Prediksi Juara Liga Champions Berdasarkan Koefisien dan Nilai Pasar

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Prediksi Juara Liga Champions Berdasarkan Koefisien dan Nilai Pasar

Dikirim oleh : Christianto Octiandi*

Liga Champions adalah tentang pesona. Juara dari semua liga di Eropa turut berpartisipasi, pun dengan kesebelasan besar dari liga-liga top Eropa. Penonton dimanjakan, klub diuntungkan.

Mulai musim ini, UEFA memutuskan untuk menaikkan hadiah partisipasi hingga 62 persen. Kesebelasan yang mencapai babak grup mendapatkan 12 juta euro. Tim yang menang di babak grup mendapatkan 1,5 juta euro. Angka ini terus melonjak mulai babak 16 besar, dengan tim yang juara mendapatkan 15 juta euro atau naik 43 persen ketimbang musim sebelumnya. Jumlah tersebut tentu tak termasuk dari klausul kontrak tambahan sponsor dan penjualan merchandise.

Besaran pendapatan tersebut membuat kesebelasan yang berpartisipasi sebisa mungkin menyiapkan penampilan terbaik mereka. Ini yang seringkali menjadi alasan “konsentrasi terpecah” karena baik Liga Champions dan liga domestik sama pentingnya. Kian kompetitifnya tiap kesebelasan menjadikan banyak pengamat memprediksi siapa yang akan keluar untuk juara.

Ranking Klub dan Liga di UEFA

Sama halnya dengan negara anggota FIFA, kesebelasan Eropa pun memiliki ranking yang diurutkan oleh UEFA. Ranking ini diukur berdasarkan nilai koefisien masing-masing kesebelasan dalam kompetisi Eropa. Koefisian dapat menjadi alat ukur performa suatu kesebelasan.

Koefisien 1

Koefisien 2

Cara: Menghitung Koefisien Klub Eropa

Dari ranking 30 kesebelasan top Eropa, barangkali banyak yang bertanya-tanya mengapa ada kesebelasan medioker yang menempati peringkat tinggi. Mengapa pula Benfica bisa mengalahkan PSG dan Bayer Leverkusen ada di atas Manchester United?

Koefisien dihitung berdasarkan performa klub di Liga Champions dan Liga Europa selama lima tahun terakhir. Wajar rasanya jika Benfica memperoleh koefisien lebih tinggi dibanding PSG karena pada musim 2011/2012 Benfica mencapai fase grup Liga Champions dan final Liga Europa. Pada musim selanjutnya, Benfica mencapai babak perempat final Liga Champions. Benfica mengulang musim 2011/2012 pada musim 2013/2014 di mana mereka kembali ke babak final Liga Europa. Selain itu, koefisien Liga Portugal lebih tinggi ketimbang Liga Prancis, yang membuat Benfica mendulang tambahan koefisien lebih banyak.

Dari perhitungan di atas, semua bisa melihat bahwa performa tiap klub di Liga Champions maupun Europa League amat berpengaruh pada peringkat klub dan liga domestik masing-masing. Peringkat koefisien ini pula yang memengaruhi jatah sebuah liga di kompetisi Eropa. Daftar koefisien ini dapat dijadikan acuan untuk melihat kesebelasan yang sedang stabil karena data diambil selama lima musim terakhir.

Melihat kecenderungan dari daftar koefisien, wajar rasanya jika musim depan masih akan ada tiga kesebelasan Spanyol dalam daftar koefisien UEFA.

Nilai Dari Skuad

Pesepakbola merupakan aset utama kesebelasan. Kualitas pesepakbola bisa mencerminkan kekuatan dan seberapa kompetitifnya suatu kesebelasan. Angka-angka yang hadir kerap kali subjektif. Maka, untuk mengukur kekuatan skuat, perlu adanya nilai kuantitatif yang bersifat objektif.

Dalam dunia nyata sulit untuk mendapatkan data yang menggambarkan skor kemampuan (ability) pemain seperti dalam gam esepakbola. Nilai yang biasanya digunakan adalah nilai pasar dalam satuan uang yang menentukan skor kemampuan seorang pemain. Makin besar nilai pasar suatu kesebelasan, semakin kuat juga kesebelasan tersebut.

Pasar

Real Madrid masih menjadi kesebelasan paling bernilai dengan total nilai pasar skuat mereka yang mencapai 520 juta euro. Posisi kedua dan ketiga ditempati FC Barcelon dengan Bayern Munich.

Jika melihat secara kasat mata, Real Madrid memiliki amunisi paling kuat dari semua kesebelasan di Eropa. Hal serupa pun didapatkan dari nilai masing-masing individu.

Skuat El Real berjumlah 26 pemain. Jika nilai pasar mereka mencapai 520 juta euro, rataan nilai per individu mencapai 20 juta euro. Barcelona mencatat jumlah yang tak kalah besar yakni 482 juta euro yang dengan skuat 27 orang, berarti setiap pemain rata-rata bernilai 17,9 juta euro. Namun, tetap saja angka ini masih di bawah nilai pemain Real Madrid.

Siapa yang Akan Berjaya

Dari data-data di atas, secara umum Real Madrid, Barcelona, Bayern Munich, dan Chelsea yang bisa menjadi kandidat kuat juara Liga Champions. Liga Spanyol pun kemungkinan akan tetap menempatkan wakilnya di Liga Champions apabila Valencia lolos dari babak play-off. Lima kesebelasan Spanyol tersebut menempati peringkat 20 besar UEFA dan peringkat 15 besar kesebelasan paling bernilai, kecuali Valencia pada peringkat ke-29.

Liga Inggris membuntuti Spanyol dengan menempatkan Chelsea, Manchester United, Manchester City, Arsenal dan Liverpool ke dalam peringkat delapan besar kesebelasan paling bernilai.

Liga Jerman agaknya masih akan bertumpu pada Bayern Munich. Namun, penampilan Vfl Wolfsburg, Borussia Monchengladbach, dan Bayer Leverkusen masih tetap menarik untuk disimak.

Banyak yang barangkali bertanya mengapa Juventus tidak diunggulkan mengalahkan Madrid pada musim lalu? Bagaimana pula Porto dan Monaco mencapai final Liga Champions mengalahkan kesebelasan besar lainnya? Dua hal tersebut tentu menyalahi unsur dari nilai koefisien dan nilai pasar suatu kesebelasan.

Perlu diingat bahwa sekuat apapun sumber daya dimiliki, hal tersebut tak akan berguna jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Di sinilah peran pelatih dan staf-staf lainnya muncul karena mereka lah yang bertanggung jawab. Merek air mineral terkenal sekalipun bisa kalah bersaing jika dijual di segmen pasar yang salah. Disinilah hal ini menjadi menarik. Walaupun kita sudah punya gambaran umum klub yang menjadi kandidat kuat juara, analisis pre-match dan post-match tiap pertandingan Liga Champions tetap harus diikuti, karena hasil yang muncul bisa menjadi sangat tidak terduga. Kepintaran dan kejelian pelatih dalam menentukan strategi dan kelemahan lawan, memaksa lawan yang lebih kuat bermain di “segmen pasar yang salah” akan mengubah jalan pertandingan dan menggugurkan segala prediksi awal musim yang sudah dibuat.

*Penulis merupakan mahasiswa tinggal di Bogor berakun twitter @c_octiandi

Komentar