Ronaldo: Necessary Evil Milik Messi

Panditcamp

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Ronaldo: Necessary Evil Milik Messi

Ditulis oleh Achmad Sofi Bakhri

Pembicaraan tentang Messi, secara otomatis juga akan menjadi pembicaraan tentang Ronaldo. Ia mirip dengan pembicaraan tentang Holmes yang tak akan bisa berjauh-jauhan dari sosok Moriarty.

Serial yang digarap oleh duet Mark Gatiss dan Steve Moffat merupakan karya sensasional. Ia diadaptasi dari tokoh fiksi mahakarya Sir Arthur Conan Doyle yang menyuguhkan tontonan cerdas dan menarik. Serial tersebut bercerita tentang kehidupan Sherlock Holmes sebagai seorang detektif. Ditemani oleh John Watson yang merupakan mitra seumur hidup, ia memecahkan banyak kasus yang awalnya dianggap sebagai kemustahilan.

Serial Sherlock Holmes diluncurkan pada medio tahun 2010-an dan telah mempunyai empat season. Rata-rata dalam satu season terdapat tiga episode. Season pertama terdiri dari beberapa judul yaitu: The Study of Pink, The Blind Bungker dan The Great Game. Masing-masing episode menceritakan kasus yang berbeda.

The Great Game menceritakan Sherlock Holmes yang menerima tantangan “permainan” dari sang rival, Moriarty. Beberapa kasus disiapkan Moriarty untuk menggiring dan mengetahui seberapa besar kehebatan Holmes.

Ditemani oleh Watson, Holmes ternyata sanggup menyelesaikan kasus-kasus tersebut dengan brilian. Dalam episode ini, untuk pertama kalinya sosok Moriarty ditampilkan. Ia digambarkan sebagai sosok yang sama jeniusnya dengan Holmes namun mempunyai kepribadian yang berbeda.

Jika Sherlock Holmes mengambil latar di Inggris, Spanyol juga mempunyai serial yang tak kalah menarik. Holmes dan Moriarty merupakan adaptasi tokoh fiksi karya Sir Arthur Conan Doyle. Sedangkan Messi dan Ronaldo adalah sebuah serial kisah nyata yang disuguhkan dalam bentuk berbeda.

Simak tulisan penulis kami tentang rivalitas Ronaldo dan Messi: Di Mana Letak Kesalahan Puntung Rokok untuk Messi dan Ronaldo?

AADCR7: Ada Apa dengan Cristiano Ronaldo?


Messi yang dianugerahi bakat sejak lahir tergambar pada sosok Sherlock Holmes. Walau punya kecerdasan dan kecerdikan di atas rata-rata, tak semua masalah bisa dipecahkannya. John Watson jelas punya andil besar dalam pekerjaannya.

Begitu pula dengan Messi di Barcelona. Messi merupakan deskripsi dari sebuah bakat yang disempurnakan lewat latihan. Dengan kegeniusan, ketepatan bertindak, kecepatan bergerak dan perangai yang dingin saat menyelesaikan peluang, ia terlihat seperti Holmes di lapangan hijau.

Messi tak selalu bisa mengonversi peluang yang ia buat  sendiri. Pemain Argentina itu kerap menerima bantuan dari rekan setimnya perihal mencetak gol. Benar-benar Holmes, bukan?

Dalam serial Holmes season pertama, Moriarty berperan sebagai rival Holmes. Ronaldo datang ke Real Madrid di tahun 2009 dari Manchester United. Kedatangan dan keberadaannya mirip dengan Moriarty yang datang ke Inggris hanya untuk melihat dan menantang kegeniusan Holmes.

Kalau mau jujur, Real Madrid yang dijuluki Los Galacticos hanya bergantung pada CR7. Tanpa mengesampingkan pemain lain, sejak kedatangannya, Ronaldo terkesan bekerja sendirian. Tabungan golnya jauh di atas rata-rata pemain lainnya. Hal ini menunjukkan kemiripannya dengan tokoh Moriarty dalam serial Sherlock Holmes.

Sebelum kedatangan Ronaldo dari kota Manchester, Messi tampil gemilang sendirian. Ia ibarat peran utama dalam serial La Liga yang membosankan. Sampai akhirnya di tahun 2009, Ronaldo datang “menyelamatkan” karier La Pulga.

Messi yang sedang bosan menjadi peran utama tanpa adanya seorang rival seolah kembali  bergairah. Kedatangan Ronaldo membuat serial La Liga kembali hidup. Baik Ronaldo maupun Messi, peran keduanya benar-benar membangun babak baru yang lebih mengasyikkan buat ditonton.

Dalam “The Great Games”, diceritakan bahwa Messi berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan kasus yang diberikan oleh Moriarty. Begitupun Messi yang kian memperlihatkan kemampuan terbaiknya setelah kedatangan Ronaldo. Dengan kualitas Ronaldo yang tidak bisa disanggah lagi, Messi merasa lebih tertantang dan lebih berkembang dari sebelumnya. Baik Moriarty ataupun Ronaldo, kedatangan mereka membuat tontonan lebih menarik.

Holmes merupakan representasi dari bakat alami sejak lahir. Dari kecil dia sudah menunjukkan kemampuannya dalam melihat berbagai detail dalam kasus. Sedangkan Moriarty, ia punya kemampuan yang sama baiknya dengan Holmes. Agaknya, mereka berdua tidak akan terlihat genius jika tidak disatukan dalam frame yang sama yang mempunyai kemampuan sama baiknya dengan Holmes datang di saat kondisi sedang menjemukan.Mereka berdua tidak akan terlihat jenius jika tidak disatukan dalam satu frame.

Layaknya Holmes yang membutuhkan kehadiran Moriarty, Messi juga membutuhkan kehadiran Ronaldo dalam karirnya. Tanpa kedatangan Ronaldo, Messi tidak akan terpacu untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ia tidak akan seberkembang dan sehebat sekarang tanpa kiprah CR7 di ranah sepakbola Spanyol. Messi memang sering menyebutkan bahwa gelar yang ia peroleh merupakan kerja keras rekan-rekannya di Barcelona. Namun, Ronaldo jelas mempunyai peran tersendiri dalam perjalanan karir dan raihan gelar La Pulga.

Sebaliknya, jika Ronaldo tak datang ke La Liga, pembicaraan tentang kehebatan Ronaldo hanya akan berkutat pada pembicaraan sepakbola Liga Inggris. Sama seperti Moriarty, Ronaldo tidak akan pernah punya kesempatan untuk disetarakan dengan pesepakbola terbaik dunia, Lionel Messi.

Moriarty adalah rival yang sepadan bagi Holmes. Diakui atau tidak diakui, ia memacu Holmes untuk mengeluarkan apa-apa yang terbaik yang ia punya. Ronaldo membikin Messi mengalami apa yang disebut dengan persaingan di ranah sepakbola.

Di atas segala perdebatan tentang siapa yang lebih baik, Ronaldo dan Moriarty adalah bentuk necessary evil, “kejahatan yang diperlukan”, Messi dan Holmes. Akibatnya, keduanya jelas harus lebih giat berlelah-lelah di atas lapangan hijau. Bukan hal yang terdengar menyenangkan, tapi coba bayangkan, apa asyiknya hidup tanpa kelelahan?

 Tulisan merupakan tugas materi pop culture #PanditCamp gelombang IV. Penulis dapat dihubungi lewat akun Twitter @sopibakhri.

Komentar