emirates dan Stadion Old Trafford, yang dikenal dengan kualitas rumputnya yang begitu baik. Keluhan itu pun disampaikan pada delegasi UEFA yang turut memantau dari pinggir lapangan.

Meskipun demikian pertandingan tetap dilangsungkan. Menang kualitas, Inggris berhasil membantai San Marino 0-6. Persoalan tentang rumput pun seolah terlupakan.

Dalam laporan pertandingan, The Guardian menuliskan kalau Hodgson sempat mengejek rumput Stadion Olimpico Serravalle pada menit ke-73 cuma menggesek-gesekkan sepatunya saat bola melentas ke area teknik Inggris. Ia pun menarik Wayne Rooney demi mencegah cedera.

Lapangan Stadion Baru Singapura

Bergeser sejenak dari kesebelasan negara Inggris, Stadion Nasional Singapura direnovasi sejak 2007. Pemerintah Singapura menambahkan atap dan memodernisasi fasilitas stadion, seperti pemasangan kursi, mengecat tribun, dan memasang layar lebar. Stadion tersebut bukan cuma bagian dari peningkatan fasilitas olahraga tetapi juga menjadi ikon Singapura.

Hasilnya, Stadion Nasional Singapura menjadi lokasi pertandingan persahabatan antara Brasil menghadapi Jepang pada September 2014.  Sebelum pertandingan, ada isu bahwa rumput lapangan gundul dan dipenuhi dengan pasir. Meskipun demikian pertandingan tetap dilanjutkan. Dalam tayangan di televisi, terlihat bola kerap sulit dikontrol karena lapangan memang benar-benar gundul. Pasir pun berterbangan saat pemain memberi umpan atau sekadar berlari.

Hal ini membuat khawatir pelatih Brasil kala itu, Dunga. Ia takut para pemainnya didera cedera karena lapangan yang tak rata meningkatkan potensi cedera. Pelatih Jepang, Javier Aguirre, pun berpikiran sama. Ia merasa Jepang tak akan bisa menunjukkan pertandingan yang terbaik.

Bukan cuma Brasil dan Jepang, Juventus bahkan tidak menurunkan Carlos Tevez dalam pertandingan menghadapi Singapore Selection pada Agustus 2014. Alasannya sama: rumput.

Lapangan Buruk di Piala Dunia

Bukan cuma di pertandingan persahabatan, pada Piala Dunia 2014 lalu, Stadion Arena Arizona, Manaus, mengalami problem yang sama. Lagi-lagi Inggris yang mengeluh karena takut pertandingan pembuka menghadapi Italia tidak berlangsung mulus.

Hodgson bahkan sudah mengunjungi Manaus sejak Februari untuk mengecek lapangan. Saat itu, kondisi rumput sangat baik dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, beberapa pekan jelang Piala Dunia digelar, rumput di Manaus mengering.

Pihak pengelola stadion pun mulai meningkatkan perawatan agar rumput bisa tumbuh dengan cepat sesuai dengan waktu. Salah satu alasan dari mengeringnya rumput di Manaus adalah kondisi cuaca yang tidak cocok, serta tanah di Manaus yang bekas rawa sehingga tidak memungkinkan rumput tumbuh subur.

Usai permasalahan rumput di Piala Dunia, media Inggris mencibir kalau itu hanyalah upaya Hodgson sebagai alasan jika Inggris kalah.

Berdasarkan Laws of The Game FIFA 2015/2016, diatur bahwa pertandingan bisa dimainkan di lapangan dengan rumput asli maupun rumput buatan. Intinya, FIFA memberi keleluasaan asalkan sesuai dengan aturan dari kompetisi.

FIFA tentu sulit untuk mengatur secara spesifik karena tidak semua lapangan atau stadion di dunia bisa menyamai kualitas Stadion Emirates atau Stadion Old Trafford. Diperlukan perawatan intensif yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Rumput pun sedikit banyak dipengaruhi oleh iklim suatu negara. Sulit mengharapkan Stadion Nasional Singapura bisa semulus rumput di Inggris kalau rumput yang digunakan tak bisa tumbuh dengan suhu di atas 25 derajat celcius.

Baca juga: Masalah Infrastruktur Sepakbola Inggris

foto: yahoo.com

Komentar