Menanti Kegilaan-Kegilaan Baru De Laurentiis

Cerita

by redaksi

Menanti Kegilaan-Kegilaan Baru De Laurentiis

Aurelio De Laurentiis, Presiden Napoli, sudah lama dikenal sebagai salah satu pemilik kesebelasan yang gila. Jika kata "gila" dianggap peyoratif, bolehlah kata itu diganti dengan "eksentrik".

Pria kelahiran 24 Mei 1949 ini tak segan mengatakan apa pun yang dia inginkan. Demi memuaskan gejolak perasaannya, juga kekesalannya, segala hal eksentrik dengan enteng meluncur dari mulutnya.

"Saya malu jadi orang Italia! Saya akan pindah kewarganegaraan saja!"

Kalimat itu, misalnya, terlontar dari mulut Aurealio saat menghadiri undian jadwal Serie A musim 2011/2012.Ia merasa undian itu sangat merugikan Napoli. Ia lalu meninggalkan ruangan dan melanjutkan ocehannya di luar. Ia lalu menghentikan laju seorang pengendara motor dan menumpang kepadanya untuk kabur dari pertemuan.

Itu bukan hal aneh baginya. Para penggemar Napoli sangat biasa melihat kelakuan seenaknya dari Aurelio. Kadang dengan tindakan, kadang dengan pernyataan-pernyataan yang tanpa tedeng aling-aling.

Tindakan eksentrik terjadi saat memperkenalkan Gokhan Inler yang baru didatangkan dari Udinese. Ia meminta Inler muncul dengan memakai topeng singa. Keduanya malah berpose untuk dengan mengarahkan telunjuk pada wartawan dengan Inler masih mengenakan topeng singa.

Agustus 2014, Aurelio bahkan terang-terangan mengajak seorang fans Napoli berkelahi. Ia tertangkap kamera sebuah program televisi sedang beradu mulut dan nyaris adu jotos dengan salah seorang fan Napoli di luar stadion Ennio Tardini.

Italia memang masyhur sebagai negeri yang dikenal dengan ekspresi warganya yang khas. Mereka sangat ekspresif. Para pecinta sepakbola Italia pasti akrab dengan ekspresi atau gestur tangan para pemain Italia, baik saat meminta penalti atau saat memprotes wasit.

Itu pun terlihat pada para presiden kesebelasannya. Nama-nama seperti Maurizio Zamparini (Palermo), Silvio Berlusconi (AC Milan), atau Claudio Lotito (Lazio), misalnya, sering menjadi berita karena ulahnya yang membuat geleng-geleng kepala. Dari berseteru dengan suporter hingga terlibat skandal seksual.

Namun Aurelio bukan hanya masyhur karena eksentrik. Ia juga sangat berandil dalam meningkatkan prestasi Napoli. Selain terkenal sangat eksentrik., ia sebenarnya punya karakter sebagai manusia yang pandai membaca situasi, rasional dan memiliki perhitungan cermat.

Bukan kebetulan jika di musim 2012/2013 Napoli berhasil menduduki peringkat dua. Bukan kebetulan pula jika semenjak kembali ke Serie A di musim 2007/2008, Napoli selalu menunjukkan peningkatan gradual. Bahkan, hampir setiap tahun mereka masuk ke kompetisi Eropa, baik itu Liga Champions atau Liga Europa. Musim 2013/2014 Napoli bertengger di peringkat tiga. Musim lalu Napoli agak menurun dan hanya duduk di peringkat lima klasemen akhir Serie-A.

Aurelio yang membuat semua ini menjadi mungkin. Kala Napoli dibeli olehnya pada 2004 seharga 29,5 juta euro, Napoli baru terdegradasi dari Serie B. I Partenopei bahkan dinyatakan bangkrut dengan utang lebih dari 70 juta euro. Parahnya, Napoli saat itu tidak memiliki peralatan, tempat latihan, atau pemain.

Ia cukup cerdik dengan memulai usahanya merestrukturisasi Napoli dengan merekrut orang-orang yang kompeten. Ia tidak hanya menggelontorkan uang jor-jor-an demi membeli kesuksesan. Misalnya saja mengontrak Pierpaolo Marino, salah satu director of football tersukses di Italia. Bersama dengan Marino, Aurelio berhasil membentuk satu tim hanya dalam waktu 15 hari sebelum Serie C dimulai. Marino juga yang jadi aktor di balik pembelian murah tapi brillian seperti Ezequiel Lavezzi, Mark Hamsik, atau Walter Gargano.

Beberapa tindakan kontroversial De Laurentiis

Presiden Napoli Meminta Maaf Kepada Fan yang Diajaknya Berkelahi


Presiden Napoli Anggap Wasit Membela Juventus



Demikian pula dengan para arsitek tim. Edy Reja, pelatih yang punya pengalaman di lebih dari 20 klub ini, sukses membawa Napoli dari SerieC ke Serie A. Sementara Mazzari berhasil melanjutkan kerja Reja dan membentuk Napoli menjadi klub papan atas. Memang pernah ada cerita "gagal" dengan Roberto Donadoni. Tapi, De Laurentiis tidak berlama-lama berkutat di permasalahan tersebut dan dengan cepat melepas Donadoni.

Dengan Rafael Benitez pun ia memperlihatkan ambisi besar. Benar bahwa Benitez tidak terlalu stabil, namun setidaknya Benitez pernah berhasil membawa Napoli duduk di peringkat dua klasemen akhir Serie-A musim 2012-2013. Plus dua gelar Piala Coppa Italia pada musim 2011-2012 dan 2012-2013.

Salah satu kunci kesuksesannya adalah kekuatan mentalnya yang tak gampang diintimidasi. Sebagai seorang produser film yang kenyang berurusan dengan para artis dan selebritas yang egonya selangit, ia tahu persis bagaimana bernegosiasi tanpa harus tertekan dengan nama-nama tenar. Baginya, seperti pernah diungkapkannya, mengurus film jauh lebih pelik daripada mengurus sepakbola.

Tidak heran jika ia pun tak gentar dengan intimidasi berupa iming-iming uang. Ketika Edinson Cavani sedang didekati Man City dan PSG, Aurelio bersikap santai-santai saja. Ketika Cavani meminta bertemu langsung dengannya untuk membahas kontrak, Aurelio enteng saja menampik.

"Tak perlu ada pertemuan tatap muka dengan Cavani. Ia punya release clause yang harus dipenuhi," ujarnya pada wartawan.

Sikap yang sama ditunjukkan kala Liverpool ingin membeli Lavezzi, atau ketika salah satu klub Rusia menawarkan 28 juta poundsterling untuk Hamsik. Kala Lavezzi sedikit merengek agar Napoli mempertimbangkan tawaran klub lain, Aurelio bahkan mengancam akan membangkucadangkan Lavezzi.

"Kita butuh adanya kode etik bagi klub sepakbola. Jika Lavezzi terus-menerus merajuk, maka ia akan menghabiskan 2 tahun -â?? sisa kontraknya -- dengan tidak bermain," kecamnya kala itu. Sedikit ironis memang, karena De Laurentiis juga mengancam akan melakukan tindakan tidak etis pada Lavezzi.

Dalam kasus Cavani, pada akhirnya De Laurentiis pun tunduk hanya pada release clause dalam kontrak salah satu pemain kesayangannya itu. "Jika bukan karena pasal tersebut, saya tidak akan pernah menjualnya. Bahkan tidak untuk 70 juta euro," tutur De Laurentiis setelah kesepakatan itu terjadi.

"Saat memasukkan pasal itu dalam kontrak Cavani, saya yakin Real Madrid, Manchester City, atau Chelsea, tidak akan pernah mengeluarkan 63 juta euro," tambahnya lagi. Klub-klub itu memang tidak melakukannya, melainkan Paris St Germain.

Terakhir, Aurelio sangat berambisi menjadikan Napoli sebagai protoipe kesebelasan "nasionalis" yang mengutamakan bakat-bakat Italia, khususnya pemain-pemain yang berasal dari Kota Napoli sendiri. “Kita harus memulai lagi dari Napoli, semuanya Italia,” cetus De Laurentiis kepada Rai Sport.

Baca juga  Ambisi De Laurentiis meng-Italia-kan Napoli

Langkah pertama yang dilakukan De Laurentis sebagai presiden adalah menunjuk Maurizio Sarri untuk menggantikan posisi Rafael Benitez. Sarri dianggap sosok yang tepat dan potensial karena musim sebelumnya berhasil mencuri perhatian saat menukangi Empoli. Di kesebelasan itulah Sarri memperlihatkan hasratnya kepada permainan sepakbola yang agresif dan atraktik. Itulah agaknya yang membuat Laurentis kepincut dengan Sarri. Jangan lupa, Sarri pun berasal dari Kota Napoli, putra asli kelahiran Napoli.

Napoli sayangnya kini sedang dalam posisi yang buruk. Dalam lima laga awal musim ini, mereka hanya menang sekali. Sisanya: draw tiga kali dan kalah sekali. Akibatnya, Napoli pun terpuruk di peringkat 12 klasemen sementara Serie-A.

Menarik mencermati apa yang akan dilakukan Aurelio untuk merespons situasi ini. Memecat Sarri jelas menjadi solusi gampangan yang mudah saja diambilnya. Namun boleh jadi Aurelio sedang menyiapkan langkah lain yang lebih taktis.

Kursi Sarri mulai memanas. Tapi pantat Aurelio pasti lebih panas lagi. Ia niscaya tak sudi menjadi olok-olok. Mari menunggu kegilaan Aurelio yang lain.

Komentar