Rooney, Berhentilah Mencetak Gol!

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Rooney, Berhentilah Mencetak Gol!

Karya Ajie Rahmansyah*

Satu gol Wayne Rooney ke gawang Yann Soomer bukan cuma membawa Inggris menang 2-0 atas Swiss, tetapi juga membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi The Three Lions. Penyerang Manchester United tersebut telah mencetak 50 gol bersama kesebelasan negara Inggris yang menggusur pemegang rekor sebelumnya, Sir Bobby Charlton.

Meski berhasil mencetak gol dan rekor, dalam pertandingan yang dihelat Rabu (9/9) dini hari waktu Indonesia tersebut, penampilan Rooney dianggap masih kurang memuaskan. Gol yang dicetak Rooney selama jeda internasional berasal dari titik penalti. Gol ke-49 yang ia buat saat menghadapi San Marino berasal dari penalti yang prosesnya pun masih menjadi perdebatan.

Namun, di balik suburnya Rooney, terdapat mitos yang menghantui penggemar Manchester United. Mitos ini adalah jika Rooney subur maka MU akan sulit (bahkan tidak) menjadi juara liga. Maksud “subur” di sini adalah saat Rooney berhasil menjadi pencetak gol terbanyak bagi MU di semua kompetisi.

Secara sederhana mitos merupakan suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar dari generasi ke generasi. Mitos tersebut hadir lalu menyebar dengan kuat sehingga masyarakat yang mendengarnya pun menjadi percaya. Dalam mitos juga terdapat silogisme yang menguatkan mengapa mitos tersebut bisa hadir dalam kehidupan kita.

Kehadiran Rooney di Old Trafford pada musim 2004/2005 seperti menjadi penyegar di tengah gersangnya lumbung gol MU yang dihuni Alan Smith dan Giuseppe Rossi. MU sebenarnya masih punya Ruud van Nistelrooy. Namun, penampilan penyerang Belanda tersebut menurun setelah Piala Eropa 2004.

Sir Alex Ferguson dan David Gill kemudian tergerak membeli Rooney karena melihat seorang anak bernama Joe Ruane menuliskan kalimat “Please Buy Rooney” di sebuah papan saat MU bertanding.

Rooney pun memberi warna baru buat MU. Gol demi gol hadir saat dibutuhkan. Total 17 gol dari semua kompetisi, tapi tak ada satupun gelar yang hinggap di lemarih pamer stadion Old Trafford.

Rooney kian subur pada musim 2009/2010 dengan mencetak 34 gol. Penampilan suami Coleen McLoughlin begitu garang meski di musim tersebut MU hanya memenangi trofi Piala Liga. Keran golnya di Liga Inggris pun terhenti saat ia menderita cedera ankle ketika United berhadapan dengan Bayern Muenchen di Liga Champions. Efeknya gelar pun pindah ke kubu Chelsea.

Angka 34 kembali hadir ketika Rooney mengarungi musim 2011/2012. Akan tetapi kegagalan United di liga juga hadir kembali, kali ini dengan cara yang lebih menyakitkan. Sudah unggul delapan poin ketika pertandingan menyisakan enam laga, Rooney bersama Setan Merah justru gagal meraih titel liga setelah disalip Manchester City di tiga pekan terakhir.

Pada musim 2013/2014 dan 2014/2015 jumlah gol Rooney memang tidak sampai di angka 20. Penurunan ini sebenarnya disebabkan dengan mulai nyamannya Rooney bermain di lapangan tengah. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan performa striker yang dimiliki Setan Merah saat itu. Meskipun begitu, Rooney tetap masih menjadi pencetak gol tersubur United dengan 19 dan 14 golnya.

Mitos tersebut kian kuat kebenarannya saat membandingkan jumlah gol Rooney dengan keberhasilan MU menjadi juara Liga Inggris. Lulusan akademi Everton ini selalu menjadi pelayan bagi rekan-rekannya yang memang saat itu terhitung lebih subur ketimbang Rooney sendiri.

Di musim pertama Rooney menjuarai Premier League (2006-2007), dirinya mencetak 23 gol bersanding dengan Cristiano Ronaldo. Namun jumlah gol Rooney di liga sedikit di bawah Ronaldo (17 berbanding 14). Hal serupa terjadi kembali di musim berikutinya. Jumlah gol Rooney di musim tersebut hanya berjumlah 18 gol. Jauh dibandingkan Cristiano Ronaldo yang mengumpulkan 42 gol. Namun di akhir musim United berhasil meraih Double Winner. Kejadian tersebut terulang di musim berikutnya ketika jumlah 20 gol Rooney lebih sedikit enam buah dibandingkan Ronaldo. Namun United berhasil meraih empat gelar di musim itu.

Keberhasilan United menggusur Liverpool dari singgasana pemegang gelar terbanyak di Liga Inggris juga tidak diimbangi dengan ketajaman Rooney. Ketika United berhasil meraih gelar ke-19, Rooney hanya mencetak 16 gol. Jumlah gol tersebut kembali muncul ketika United berhasil meraih gelar ke-20 pada 2013. Pada dua musim tersebut Rooney harus melayani Dimitar Berbatov dan Robin Van Persie.

Pada musim ini Rooney sudah berstatus pencetak gol terbanyak bagi Manchester United dengan tiga golnya yang semuanya dicetak ke gawang Club Brugge. Namun gol-gol nya di Liga Inggris belum juga hadir. Banyak yang kecewa terkait penampilan Rooney di liga terutama ketika dirinya justru terjatuh alih-alih mencetak gol ketika berhadapan satu lawan satu dengan Fabianzki ketika menghadapi Swansea dua pekan lalu. Tidak sedikit juga yang mencoba untuk positive thinking bahwa permainan Rooney menurun karena dirinya yang sudah merasa nyaman bermain di lini tengah United.

Lalu, dilema pun terjadi. Dengan mulai menanjaknya penampilan Rooney musim ini ditambah dengan ketajamannya, masih mungkinkan mitos tersebut berulang?

*Penulis merupakan mahasiswa Psikologi di salah satu universitas di Yogyakarta dan fans Manchester United berakun twitter @ajielito

Komentar