Ini Chelsea FC, Bukan Chelsea Olivia

Panditcamp

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Ini Chelsea FC, Bukan Chelsea Olivia

Karya R.M. Agung Putranto W

Mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan. Jelas itu bukan omong kosong karena Chelsea FC sedang mengalami kesulitan mempertahankan gelar liga. Lain kisah dengan Chelsea Olivia. Chelsea yang satu ini lebih pandai dalam urusan mempertahankan. Kisah cinta selama tujuh tahun dengan Glenn Alinskie yang akan bermuara ke pelaminan, seharusnya bisa ditiru Chelsea FC dalam mempertahankan kejayaan di tanah Britania.

Terlalu dini memang menilai Chelsea gagal musim ini, namun perbandingan empat pertandingan awal dengan musim lalu jadi catatan. Musim lalu Chelsea selalu menang dalam empat pertandingan awal, musim ini baru satu kali kemenangan yang diraih, itupun dipetik dengan susah payah.

Persis dengan peliknya romansa anak manusia. Mempertahankan cinta terkadang tak seserius bagaimana kita mendapatkannya. Rayuan maut kala “pe-de-ka-te” tak ubahnya senjata sesaat hanya untuk mendapatkan cinta. Bagaimana cara membina, merawat, serta mempertahankan keharmonisan cinta terlupakan begitu saja. Tak jarang, kegagalan menjalin hubungan menjadi harga mahal yang harus dibayar.

Musim lalu Chelsea sangat berambisi merengkuh trofi liga Inggris yang terakhir singgah tahun 2010. Top of the league sejak hari pertama hingga kompetisi berakhir membuktikan kesungguhan dan kualitas Chelsea. Musim ini ada yang aneh dengan romansa Chelsea. Kendati diisi oleh penggawa yang tidak jauh berbeda dengan musim lalu, Chelsea seolah lupa pernah menjadi juara. Mungkin masih terlena dalam buai asmara atau dilanda kejenuhan dalam menjalin hubungan. Apapun itu, Chelsea sedang lupa cara mempertahankan sesuatu yang dulu didapatkannya dengan sempurna.

Buruknya Pertahanan

Musim lalu gawang Chelsea kemasukan enam kali dari empat pertandingan, musim ini sudah sembilan kali. Sebelum menyimpulkan bahwa Chelsea membutuhkan bek baru, mari uraikan dulu permasalahannya.

Dua pivot Chelsea musim lalu—Fabregas dan Matic, sangat disiplin menjaga area pertahanan. Sebelum bola sampai kepada empat pemain bertahan, dua gelandang di depannya sangat lugas membaca arah bola.

Fabregas gagal berperan sebagai gelandang kreatif dalam empat pertandingan, padahal musim lalu ia adalah sang raja assist. Musim lalu bola dari Fabregas lebih sering mengalir ke Hazard, oper-mengoper antar dua sejoli itu bahkan terbanyak di EPL. Kini, ketika Hazard dijaga ketat, Fabregas mengalami kebuntuan. Bola lebih sering dilambung ke depan tanpa perhitungan. Alhasil, serangan Chelsea menguap begitu saja.

Jika musim lalu Matic adalah jangkar, musim ini Matic tetaplah jangkar, hanya saja karatan. Banyaknya kesalahan dalam membaca pergerakan bola, membuat jangkar Chelsea mudah ditembus. Bahkan saat laga di The Hawthorns, kesalahan Matic berbuah penalti bagi lawan.

Sembilan gol dalam empat pertandingan sulit ditangkap nalar jika berbicara Chelsea yang terkenal akan parkir bus-nya itu. Sembilan gol yang membuat bus itu terjerembab di papan tengah klasemen, nyaris semua berasal dari sisi kanan. Ivanovic selaku penanggung jawab jelas menjadi sasaran. Pada pertandingan melawan Swansea, Ivanovic dieksploitasi oleh Montero, membuat dirinya ikut disalahkan akan prosesi gol Ayew. Begitu pula saat melawan West Brom dan Crystal Palace, sisi kanan Chelsea menjadi lumbung gol bagi dua gol Morrison, satu gol Sako, dan satu gol Ward.

Chelsea merespon hal ini dengan mendatangkan Baba Rahman yang bermain sebagai bek kiri dengan harapan Azpilicueta bisa kembali beroperasi di posisi asalnya; bek kanan. Alih-alih mengharapkan skema demikian, Jose Mourinho tampaknya punya hubungan spesial dengan seorang Ivanovic. Entah apa yang ada di pikiran Mou, Ivanovic selalu tampil penuh selama 90 menit meski sudah tampil buruk sejak menit pertama. Alhasil gol demi gol lahir dari buruknya pertahanan di sisi kanan.

Selain itu John Terry juga sudah habis. Kartu merah yang ia terima saat melawan West Brom membuktikan ia sudah tiada sanggup beradu lari. Musim lalu dirinya sempat menyindir Benitez yang tidak memainkannya secara rutin karena diangap sudah tua, namun kini ia harus menelan ludahnya sendiri. John Terry memang seorang kapten, pemimpin, dan legenda klub, namun klub juga harus realistis jika hendak mempertahankan kisah cinta dengan Silverware.

Lain kisah dengan Chelsea Olivia, tujuh tahun masa pacaran tentu akan dengan mudah diserang rasa bosan. Namun perempuan kelahiran Lampung itu mengungkapkan kepada Tabloid Bintang, bahwa pentingnya komunikasi menjadi kunci. Bahan obrolan tentang apa saja yang bisa didiskusikan meningkatkan rasa cinta yang membuncah di dada. Dengan sendirinya hal itu akan berdampak pada kualitas hubungan sekaligus menjadi bentuk pertahanan dari kejenuhan menjalin hubungan.

Mencari Jalan Keluar

Chelsea FC memang bukan Chelsea Olivia, mempertahankan hubungan asmara jelas tidak sebanding dengan mempertahankan gelar juara liga. Namun yang harus dipetik dari sepenggal kisah Chelsea Olivia adalah tentang bagaimana kesanggupan mempertahankan apa yang sudah didapat selama bertahun-tahun.

Musim lalu dalam empat pertandingan Chelsea berhasil mencetak 15 gol. Musim ini bahkan tidak sampai setengahnya. Pergerakan Diego Costa selaku ujung tombak Chelsea di lini depan sudah dapat dibaca lawan. Ketatnya penjagaan terhadap Costa membuat dirinya kesulitan mencetak gol.

Karakteristik seorang juara adalah mampu menemukan jalan keluar dalam situasi sesulit apapun. Meski telah mendatangkan Pedro, faktanya kehadiran Pedro masih belum mampu mengangkat Chelsea ke jalur juara. Chelsea seharusnya tidak kehabisan cara menemukan jalan keluar. Kompetisi masih panjang dan masih ada waktu untuk berbenah. Buruknya pertahanan terutama di sisi kanan, penyelesaian akhir yang tidak sempurna, miskinnya kreasi bola mati, rapuhnya gelandang bertahan, dan minimnya ruang gerak bagi Costa adalah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sang juara bertahan.

Penulis adalah peserta kelas menulis di #PanditCamp kelas kedua, dapat dihubungi melalui akun twitter @agungbowo26.

Komentar