Arsenal Melawan United Sudah Tidak Menarik Lagi

Editorial

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Arsenal Melawan United Sudah Tidak Menarik Lagi

Saya tidak percaya pertandingan antara Arsenal dan Manchester United masih menyimpan panas dan pertaruhan gengsi yang sama. Pertemuan kedua kesebelasan bukan lagi pertandingan yang patut ditunggu. Biasa saja.

Jika saya bisa, saya mau saja ikut bersemangat menantikan pertandingan nanti malam. Tapi yang saya tahu, dan memang begitulah yang saya rasa, persaingan antara Arsenal dan Manchester United pada dasarnya adalah persaingan antara Arsène Wenger dan Alex Ferguson. Dari banyak referensi yang saya baca untuk melengkapi masa-masa yang tidak saya alami (saya baru mulai mendukung Arsenal sejak 2002), Arsenal dan United sebelum era Wenger tidak benar-benar terlibat persaingan seperti United dan Liverpool.

Di era Premier League, United adalah penguasa. United keluar sebagai juara sebanyak empat kali dan runner-up satu kali di lima musim pertama Premier League. Satu-satunya kegagalan United menjadi juara terjadi pada musim 1994/95. Musim itu Blackburn Rovers memaksa United mengakhiri musim di peringkat kedua dengan selisih satu angka. Yang tidak mampu dilakukan Blackburn adalah: menjadi saingan United di era Premier League.

Pada 1996 datanglah Arsène Wenger. Ia langsung membawa Arsenal – yang tidak pernah berhasil menduduki peringkat tiga besar dalam empat musim pertama Premier League – menduduki peringkat ketiga. Di musim berikutnya, musim penuh pertamanya sebagai manajer Arsenal, Wenger membawa Arsenal juara dengan raihan 78 angka; satu angka lebih banyak dari United.

Tiga musim berikutnya, penghuni peringkat ketiga Premier League selalu berganti. Namun juara dan runner-up selalu sama: United dan Arsenal. Seorang manajer tidak terkenal yang datang dari Jepang mampu mengubah Arsenal dan mengimbangi United. Wajar jika Ferguson merasa tidak nyaman. Wajar jika dari situ lahirlah persaingan.

Sejak kedatangan Wenger, Arsenal dan United selalu terlibat persaingan. Dalam sepuluh musim pertama sejak kedatangan Wenger, hanya dua kali Wenger dan Ferguson tidak berhasil membawa kesebelasan mereka masing-masing menjadi juara. Walau demikian, dalam dua musim tersebut pun persaingan Arsenal dan United selalu ada.

Itu dulu. Sekarang sudah tidak. Hal-hal yang membuat Arsenal dan Manchester United berseteru sudah tidak ada. Ferguson sudah tidak menjabat posisi manajer Manchester United. Arsenal sudah tidak memiliki Patrick Vieira dan United sudah tidak memiliki Roy Keane (lebih buruk lagi: kedua kesebelasan sekarang tidak memiliki pemain-pemain seperti Vieira dan Keane) yang selalu menghadirkan karakter persaingan tradisional dalam persaingan Wenger dan Ferguson yang modern. Padahal selain panas, adanya karakter tradisional dan modern di saat yang bersamaan adalah keunikan Arsenal dan United yang membuat pertandingan antara keduanya menarik.

Sejak kedatangan Wenger, tidak pernah Tottenham Hotspur berhasil mengakhiri musim di peringkat yang lebih baik dari Arsenal. Namun itu tidak membuat mereka merasa kecil. Setiap North London derby digelar, Tottenham selalu tampil besar dan setara lawannya. Arsenal, melawan United, tidak demikian.

Hal utama yang membuat pertandingan Arsenal dan Manchester United terasa hambar, sementara itu, adalah Arsenal yang sudah sejak lama tidak lagi terlibat dalam perburuan gelar juara dan memandang dirinya setara dengan United. Jauh sebelum nilai pertandingan ini menurun karena Ferguson meninggalkan United, jauh sebelum Arsenal merelakan kapten mereka memperkuat United untuk kurang dari 25 juta pound sterling saja, persaingan Arsenal dan United sudah mati. Sementara United terus menerus memburu gelar juara, Arsenal puas dengan lolos ke Champions League saja.

Komentar