Doping dan Kehancuran Mimpi Gerard Kinsella

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Doping dan Kehancuran Mimpi Gerard Kinsella

Di usianya yang masih begitu muda, Gerard Kinsella mesti mengalami masa-masa sulit yang tak ada seorang pun mengharapkannya. Kinsella pernah mendapati dirinya tengah bermimpi indah dengan menjadi bagian dari akademi Everton. Bahkan, rekan satu timnya, Ross Barkley, kini telah menjadi bagian integral dari kesebelasan negara Inggris.

Kinsella masih berusia tujuh tahun saat ia bergabung dengan akademi Everton. Para pelatih sudah yakin kalau bakatnya bisa bersaing dengan para pemain lain di Premier League. Dia adalah salah satu yang terbaik di akademi Everton.

Keyakinan tersebut dilontarkan Kevin Sheedy, pelatih tim akademi Everton kala itu. Belum lagi sang direktur akademi, Ray Hall, yang percaya kalau Kinsella dan Barkley bisa menjadi pemain hebat.

Lalu Kinsella pun mulai merasakan sakit di pundaknya. Ia diketahui mengalami dislokasi pada bahunya. Lalu cedera demi cedera menghadangnya. Ia pun dua kali masuk meja operasi untuk cedera bahu, retak metatarsal, patah tulang leher, robek tulang rawan, meningitis, dan cedera pergelang kaki.

Pada usia 19, David Moyes, manajer tim utama Everton saat itu, melepasnya. Kinsella pun melanjutkan karirnya di Plymouth Argyle yang memberinya kesempatan untuk berkembang. Namun, badai cedera tak henti-hetinya menghantui Kinsella. Plymouth pun melepasnya ke Fleetwood Town.

Di Fleetwood, Kinsella tak kunjung sembuh. Cedera bahunya makin terasa menyakitkan. Lalu, sepupunya, Neil, menawarkan suntikan penawar rasa sakit. Kinsella setuju karena tak ada cara lain untuk menghilangkan rasa sakitnya itu.

Pada Februari 2013, sebuah telepon dari manajemen Fleetwood menghancurkan hatinya. Mereka mengabarkan kalau Kinsella dipastikan gagal lolos tes doping. Steroid anabolik ditemukan dalam tubuhnya. FA pun memberinya keputusan yang terberat yang pernah mereka keluarkan: dua tahun larangan beraktivitas di sepakbola!

Kinsella semakin terpuruk setelah Fleetwood memutus kontraknya. Ia pun depresi dan keputusasaan. “Aku pikir, aku telah selesai,” ucapnya dikutip Daily Mail, “Aku tak bisa lagi berurusan dengan sepakbola. Kepalaku serasa mau pecah. Aku yakin kalau kesempatanku di sepakbola telah usai dan yang akan selalu aku ingat adalah gagal di tes doping.”

Kinsella pun mengungkapkan saat diberi obat dari Neil, ia tak bisa menolaknya karena saat itu ia merasa amat putus asa dengan cedera yang menimpanya. “Aku sedang berlatih dan bahuku terasa menyakitkan. Terkadang, rasa sakit itu bukan saat ditekel. Aku hanya berlari dan rasa sakit itu begitu terasa,” tutur Kinsella.

Lalu pertolongan pun datang dari Michael, saudaranya yang pernah menjadi kiper junior Liverpool, dengan membantunya mendapatkan dokter operasi terbaik di Inggris. Michael pun mengantar Kinsella menemui pejabat sepakbola Inggris untuk meyakinkan bahwa saudaranya bukanlah pengguna doping melainkan korban ketidaktahuan.

Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris, PFA, menjadwalkan untuk bertemu Kinsella karena larangan dua tahun tersebut mencakup larangan berlatih dengan kesebelasan manapun. Kinsella pun sudah mulai berlatih pada 4 November 2014 silam, sedangkan larangannya berakhir pada 4 Februari.

Kinsella bergabung dengan klub lokal AFC Liverpool yang berlaga di North West Counties Football League atau berada pada tingkat 9-10 dalam piramida kompetisi sepakbola Inggris. Di AFC Liverpool, Kinsella pun menyimpan segudang harapan untuk mengembalikan mimpinya sebagai pesepakbola. “Ini seperti memulai ulang kembali,” tutur Kinsella.

Keinginan Kinsella untuk merajut mimpi kian terasa saat suatu malam ia tak sengaja bertemu dengan Barkley di sebuah tempat perbelanjaan. “Tentu kami berhenti dan bercakap-cakap. Kami pernah bermain selama bertahun-tahun,” ucapnya, “Cukup lucu karena percakapan kami tidak tentang sepakbola melainkan tentang apa yang kami lakukan dan hal lainnya. Ross adalah pemain bertalenta bahkan saat ia masih berusia 14, sehingga tidak mengejutkan dengan apa yang telah ia capai saat ini.”

Keduanya mungkin tak akan lagi berpergian dalam satu bus yang sama, dalam satu ruang ganti yang sama untuk menghadapi lawan yang sama. Namun, kehadiran Kinsella di AFC Liverpool adalah sebuah langkah awal yang membuatnya bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah.

Baca juga: Tentang kisah-kisah pesepakbola yang menggunakan doping karena tak sengaja, di sini.

Disadur dari: Dailymail.co.uk

Komentar