Sunderland Harus Singkirkan Ricky Agar Tidak Terdegradasi

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Sunderland Harus Singkirkan Ricky Agar Tidak Terdegradasi

Oleh: Krisna Prihantoro


Mimpi buruk Ricky Álvarez tidak berakhir seiring dengan ditutupnya bursa transfer musim panas tahun ini. Ia masih harus bersabar menanti keputusan FIFA terkait urusan transfer dirinya antara Inter Milan dan Sunderland. Ironisnya, kedua kesebelasan tersebut bukan berebut memilikinya.

Bukan rahasia lagi bahwa Massimo Moratti, pemilik Inter Milan sebelum Erick Thohir, tergila-gila kepada pemain kidal. Álvaro Recoba, Christian Vieri, dan Adriano adalah beberapa nama yang pernah memuaskan hasrat Moratti. Jika saja saat ini Moratti masih berada dalam masa jayanya, ia pasti sudah mengirimkan cek kosong pada Barcelona untuk membiru-hitamkan Lionel Messi.

Pendek kata, dengan sisa-sisa kejayaan Moratti, Inter berhasil mendatangkan Ricky pada musim panas 2011. Besar harapan Moratti kepada Ricky, namun pemain yang pernah disebut Moratti sebagai titisan Mario Corso ini gagal memenuhi ekspetasi karena seringkali terlilit masalah cedera. Dalam musim terbaiknya saja, 2013/14, Ricky hanya mencetak 4 gol dan 8 assist dari 29 penampilan bersama Nerazzuri di semua kompetisi. Alejandro Sabella, eks pelatih kepala Tim Nasional Argentina, merasa catatan tersebut cukup untuk membawa Ricky ke Piala Dunia Brasil 2014.

Selain Sabella, Gus Poyet adalah juru taktik lain yang tertarik kepada Ricky. Poyet meminjam Ricky dari Inter pada deadline day bursa transfer musim panas tahun lalu untuk memperkuat kesebelasannya, Sunderland. Dalam kesepakatan peminjaman disebutkan bahwa klub yang bermarkas di Stadium of Light tersebut memiliki kewajiban untuk mempermanenkannya senilai kurang lebih 7 juta Poundsterling jika mereka berhasil lolos dari jurang degradasi pada akhir musim.

Akan tetapi masalah datang ketika musim 2014/15 berakhir dan Sunderland yang berhasil finish di urutan ke 16 klasemen akhir Premier League musim lalu enggan melaksanakan kewajibannya. Alasannya sederhana: cedera lutut yang dua kali menimpa Ricky membuatnya lebih banyak menghabiskan hari-hari sebagai pesakitan. Sekedar duduk di bangku cadangan saja ia tidak mampu.

Jika ditotal, dari dua cedera yang dialaminya pada musim lalu, Ricky harus absen selama 137 hari dan melewatkan 16 pertandingan yang dimainkan Sunderland. Momen yang paling diingat fans Sunderland tentang Ricky mungkin hanya ketika dirinya turut menyumbang gol dalam kemenangan 3-1 atas Fulham pada babak ke empat Piala FA. Selebihnya tak banyak yang dapat Ricky persembahkan.

Namun alasan tersebut tak bisa diterima Inter yang kadung telah berangan-angan untuk membelanjakan uang tersebut sejak jauh-jauh hari. Klub sekota AC Milan tersebut pun lebih memilih untuk mengadukan masalah tersebut ke FIFA ketimbang menerima kembali Ricky ke dalam skuad besutan Roberto Mancini.  Sial bagi Ricky karena hingga penutupan bursa transfer FIFA belum memberi putusan pada kasus ini.

Sejujurnya meski terdengar masuk akal, alasan Sunderland memang terlihat naif. Mereka berusaha untuk menyembunyikan kesalahan dengan sesuatu yang sebenarnya bisa diantisipasi jika saja mereka sedikit lebih jeli ketika meminjam Ricky. Di situs transfermarkt saja terang-terangan tertera bahwa selama membela Inter, Ricky menderita cedera selama 219 hari. Ketika masih membela Vélez Sársfield, Ricky juga pernah menepi selama 184 hari. Tidak ada yang disembunyikan dalam catatan perjalanan karir Ricky.

Dengan riwayat cedera yang buruk, Sunderland mestinya tak buru-buru meneken kesepakatan untuk membeli Ricky akhir musim.  Mereka bisa menyodorkan tawaran berisi kewajiban untuk membeli jika Ricky jika sang pemain mampu tampil dalam jumlah pertandingan tertentu. Cara ini digunakan Inter Milan ketika meminjam Davide Santon dari Newcastle United. AS Monaco juga sedang menjalin kesepakatan serupa saat ini perihal peminjaman Stephan El Shaarawy dari AC Milan.

Nasi telah menjadi bubur. Yang dapat Sunderland lakukan hanyalah banyak-banyak berdoa. Bukan hanya agar meraih kemenangan dalam kasus Ricky, tapi juga agar silogisme hipotetik tak menimpa mereka.

Sunderland akan mempermanenkan Ricky jika tidak terdegradasi.

Sunderland tidak mempermanenkan Ricky

Sunderland ... kita semua tahulah.

Dalam sepakbola tentu saja silogisme seperti itu tak akan berlaku, karena salah satu premis memang telah berlalu. Namun bagi Sunderland setidaknya mereka harus lebih berhati-hati karena  musim ini mereka kembali merekrut pemain-pemain yang memiliki riwayat cedera yang buruk seperti Younès Kaboul, Adam Matthews, dan Fabio Borini.

Penulis adalah buruh dan copywriter lepas. Berdomisili di Wonogiri. Dapat dihubungi lewat akun Twitter @krisnacore.

Komentar