Kegigihan Perlawanan Sevilla atas Barcelona yang Membuktikan Keindahan Sepakbola

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Kegigihan Perlawanan Sevilla atas Barcelona yang Membuktikan Keindahan Sepakbola

Ditulis oleh Arief Hadi Purwono

Perkara-perkara radikal seperti pilihan untuk mencintai sesuatu bukanlah hal yang pantas buat diatur-atur. Begitu pula dengan keputusan untuk menyukai sepakbola, olahraga yang kini menjadi sasaran empuk industrialisasi. Ada yang menyukainya, ada pula yang tidak.

Bagi sebagian orang, sepakbola memiliki keindahan yang jauh lebih hebat daripada romantisme yang kerap digadang-gadangkan Edward Anthony Masen Cullen dan Isabella Marie Swan Cullen dalam saga film “Twilight”.

Dan jika membicarakan keindahan sepakbola, laga Barcelona kontra Sevilla dalam gelaran UEFA Super Cup 2015 merupakan salah satu contoh yang paling tepat.

Tbilisi Menggila, Dunia Terhibur

Saya berani menjamin Anda bakal menyesal jika tak menyaksikan laga yang mempertemukan Sevilla dan Barcelona di stadion Boris Paichadzis Erovnuli, Tbilisi, Georgia.

Pesta gol, drama, comeback heroik Sevilla, keringat dingin para pemain Barcelona, penalti, riuh penonton hingga luapan emosi kedua pelatih menghiasi sembilan gol yang tercipta. Lima untuk Barcelona, empat untuk Sevilla, hingga Barcelona menambah koleksi trofinya tahun ini.

Lima gol Barcelona dicetak oleh Lionel Messi (dua gol), Rafinha, Luis Suarez dan Pedro Rodriguez. Sementara empat gol Sevilla diciptakan Ever Banega, Jose Antonio Reyes, Kevin Gameiro (penalti) dan Yevhen Konoplyanka.

Untuk sesaat, lupakan gol-gol para aktor lapangan itu dan coba berpikir, apakah ini alasan para pesepakbola profesional Eropa digaji mahal? Apa ini yang namanya hiburan sesungguhnya?

Messi digaji 19 miliar rupiah per pekannya; entah bagaimana cara menghabiskannya, dan bermain sesuai bahkan melebihi bayaran yang didapatnya. Begitu pula dengan 28 pemain lainnya (termasuk pemain cadangan) yang memberi hiburan bagi penonton netral yang rela mengurangi jam tidurnya. Belum lagi dengan fans kedua klub, yang jelas tak bisa duduk tenang selama pertandingan berlangsung.

Barcelona dan Sevilla menyuguhkan permainan menghibur dan jual-beli serangan dengan cara yang berkelas, seperti saat kedua tim menciptakan gol dan determinasi. Kegigihan keduanya semacam membuktikan kalau slogan “football at its best” yang diusung UEFA Super Cup bukan sekadar omong kosong.

Pahlawan di Segala Lini

Bagi banyak penulis, aktor dan seniman lainnya, Andalusia adalah kawasan yang menjadi sumber inspirasi dalam berkarya. Kawasan yang terbagi menjadi kota Cordoba, Seville, Cadiz dan Granada ini pernah melahirkan seniman terkenal bernama Pablo Picasso.

Andalusia bisa disebut sebagai surga dunia setelah Moors menginvasi Spanyol di abad kedelapan dan menjadikannya wilayah kerajaan El Andalus waktu itu. Sejarah Andalusia berbeda dengan Catalonia yang di masa lalu identik dengan perebutan wilayah kekuasaan dan kegigihan untuk memerdekakan diri dari Spanyol.

Lantas, yang menjadi pertanyaan, apa hubungan antara sejarah singkat kedua kawasan tersebut dengan laga Barcelona kontra Sevilla?

Walaupun tidak dapat dipastikan kalau para pemain juga berpikir sama, buat fans kedua kesebelasan, skuat yang berlaga di Georgia waktu itu adalah pahlawan.

Sebagai penjaga gawang, Beto patut diapresiasi lebih karena tampil baik menyelamatkan gawangnya hingga membikin pemain-pemain Sevilla percaya kalau mereka dapat mengejar ketertinggalan. Kiper Portugal berusia 33 tahun ini melakukan lima penyelamatan, lebih baik daripada Stegen yang hanya melakukan dua penyelamatan.

Banyaknya penyelamatan bisa diartikan sebagai keringkihan pertahanan tim. Akibatnya, penjaga gawang hingga kiper terpaksa bekerja keras mengamankan gawangnya. Secara statistik, penguasaan bola Barcelona mencapai 66%, sementara dari 24 tendangan, 10 di antaranya tepat sasaran.

Duet sentral Sevilla yang ditempati Grzegorz Krychowiak dan Adil Rami bisa dikategorikan sebagai keputusan berani buat Unai Emery. Krychowiak sebenarnya berperan sebagai gelandang bertahan, sementara Rami baru saja didatangkan dari AC Milan sehingga masih memerlukan banyak waktu untuk beradaptasi.

Kinerja mereka kian sulit menghadapi trisula Barca yang sangat berbahaya di sepanjang laga. Beruntung Emery cukup cerdas dengan menempatkan Michael Krohn-Dehli dan Ever Banega di tengah sebagai double pivot atau gelandang jangkar.

Mereka dengan heroiknya menjalankan tugas sebagai tembok pertama saat Barca menyerang. Saat Banega diplot menempel Messi, Krohn-Dehli yang menjelajahi ruang tengah, berkali-kali berupaya memotong dan merebut bola dari kaki lawan.

Selain menciptakan empat tekel dan dua tembakan, Banega menjalankan perannya sebagai dirijen permainan Sevilla. Ia juga berhasil merebut bola dari kaki lawan dua kali. Sedikit-banyak, kegigihannya ini mengingatkan saya akan sosok Mamoru Izawa dalam animasi “Captain Tsubasa”. Serupa Banega, Izawa dijuluki Field Soldier karena bertarung tanpa kenal lelah di lini tengah, dan membentuk segitiga sakti bersama Hanji Urabe dan Taro Misaki di klub Nankatsu FC.

Tak banyak yang melihat pemain seperti mereka, karena tertutup kegemilangan pemain yang beroperasi di depan dan mencetak gol.

Sejatinya, tak ada yang salah dengan taktik Emery, terutama dengan pemain anyar klub seperti Ciro Immobile, Konoplyanka, Rami dan Krohn-Dehli. Hanya saja, Barca memang terlalu tangguh dan tahu cara meraih kemenangan.

Taktik Enrique dinilai buruk oleh pandit sepakbola Eropa dalam beberapa kesempatan, seperti saat menempatkan Sergi Roberto sebagai bek kiri dan baru memasukkan Pedro Rodriguez di babak tambahan.

Enrique diselamatkan oleh kegemilangan sang alien, Lionel Messi. La Pulga tak butuh motivasi tambahan usai dikritik habis-habisan pasca kegagalan di Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015. Di pertandingan ini ia tak hanya mencetak dua gol, tetapi juga membuka ruang bagi rekan-rekannya.

Kelemahan pasukan Catalonia dalam pertandingan yang dipimpin William Collum ada pada diri mereka sendiri. Seakan jemawa dengan keunggulan 4-1, Barca mengendurkan serangan dan memberi kesempatan Los Nervionenses bangkit.

Pada akhirnya setelah memacu adrenalin selama 90 menit lebih, Pedro yang kerap menghiasi media Inggris dan Spanyol berhasil mencetak gol penentu dan menyudahi perjuangan Sevilla.

Lewat perlawanan Sevilla yang membikin kesebelasan raksasa macam Barcelona tak bisa memenangkan laga ini dengan mudah, sepakbola lagi-lagi berhasil membuktikan keindahannya.

Penulis biasa beredar di dunia maya dengan akun Twitter @Ariefpurs

Komentar