Bukan Keberuntungan yang Bawa Albania ke Piala Eropa

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bukan Keberuntungan yang Bawa Albania ke Piala Eropa

Albania dan Serbia berfoto bersama sebelum pertandingan di Elbasan, 8 Oktober lalu. Seratus pelajar Serbia di Albania pun menonton langsung di Elbasan Arena sebagai tamu undangan Edi Rama, presiden Albania. Semuanya dilakukan sebagai gesture persahabatan dari sebuah pertandingan antara dua kesebelasan yang setahun sebelumnya diwarnai kerusuhan di lapangan.

Semua itu, dan penjagaan ketat pihak keamanan, tidak mengubah satu fakta: kemenangan atas Serbia akan terasa sangat manis bagi Albania. Pertama, karena kemenangan itu akan mengantar Albania lolos ke Piala Eropa untuk kali pertama. Kedua, karena Albania memastikan kelolosannya di atas kekalahan Serbia. Sebagai catatan: Albania dan Serbia berada di sisi yang berseberangan mengenai kemerdekaan Kosovo. Konflik politik terbawa ke sepakbola.

Skenario sempurna sudah ada di depan mata. Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Albania batal berpesta di Elbasan. Serbia mencetak kedua gol kemenangan mereka setelah menit ke-90; lewat Aleksandar Kolarov 90+0.19 dan Adem Ljajic 90+3.12. Serbia merayakan pesta kecil di atas batalnya pesta besar Albania. Namun kekalahan di Elbasan pada akhirnya terbukti tidak lebih dari pesta yang tertunda tiga hari saja.

Sepanjang putaran kualifikasi, Albania tampil rapat di pertahanan dalam formasi 4-5-1. Karenanya, tidak pernah Albania menang dengan selisih lebih dari satu gol. Bahkan hanya dalam satu pertandingan saja Albania mencetak dua gol; saat menang kandang melawan Armenia, 29 Maret 2015. Pada pertandingan terakhir Grup I, Albania menang tiga gol tanpa balas melawan Armenia.

Tiga hari setelah gagal mengunci kelolosan dengan mengalahkan Serbia di Elbasan, Albania berpesta setelah menang meyakinkan atas Armenia di Yerevan. Karenanya Albania lolos ke Prancis sebagai runner-up Grup I, di belakang Portugal dan di atas Denmark.

“Ketika saya katakan Albania akan lolos, orang-orang menertawakan saya,” kata Gianni De Biasi, pelatih kepala Albania. Wajar orang-orang berpikiran demikian. Albania memang kesebelasan kecil. Memiliki sejarah nyaris lolos pun tidak. Ditambah lagi mereka berada satu grup dengan Portugal, Denmark, dan Serbia yang di atas kertas jauh lebih kuat.

Yang lebih wajar dari pesimisme terhadap Albania adalah luapan emosi kapten kesebelasan, Lorik Cana. “Walau mengalahkan kami, mereka (Serbia) akan menonton kami di Prancis sambil minum bir di depan teve,” ujar Cana. Ia termasuk beberapa pemain Albania yang dapat membela Kosovo, negara yang kemerdekaannya tidak diakui Serbia.

Orang-orang berhak berargumen Albania beruntung. Karena memang demikian. Tiga dari 14 angka yang mereka raih berasal dari pertandingan yang tidak selesai. Kerusuhan di Beograd membuat UEFA menjatuhkan hukuman pemotongan tiga angka kepada Serbia dan menghadiahi Albania dengan kemenangan 3-0. Tanpa tiga angka dari Beograd, Albania hanya akan menduduki peringkat ketiga, satu angka di belakang Denmark.

Namun jelas tidak sepenuhnya Albania lolos karena keberuntungan. Faktor keberuntungan kecil sumbangannya; hanya 21,43% saja. Sebelas angka lainnya Albania raih dengan permainan disiplin yang membawa mereka menang kandang di Portugal, dua kali bermain imbang dengan Denmark, dan dua kali menang atas Armenia. Tinggal kita nantikan saja sejauh mana permainan serupa membawa Albania melaju di putaran final nanti.

Komentar