Industri Sepakbola Australia Mengalami Kemunduran

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Industri Sepakbola Australia Mengalami Kemunduran

Di Australia, sepakbola terlebih dahulu dikenal sebagai “Soccer” karena “Football” adalah milik olahraga lain, bukan sepakbola. Sejak 2000-an, Australia mulai mereformasi sepakbola mereka mulai dari federasi hingga kompetisi hingga muncullah kompetisi sepakbola profesional bernama A-League yang dibentuk pada April 2004.

Baca juga: Reformasi dan Juru Selamat Australia di Piala Dunia

Musim ini, The Guardian menuliskan kalau A-League memperlihatkan sesuatu yang memprihatinkan. Bukan soal adanya pengaturan skor atau terlambatnya pemberian gaji, tetapi dari menurunnya jumlah penonton hingga setengahnya ketimbang musim lalu.

Hal ini terlihat dari partai derby Sydney yang disaksikan 80 ribu orang di Fox Sport. Pertandingan antara Sydney FC menghadapi Western Sydney Wanderers tersebut mestinya masuk ke dalam pertandingan utama yang dinantikan di A-League.

Sekitar 40 ribu penggemar menghadiri pertandingan di Allianz Stadium. Musim lalu, jumlah penonton yang menyaksikan di Fox mencapai 188 ribu. Hal serupa juga terjadi pada derby Melbourne yang hanya menghadirkan 84 ribu penonton.

“Ini adalah tanda yang meresahkan bagi A-League yang tengah berusaha meningkatkan popularitas setelah pada musim ke-11, jumlah marquee players bernama besar kian berkurang,” tulis The Guardian.

Dikutip dari Four Four Two, musim ini dari dua pekan A-League, terlihat penurunan secara jelas ketimbang tahun lalu. “Salah satu analis media terdepan menjabarkan fenomena tersebut sebagai masa suram,” tulis FFT.

Berdasarkan Fusion Strategy & Essence Media, jumlah audiens SBS menurun hingga 63% di saat Fox Sport pun merasakan hal yang sama dengan penurunan 25% dari rata-rata 88 ribu audiens pada 2014 menjadi hanya 61 ribu pada musim ini.

Rata-rata audiens pada setiap pertandingan di pekan pertama mencapai 81 ribu pada pekan pertama dan kedua. Jumlah ini menurun hampir setengahnya ketimbang tahun lalu yang mencapai 142 ribu pada pekan pertama dan 145 ribu pada pekan kedua.

CEO Fusion Strategy, Steve Allen, menyatakan bahwa ia terkejut penurunannya begitu besar. “Ini seperti menjadi ceriminan pentingnya marquee players pada musim lalu. Ini akan terus berkembang tapi kami pikir ini akan menjadi musim yang buruk buat audiens A-League.”

Allen menyoroti kalau penurunan ini salah satunya perubahan saluran siaran dari awalnya ditayangkan saluran utama SBS, kini menjadi SBS2. Menurutnya perubahan ini menghancurkan hubungan antara kedua belah pihak.

Federasi Sepakbola Australia, FFA, mengatakan audiens global pada musim ini akan berpotensi mencapai 250 juta viewersdari 84 negara. Hal ini terlihat dari 650 ribu pemirsa yang menyaksikan pertandingan grand final antara Melbourne Victory menghadapi Sydney FC, dengan stasiun SBS yang mencatat rekor terbesar dengan 442 pemirsa.

A-League tidak menerapkan sistem promosi-degradasi karena merupakan satu-satunya kompetisi profesional. Sistem A-League mirip dengan yang dilakukan Amerika Serikat lewat MLS-nya. Juara dalam semusim akan mendapat gelar Premier’s Plate. Namun, kompetisi belum berakhir karena masih ada babak Final Series yang melibatkan enam tim dengan peringkat terbaik.

Baca juga: Membangun Sepakbola bersama Seluruh Lapisan Masyarakat ala Australia

Salah satu naiknya pamor A-League adalah kehadiran sejumlah pemain bintang yang pernah main di Eropa. Musim ini, hampir tidak ada nama bintang. Meskipun demikian pengelola liga menjanjikan nama-nama seperti Milos Ninkovic yang menjadi pemain kunci timnas Serbia. Selain itu ada pula Corona, yang pernah bermain untuk Real Zaragoza dan Almeria. Lalu, ada nama kiper Thomas Sorensen yang lebih dari 17 tahun merumput di Liga Primer Inggris.

FFA pun dikabarkan mulai menaruh perhatian serius terkait kerja sama dengan televisi. Tidak ada pernyataan pasti soal adanya penurunan nilai kerja sama. Namun, hal tersebut salah satunya selain karena hilangnya nama-nama besar juga permasalahan keuangan, seperti yang terjadi pada Brisbane Roar yang kabarnya akan diambil alih oleh FFA terkait masalah finansial.

Mungkinkah ini menjadi kemunduran bagi industri sepakbola Australia?

foto: abc.net.au

Komentar