Ricuh Vitesse vs Southampton, Awal Kekerasan Suporter di Europa League

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Ricuh Vitesse vs Southampton, Awal Kekerasan Suporter di Europa League

Serupa dengan Sampdoria, West Ham United memiliki nasib yang sama. Kesebelasan yang berbasis di London Timur tersebut gugur pada babak kualifikasi Europa League 2015/2016 setelah kalah dari wakil Rumania, Astra Giurgiu dengan aggregat 3-4.

Di Europa League, Liga Inggris diwakili oleh Southampton setelah mengandaskan Vitesse dengan skor 2-0 lewat gol Graziano Pelle dan Saido Mane di Stadion Gelre Dome, Arnhem Belanda, Jumat (7/8) dini hari. Sebelumnya, pasukan arahan Ronald Koeman tersebut sudah bisa bernapas lebih lega karena menang 3-0 pada pertemuan leg pertama di Stadion St. Mary, Inggris. Maka agregat 5-0 pun membawa langkah mereka memastikan diri berkancah di Europa League 2015/2016.

Tentunya pencapaian tersebut merupakan hasil yang bagus bagi The Saints, julukan Southampton. Terlebih saat ini Koeman tengah memberikan waktu adaptasi bagi Steven Caulker sebagai pemain baru yang didatangkan dari Queens Park Rangers (QPR). Caulker dituntut manajer asal Belanda itu agar bisa ikut membangun serangan dari lini belakang pada strateginya seperti yang diperani Toby Alderweireld pada musim lalu.

Sorotan Koeman kepada lini belakang Southampton bisa dibilang wajar karena pertahanan adalah kunci permainannya pada musim lalu

Namun, penyesuaian itu tampaknya tak cuma diberikan pada Caulker, Koeman dan manajemen harus melakukan hal serupa kepada pendukung Southampton di Europa League musim ini. Pasalnya sebelum laga kualifikasi melawan Vitesse saat itu suporter The Saint terlibat aksi kekerasan dengan suporter tuan rumah di pusat kota Arnhem.

Pada awalnya kedua kubu tersebut terbilang akur dan berbaur ketika sedang menikmati cuaca panas di alun-alun kota Arnhem, Korenmarkt. Tapi situasi memanas ketika adanya suporter Feyenoord Rotterdam yang ikut bergabung dengan suporter Southampton. Suporter Feyenoord memiliki hubungan cukup akrab dengan suporter Southampton meningat mantan para idola mereka seperti Koeman, Pelle dan Jordy Clasie, merupakan mantan orang penting pada kesebelasan asal Roterrdam tersebut. Sayangnya kedua kesebelasan itu tidak akan bertemu karena Feyenoord gagal lolos ke Europa League setelah dikalahkan Heenrenveen pada babak play-off.

Sayangnya Feyenoord bukanlah kawan baik bagi para suporter Vitesse. Sebetulnya kekentalan permusuhan antara Feyenoord tidak sedemikian bencinya seperti kepada Ajax Amsterdam, namun entah atas alasan apa kericuhan itu berawal dari perkelahian suporter Feyernoord dalam rombongan Southampton dengan suporter Vitesse.



Akibatnya perkelahian besar pun pecah. Botol dan kursi-kursi dari bar dijadikan alat lemparan dalam pertempuran tersebut. Polisi anti huru-hara pun datang lengkap memakai pentungan, perisai dan kudanya untuk melerai pertikaian. Hasilnya sebanyak 50 orang berkebangsaan Belanda dan tiga pendukung Southampton ditangkap.

Sementara itu sisanya para suporter The Saint langsung diberangkatkan ke Stadion Gelre Dome dengan diberi pengawalan dari kepolisian. "Southampton Football Club menyadari insiden dari zona fans di Arhnhem. Kami terus bekerja sama dengan polisi setempat dan akan mengambil tindakan yang relevan terhadap mereka yang terlibat," ujar pernyataan dari kubu The Saints.

Tragedi itu pun menyisakan bekas-bekas peperangan yang berserakan mulai dari puing-puing atau patahan botol, gelas plastik dan kursi. Selanjutnya kasus perkelahian antara suporter tersebut akan lebih diidentifikasi lagi melalui rekaman dari video yang terekam dari handphone.

Kerusuhan antara suporter pada ajang Europa League memang lebih berpotensi ketimbang Liga Champions. Pada musim lalu saja tercatat begitu banyak kerusuhan antara suporter terjadi, termasuk antara ultras AS Roma dengan Feyenoord.

Ajang kedua kesebelasan dalam lingkup Eropa tersebut memang sering dijadikan ajang kekerasan suporter sendiri untuk eksistensi di ranah Eropa. Mengingat pada dasarnya kesebelasan peserta Europa League tidak terlalu intens dan sering berganti-ganti dari masing-masing liga di negaranya.

Jatah dari negara-negara kecil Eropa pun lebih luas sehingga menjadi incaran-incaran suporter garis keras setidaknya untuk mendapatkan eksistensi di benua biru tersebut.

Selain itu laga tandang merupakan tantangan sendiri bagi para suporter untuk berbuat rusuh di negara lain, apalagi jika memiliki nilai cerita yang kental tentang faham politik dan perpecahan negara seperti di wilayah timur Eropa.

Sementara itu bagi suporter Southampton pada kejadian di Arnhem itu merupakan sebuah awal kekerasan pada ajang Europa League. Mereka pun berpotensi akan bertemu dengan suporter-suporter garis keras dari negara lainnya seperti Schalke 04 (Jerman), Napoli (Italia), Besiktas (Turki), Lokomotiv Moscow (Rusia), Asteras Tripolo (Yunani), Gronigen (Belanda) dan Dnipro Dniporpetrovsk (Ukraina) sebagai finalis Europa League 2014/2015.

Komentar