Kesempatan Gnoukouri untuk Memanfaatkan Kepergian Kova?i?

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kesempatan Gnoukouri untuk Memanfaatkan Kepergian Kova?i?

Mateo Kovacic telah resmi meninggalkan Internazionale Milan untuk memperkuat sektor gelandang serang Real Madrid era Rafael Benitez pada bursa transfer musim panas 2015. Kini, kepergian eks pemain nomor 10 Inter itu hanya meninggalkan perdebatan pro dan kontra kebijakan transfer kesebelasan milik Erick Thohir tersebut jelang musim baru 2015/2016.

Sebelumnya, Kovacic merupakan pemain proyeksian jangka panjang I Nerazzurri karena usianya baru menginjak 21 tahun. Tapi rasanya Roberto Mancini, pelatih Inter, tidak perlu dipusingkan atas perdebatan Kovacic, karena selain posisinya sudah digantikan Stevan Jovetic, Inter juga bisa mengambalikan tradisi generasi-generasi berbakat produksi Kota Milan.

Jika menilik kembali pertandingan Derby della Madonnina pada putaran ke dua Serie-A musim lalu, terdapat hal baru dan berbeda pada susunan pemain Nerazzurri. Derby Milan pada bulan April lalu adalah gambaran dari semua baik dan buruk tentang keberadaan Kovacic bersama Inter.

Pada pertandingan melawan AC Milan tersebut, Kovacic ditempatkan sebelah kiri pada tiga pemain tengah Inter bersama Gary Medel di tengah dan Assane Gnokouri di sebelah kanan. Sedangkan posisi gelandang serang belakang dua penyerang diperani oleh Hernanes.

Kovacic sebetulnya lebih nyaman pada peran rekannya dari Brasil itu seperti yang dilakoninya selama pra musim 2015/2016. Tapi dengan adanya Hernanes, ia harus menyambung perasaan kecewanya di Inter yang menjadi salah satu faktor kepergiannya.

Sementara posisi Kovacic sebagai gelandang kiri pada partai Derby Milan saat itu menunjukan ketidaknyamanannya. Posisinya tersebut memaksanya untuk selalu menyerang, bergerak menusuk ke sepertiga wilayah akhir lawan dan jarang membantu pertahanan Inter minimal dari sektor tengah. Sehingga tidak jarang ketika Kovacic kehilangan bola, pos yang ditinggalkannya dengan mudah dikuasai Milan.

Tapi beruntung bagi Nerazzurri saat itu, kekosongan posisi yang ditinggalkan Kovacic masih bisa ditutup Juan Jesus, full-back kiri, atau Gary Medel. Lalu bagaimana posisi tengah atau depan kotak penalti sepeninggal Medel? Pada area tersebutlah Gnoukouri bermain dengan mobilitas tinggi.

Ia rela bergerak lebih ke tengah untuk menutup posisi Medel yang bergeser ke kiri, lalu kembali ke sisi kanan untuk membantu serangan Inter melalui sektor tersebut. Bahkan Gnoukouri terkadang menutup pertahanan sisi kanan sepeninggal Danilo D'Ambrosio, full-back kanan, yang sering naik membantu serangan.

Pada awalnya sebagian besar memperkirakan Gnoukouri hanya menjadi tokoh anonim pada laga Derby Milan saat itu karena usianya masih 18 tahun. Nyatanya tidak ada kepanikan yang diperlihatkan pemain asal Pantai Gading tersebut. Dirinya menunjukan dua kali lebih tenang ketimbang pesepakbola seumurannya.

Gnoukouri layaknya menjadi metronom bagi permainan Nerazzurri pada 10 menit pertandingan babak pertama. Sampai ia digantikan pada menit ke-67, akurasi operannya mencapai rataan 85 persen. Ia pun cuma gagal empat kali dalam memberikan bola kepada rekan-rekannya.

Gnoukouri pass

Grafis operan Gnoukouri ketika melawan AC Milan pada putaran ke dua Serie-A 2014/2015.

Media Football Italia menceritakan bahwa sejak kembali menangani Inter pada 2014, ia sempat beberapa kali mengisyaratkan menyukai permainan Gnoukouri. Saat melawan Verona, ia melakukan debut dari bangku cadangan mengganti Medel, walau cuma bermain 11 menit namun akurasi operan tepat sasarannya mencapai 86 persen sehingga cukup meyakinkan Mancini untuk tampil sejak menit awal pada Derby della Madonnina.

Hasilnya, Gnoukouri tidak mengecewakan untuk ukuran pemain seusianya pada laga besar. Ia berdiri di lini tengah Inter dalam atmosfer tribun Derby Milan yang luar biasa, yang identik dengan perpaduan suara bom kertas dan suar (red flare) pra-pertandingan.

Suasana yang cukup menegangkan, terutama bagi pemain yang memiliki sedikit pengalaman seperti Gnokouri. Ia pun menjadi bukti bahwa pemain-pemain jebolan Inter Primavera juga bisa diandalkan pada laga-laga yang tak mudah.

Apalagi atmosfer pertandingan Derby della Madonnina putaran dua Serie-A 2014/2015 itu sedang memanas, karena nasib kedua belah pihak sedang terperosok di papan tengah klasemen sementara.

Lini tengah Inter pun bisa dikatakan lebih mendominasi permainan akibat keberadaan dua pemain yang menonjol saat itu, Kovacic dan Gnoukouri. Keduanya bermain dengan membangun kombinasi secara luar biasa ketika menyerang. Performa mereka seperti menunjukan kalau keduanya sudah bermain bersama dalam waktu bertahun-tahun.

Gaya permainan Gnoukouri dan Kovacic memang tidak sama, namun mereka menawarkan sesuatu yang sama sekali berbeda untuk kesebelasannya. Khusus Kovacic, Inter sendiri sebetulnya tidak berhasil mencari tahu cara terbaik untuk memaksimalkan potensi mantan pemain Dinamo Zagreb tersebut. Gnoukouri cocok dalam sistem yang dibangun Mancini, terutama soal kedisiplinan tugas di lapangan, yang bisa membuatnya lebih efisien dan matang dalam beberapa tahun ke depan.

Gnoukouri memang tidak serta merta bisa menggantikan Kovacic karena gaya permainan keduanya yang sangat berbeda. Kovacic memang memiliki potensi kelas dunia, tapi Gnoukouri menawarkan sesuatu yang lain. Untuk saat ini pun ia bisa diandalkan menjadi pemain alternatif Mancini yang jauh lebih mudah untuk dimainkan daripada Medel, Macelo Brozovic bahkan Geoffrey Kondogbia.

Pemain yang pernah merasakan akademi Marseille itu merupakan jenis pemain berbeda yang bisa menawarkan keamanan di lini tengah. Jika Mancini memberikan kesempatan, maka ia juga bakal berkembang menjadi bagian integral tim. Sekarang Kovacic pergi ke Madrid untuk memberikan tempat bagi Gnoukouri yang sedang bersiap menjalani musim dengan.

Pertandingan melawan Atalanta Senin (24/8) dini hari nanti akan menjadi kesempatan bagi Mancini untuk mengamati Gnokouri sebagai talenta muda berbakat yang kini dibutuhkan Inter. Apalagi kritik yang dialamatkan kepada Inter tentang sistem pemain muda yang jarang digunakan, semakin deras diserukan media-media Italia. (Koreksi, sebelumnya lawan ditulis Udinese)

Bukan tidak mungkin jika pada akhir musim ini Gnoukouri bisa dipandang sebagai kisah sukses pembinaan Inter. Kabar baiknya, klub  ini pun bakal memiliki daftar panjang calon pemain masa depan, mengingat mereka juga harus beroperasi di bawah ketentuan Financial Fair Play.

 

Sumber : ESPN, Inter Milan, Football Italia, La Gazzetta dello Sport, Squawka, Wikipedia,

Komentar