Danny Blind dan Hancur Leburnya Tim Nasional Belanda

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Danny Blind dan Hancur Leburnya Tim Nasional Belanda

Karya: Budi Windekind

Setelah mengantarkan timnas Belanda meraih peringkat tiga di Piala Dunia 2014, Louis van Gaal memilih mundur dari kursi kepelatihan. Keputusan itu diambil LVG karena hendak melanjutkan petualangan barunya bersama raksasa asal Inggris, Manchester United.

Sempat beberapa pekan tak berpenghuni, KNVB, induk organisasi sepakbola Belanda, akhirnya mendapatkan pelatih pengganti Van Gaal. Per 1 Agustus 2014, KNVB secara resmi menunjuk Guus Hiddink menjadi pelatih timnas Belanda, kali keduanya menukangi De Oranje.

Menilik rekam jejak Hiddink, publik Belanda maupun dunia tentu merasa bahwa tim oranye berada dibawah kendali orang yang tepat. Terlebih pada periode pertamanya menangani Belanda, Hiddink mampu membawa tim oranye lolos hingga semi final Piala Dunia 1998 sebelum akhirnya tunduk di tangan Brasil.

Tapi apa lacur, Belanda yang digadang-gadang masih akan tampil superior karena tetap diperkuat Arjen Robben, Robin Van Persie dan Wesley Sneijder, justru memble saat ditangani Hiddink. Laga uji tanding bertajuk debut kedua Hiddink berakhir dengan tragis akibat kekalahan 0-2 dari tim nasional Italia.

Pun dengan pertandingan perdana kualifikasi Piala Eropa 2016 grup A, dimana Belanda keok di tangan Republik Ceska dengan skor 1-2. Dari total sepuluh laga yang dilakoni Belanda dibawah komando Hiddink, hanya empat kemenangan yang dapat diraih, sisanya berupa sekali imbang dan lima kekalahan.

Desakan mundur pun mengemuka di seantero Belanda yang gerah melihat penampilan tak meyakinkan Arjen Robben dkk. Hingga akhirnya pada 30 Juni 2015 lalu, Hiddink secara resmi mengundurkan diri dari jabatan pelatih kepala timnas Belanda.

Hanya berselang sehari atau tepat 1 Juli 2015, KNVB pun kemudian mengumumkan bahwa Danny Blind naik pangkat menjadi pelatih kepala yang sebelumnya menjadi asisten Hiddink. Sosok Blind sendiri bukan nama asing di sektor manajerial timnas. Legenda hidup Ajax Amsterdam ini tercatat memulai kariernya sebagai asisten di timnas Belanda sejak 2012.

Awalnya Blind disiapkan pihak KNVB untuk menangani timnas pasca Euro 2016. Tapi pengunduran diri Hiddink yang baru setahun menangani timnas mau tak mau membuat KNVB merevisi skenario yang sebenarnya telah mereka susun sedemikian rupa.

Walau telah mengecap pengalaman menjadi asisten pelatih dalam rentang waktu yang cukup panjang, namun tak sedikit pengamat yang masih ragu pada kemampuan Blind untuk menjadi pelatih kepala timnas oranye.

Hal ini bermuara pada rekam jejak Blind yang tak begitu mengkilap saat menjadi pelatih kepala Ajax di musim 2005/2006 lalu. Ayah dari bek Manchester United, Daley Blind ini sesungguhnya mulai menukangi Ajax di penghujung Februari 2005. Kala itu ia ditunjuk untuk menggantikan peran Ronald Koeman yang mengundurkan diri usai tersingkir dari ajang Piala UEFA.

Musim 2005/2006 menjadi musim penuh pertamanya menjadi seorang pelatih kepala. Saat itu Blind dibebani target untuk merebut status sebagai kampiun di negeri bunga tulip dari sang rival, PSV Eindhoven.

Berbekal materi pemain sekelas Urby Emanuelson, Wesley Sneijder dan Klaas-Jan Huntelaar, publik meyakini bahwa Ajax sanggup mengudeta PSV dari tahtanya. Keyakinan ini diperkuat dengan performa menawan Ajax saat menggebuk PSV di ajang Johan Cruijff Schaal atau Piala Super Belanda. Waktu itu dua gol dari Nourdin Boukhari di menit ke-72 dan Ryan Babel di menit ke-78 mengeliminasi keunggulan PSV lewat Wilfried Bouma di menit ke-51.

Akan tetapi kekalahan De Godenzonen, julukan Ajax, dari rival tradisional mereka, Feyenoord Rotterdam, di laga De Klassieker pada pekan ketiga Eredivisie seakan menjadi alarm pertanda bahaya buat Blind. Apalagi kekalahan pahit itu terjadi di hadapan publik sendiri.

Benar saja, dua pekan berselang, giliran AZ Alkmaar yang sanggup menekuk Sneijder dkk. Sinyal tanda bahaya pun berbunyi lebih nyaring di Amsterdam Arena. Terlebih PSV Eindhoven saat itu terlihat begitu digdaya. Kritikan keras yang ditujukan kepada Blind pun semakin mengemuka.

Di akhir musim, target yang dicanangkan manajemen pun berantakan setelah Blind hanya sanggup membawa Ajax finis di peringkat empat klasemen akhir, berselisih 24 poin dari sang kampiun yang lagi-lagi direbut PSV. Musim yang tak mengenakkan di kompetisi liga tersebut sedikit terobati dengan trofi Piala Belanda yang diraih setelah menjungkalkan PSV dengan kedudukan 2-1 via brace Klaas-Jan Huntelaar.

Tambahan selembar tiket ke Liga Champions sesudah memenangi babak playoff dengan menekuk FC Groningen via keunggulan agregat 3-2 menjadi prestasi tersendiri. Tapi manajemen Ajax tampak tidak puas dengan hal tersebut sehingga mencopot Blind dari jabatannya sebagai pelatih dan menggantinya dengan Henk Ten Cate.

Usai perjalanan singkatnya dengan Ajax kala itu, Blind tak pernah lagi menukangi sebuah kesebelasan sepakbola. Sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Direktur Olahraga Sparta dan kemudian Ajax hingga tahun 2012.

Debut Mengecewakan Blind

Bermain dengan pola 4-3-3 khas Belanda menjadi pilihan Blind untuk melakoni debutnya sebagai pelatih timnas melawan Islandia yang tengah naik daun. Namun beraneka malapetaka seakan masih belum mau menjauh dari tim oranye sehinga menambah derita pria berambut ikal ini.

Dimulai dari cederanya sang kapten, Arjen Robben, saat laga baru berlangsung setengah jam hingga mesti ditarik keluar dan digantikan Luciano Narsingh. Lalu kartu merah bagi Bruno Martins Indi pada menit ke-33 akibat menyikut pemain lawan. Puncaknya, gol tunggal gelandang Swansea City, Gylfi Sigurdsson, dari titik penalti di menit ke-51 tak sanggup dibalas oleh Memphis Depay cs.

Debut Blind menukangi timnas berakhir dengan amat pahit. Suporter tim oranye yang hadir di Amsterdam Arena pun terlihat tak segan-segan menyoraki pemain-pemain Belanda yang terlihat mati kutu di sepanjang pertandingan.

Hasil buruk ini pada kenyataannya membuat posisi Belanda semakin terjepit karena disaat bersamaan Republik Cheska sanggup menekuk Kazakhstan dengan skor 2-1. Belanda pun terkunci di peringkat tiga klasemen dengan koleksi 10 poin hasil dari dari tiga kemenangan, sekali imbang dan tiga kekalahan.

Belanda saat ini tertinggal masing-masing enam dan delapan poin dari Republik Cheska dan Islandia. Peluang lolos secara otomatis ke Euro 2016 pun semakin jauh dari genggaman. Tentu agak mustahil berharap Republik Cheska atau Islandia kalah beruntun di tiga laga tersisa babak kualifikasi. Itu pun dengan catatan Belanda mampu menghabisi semua lawan-lawannya.

Target paling realistis bagi Belanda barangkali hanyalah lolos ke Euro 2016 melalui babak playoff. Akan tetapi hal ini juga bukan tugas mudah sebab Turki yang hanya tertinggal satu poin dari tim oranye terus mengintai untuk mencuri kesempatan.

Di tiga laga terakhir, anak asuh Blind berturut-turut harus bersua Turki, Kazakhstan serta menjamu Republik Cheska. Wajar jika Blind pusing tujuh keliling saat ini. Apa yang Hiddink wariskan benar-benar beban yang amat sangat besar.

Menarik untuk mencermati apa yang akan Blind perbuat di tiga laga tersebut karena dari ketiganya, hanya saat melawan Kazakhstan saja anak asuhnya punya kans menang paling besar. Sementara duel melawan Turki pada hari Minggu mendatang (6 September 2015) bisa jadi partai hidup mati karena akan menentukan sukses tidaknya Belanda menggenggam tiket ke babak playoff. Namun bukan perkara mudah juga untuk menggulingkan Turki di hadapan publiknya sendiri. Negerinya aktris cantik Gulcin Tuncok ini terkenal liat kala bertanding di depan suporter fanatiknya.

Kekalahan jelas akan semakin menenggelamkan peluang Belanda menuju Euro 2016. Sementara duel menghadapi Republik Cheska pada Oktober mendatang entah masih bisa menentukan nasib tim oranye atau hanya sekadar formalitas belaka.

Akan menarik sekali untuk menerawang langkah Blind bersama timnas oranye. Bisakah ia menyelesaikan tantangan yang teramat berat ini dengan sukses? Atau kariernya di timnas Belanda justru akan berlangsung singkat seperti masa baktinya di Ajax sedekade silam?

Menggemari sepakbola layaknya gadis-gadis menggemari drama Korea. Beredar di dunia maya dengan akun Twitter @Windekind_Budi.

foto: nu.nl

Komentar